Bab 8. RDK

1130 Words
Sruk! Sruk! Perlahan terdengar suara orang melangkahkan kaki secara perlahan dari gelapnya lorong yang ada di depan Adelio. “Hahaha, ternyata kamu masih mengingat suaraku, ya? Apa hati kamu masih bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini?” ujar suara itu. Seseorang pemilik suara itu semakin mendekat dengan Adelio. “Kamu ....” Adelio terperangah kala melihat orang yang saat ini ada di hadapannya. “Yups, ini aku. Selamat datang di rumahku, Sayang. Ehm sepertinya, kamu masih seperti yang dulu. Masih tetap boddoh untuk memilih seorang pendamping hidup yang benar-benar cocok denganmu.” Pemilik suara iru, adalah seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang di kuncir. Dia adalah Jovanka, orang yang pernah menjadi bagian dari hidup Adelio. Orang yang dulu pernah memiliki hati Adelio seutuhnya, hingga kepergiannya membuat Adelio enggan membuka hatinya kembali. Masa lalu yang kelam, membuatnya enggan mengenal lagi apa yang dinamakan jatuh cinta. Saat ini, ketika dia mulai luluh dengan seseorang yang mampu membuatnya terpana malah di saat bersamaan Jovanka kembali. Luka yang belum sempurna sembuh, saat ini terasa di gores lagi. "Oke, mau kamu apa sekarang? Memang aku terlalu bodoh untuk kamu bohongi. Kamu hebat, aku mengakuinya. Karena kamu juga, aku pernah merasa down dan beggo." Adelio menatap Jovanka dengan lekat, meski wajah orang yang pernah ia cintai itu tak terlalu jelas di kegelapan saat ini. "Yang aku mau hanya kamu. Aku ingin, kamu saat ini menemaniku dan duduk bersamaku di sini," pinta Jovanka. "Oke, jika itu mau kamu. Aku akan menemanimu saat ini, jika hanya sekedar mengobro; Aku tak akan keberatan akan hal itu," jawab Adelio mencoba menutupi segala luka yang kembali ditorehkan oleh orang yang sama. Dia mencoba mengubur dalam kenangan itu, tetapi saat ini Jovanka hanya hitungan detik mampu membuat luka itu robek kembali. "Adelio, aku nggak mau hanya itu. Aku ingin, kita seperti dulu lagi. Aku sangat menyayangimu," ujar Jovanka dengan deraian air mata di pipinya. Adelio menyeringai kala mendengar perkataan itu dari mulut mantan kekasihnya itu. "Kenapa kamu tak menegaskan itu satu tahun lalu? Kenapa kamu tak mencoba mengingat jika kita saling menyayangi itu waktu itu, hah? Saat ini, kurasa semua itu sudah aku kubur dalam dan hampir musnah dalam hatiku. Apa yang sudah lalu, dengan sekuat tenaga aku lupakan dan tak akan pernah terulang kembali," jawab Adelio dengan suaranya yang lembut. Dia merasa sakit dalam hatinya kala mengatakan itu. Namun, dia tak ingin kalah dengan rasa yang mengacaukan jiwanya waktu itu. *** Jovanka adalah gadis cantik yang mampu mencuri hati Adelio. Pertemuan tanpa sengaja membuat ia terkesima. Saat itu, Adelio sedang berlari mengejar bola yang ia mainkan. Tetapi, bola itu menggelinding dan berhenti tepat di dekat Jovanka. "Maaf, ya. A-aku mau ambil bola ini," ujar Adelio terbata-bata saat meminta izin untuk mengambil. Jovanka yang saat itu sedang duduk sendirian di taman sembari membaca bukunya sebenarnya tak tahu, jika ada bola berada di dekatnya. Dia yang sedang memakai rok pendek di atas lutut membuat Adelio segan kala hendak mengambilnya. "Eh, iya. Silakan," jawab Jovanka sembari tersenyum. Adelio yang memang keturunan bangsawan, sehingga tak asing di pandangan orang lain kala berada di dekatnya. "Maaf, ya," ujar Adelio sembari membungkukkan badannya hendak mengambil bola. Dia memejamkan matanya saat meraih bola itu. Dia menjaga pandangannya, sebab