Mendekati waktu jam pulang kantor, Arsa akhirnya tiba di perusahaan. Dilihatnya sang sekertaris masih setia menarikan jarinya di atas papan keyboard, mengerjakan tugas harian yang sepertinya belum selesai. Arsa berhenti tepat di depan meja Sabrina, membuat gadis itu menghentikan kegiatannya dan berdiri menatap sang atasan. Entah mengapa, sejak ucapan Arsa kemarin yang mengatakan akan mulai melakukan pendekatan padanya, kini Sabrina semakin merasakan sesak di d**a jika sedang berdekatan dengan lelaki itu. Aura panas terasa mendominasi ketika atasannya itu selalu menatap lekat dirinya. Hatinya semakin berdebar dengan jantung yang terasa ingin meloncat keluar jika lelaki itu hanya diam dan terus memindai wajahnya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Sabrina. "Kamu tahu apa yang aku