PLAY IN DECEPTION
by Sisiliaarista
((TAMAT))
***
"SISI! Please, menikahlah dengan Ambrosio ...,” pinta kakaknya, Anastasia, dengan mata berkaca-kaca.
Sisilia mendengkus sinis, lalu menyisir poni rambut hitamnya ke atas dengan jemari. Untuk ke sekian kali kakaknya menemui hanya untuk memohon padanya agar bersedia menikah dengan Ambrosio, suaminya sendiri.
Kakaknya ini ... terlalu baik ataukah sudah gila? Mencarikan istri kedua untuk suaminya sendiri. Bukan orang lain, melainkan adik kandungnya sendiri yang diminta menjadi istri kedua. Tentu saja Sisilia marah besar.
Dia meminum air mineral di depannya dengan sekali teguk, lalu mengentakkan gelas tersebut ke meja kafe.
Brak!!
“Aku tidak akan menikah dengannya!” bentak Sisilia.
“Kenapa? Ambrosio pria yang baik, tampan, seksi, kaya raya, bertanggung jawab ....”
Bukan itu masalahnya .... Kenapa kakaknya ini begitu naif dan bodoh?
Sisilia bergegas berdiri dan menudingkan jari di depan wajah Anastasia. “Sampai kapan pun, Kak, aku tidak akan menikah dengan seorang pria yang tidak punya pendirian!”
Ya, pria yang dengan gampangnya menerima kehadiran wanita lain dalam hubungan mereka, apalagi sudah menikah, adalah pria yang tidak punya pendirian. Tidak bisa berkomitmen. Artinya, pria seperti itu tidak bisa dipercaya.
“Tetapi Sisi ... aku rela, aku rela dunia akhirat dimadu ....”
Wah, luar biasa sekali kakaknya ini, benar-benar berhati malaikat!
“Oke, tak masalah jika kamu rela,” kata Sisilia dengan jemari terkepal menahan amarahnya, “tetapi aku tidak! Aku hanya ingin memiliki seorang laki-laki yang hati, tubuh dan pikirannya hanya untukku seorang dan aku tidak akan pernah membaginya dengan siapa pun!”
Setelah berkata demikian, Sisilia berbalik meninggalkan kakaknya, dan berhadapan dengan Ambrosio Marc-Olivier, yang entah sudah berapa lama berdiri di belakangnya. Pria tampan dengan mata hitam yang dingin, yang mampu meluluhkan wanita mana pun di dunia ini. Mereka saling tatap beberapa detik.
Serigala berbulu domba! maki Sisilia dalam hatinya. Dia mendengkus kesal dan mendorong Ambrosio ke samping. “Menjauh dari hadapanku!” bentaknya pada laki-laki itu. “Dan menjauh dari hidupku!”
Sisilia mengayunkan langkahnya meninggalkan tempat itu diiringi tatapan putus asa kedua pasang mata mereka.
***
Bersambung ....