dia tak ingin hina karena kekhilafannya belaka. "Makasih, ya." Adelio membalikkan badan dan hendak melangkah pergi, tapi tiba-tiba terdengar suara Jovanka menghentikannya. "Tunggu!" Adelio pun seketika berhenti dan membalikan badannya. "Iya, kenapa?" "Maaf, ini punya kamu?" tanya Jovanka sembari memberikan bolpoin Adelio yang terjatuh saat ia membungkuk hendak mengambil bola tadi. Bolpoin yang ia letakkan di saku bajunya, tak Adelio sadari jika jatuh sebab ia tadi memejamkan matanya. "Oh iya, itu milikku. Makasih, ya," ujar Adelio sembari menerima bolpoin itu daei tangan Jovanka. "Sama-sama, kamu Adelio anak Tuan Alberic, kan?" tanya Jovanka. "Iya, kenalin aku Adelio. Kamu siapa?" tanya Adelio sembari basa basi. Mereka pun melanjutkan pembicaraan dan duduk berdua di kursi taman yang tadi digunakan oleh Jovanka. Dari obrolan mereka, ternyata Jovanka adalah anak dari teman sekolah Nyonya Lynn. Dulu, mereka sangat dekat, tetapi sekarang karena kesibukan Nyonya Lynn, membuat hubungan mereka rada renggang. Bertemu hanya beberapa saat tetapi tak nyaman karema kehadiran pengawal yang selalu mengekor di belakang mereka. "Kapan-kaan main aja ke rumah, ajakin Ibundamu sekalian. Dunia terlalu sempit ya,Ibunda kita ternyata teman dekat," ujar Adelio sembari tersenyum. "Hahaha jodoh mungkin. Hehe, maaf becanda kok," ujar Jovanka tersipu malu. Dari sejak itu, mereka mulai dekat. Berawal dari pertemanan biasa, saling tukar nomor ponsel dan selalu ada satu sama lain, membuat mereka sama-sama menaruh hati. "Besok kita ketemu, yuk," ajak Adelio saat telepon dengan Jovanka. "Iya, ketemu di mana?" tanya Jovanka. "Ehm, di taman saat kita pertama kali bertemu. Kamu sibuk nggak sih, besok?" tanya Adelio lagi. "Nggak, kok. Besok lagi nggak ada kelas pagi, jadi santai aja. Aku bisa nemenin kamu, kok," jawab Jovanka dengan suaranya yang khas. "Iya, besok kita ketemu. Sekarang, kamu istirahat, ya. Met bobo, ya." Jovanka tersenyum di seberang telepon. "Iya, kamu juga. Met Bobo cantik, mimpiin aku, ya," ujar Adelio membuat hati Jovanka meleleh. Mereka setelah itu segera memutuskan panggilan, walaupun tak kunjung terlelap dalam tidurnya. Adelio memandang foto Jovanka yang ia dapat secara diam-diam memotretnya. Pertemanan mereka, si bubuhi rasa suka satu sama lainnya. "Jovanka, apa kamu.memiliki rasa yang sama denganku? Alu harap, kamu begitu, ya. Entahlah, apa yang membuat aku suka sama kamu, aku nggak paham dengan alasannya. Pertemuan tanpa sengaja menimbulkan rasa yang luar biasa." Adelio mengecup ponselnya yang terdapat foto Jovanka. Begitu juga dengan Jovanka. Dia merengkuh guling yang ada di kasurnya. Dia terngiang kata-kata Adelio yang memujinya cantik. Cewek mana yang tak berbunga-bunga, kala seseorang yang disukainya, memperlakukan istimewa dirinya. "Adelio, aku yang kepedean atau memang kamu juga suka denganku. Ah, bingung, nggak mungkin aku cewek tiba-tiba bilang, Adelio kamu suka aku nggak? Ih, apaan, sih? Nggak bilang, takutnya nggak peka. Kalau ngomong duluan, ya gengsilah," ujar Jovanka terasa bimbang. Wajah Adelio saat tersenyum menghantuinya saat ini. Rasa cemburu saat melihat Adelio dekat dengan orang lain, membuat Jovanka yakin jika perasaan itu bukan hanya sekedar kagum. Dia tahu, rasa kagum dan suka itu sudah berubah jadi cinta. "Ah, mikirin apa, sih? Tidur aja, deh," gumam Jovanka lalu mencoba memejamkan matanya. ☆☆☆ Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Lina Agustin
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD