7. Tantangan Menyesatkan

1102 Words
Nggak lagi-lagi deh terima tantangan sepupu yang menyesatkan dan bikin celaka! -Erlan omeli Rafi- * Delapan bulan sebelumnya, di sebuah taman kota di hari Minggu yang ramai dengan para pencari secuil kebahagiaan walau hanya dengan berleha-leha di taman, ada beberapa perempuan berkumpul dan lakukan pelemasan usai lari pagi. Ada empat orang, salah satu di antaranya melemaskan otot, sedang tiga lainnya duduk karena kelelahan. Mereka tampak bercakap santai, entah apa yang diobrolkan karena terdengar kikikan tawa khas para gadis. Bulir peluh membasahi kening mereka, terutama perempuan berbaju pink yang sedang melakukan pelemasan. Tubuhnya atletis, otot khas olahragawan tercetak walau tentu tidak ekstrem. Wajah cantiknya berpeluh, rambut hitam panjangnya dia kucir kuda terlihat berayun ke sana ke mari ikuti gerakannya. Ditegaknya minuman dingin dari tumblr yang dia bawa. “Seperti biasa, Renatta yang naturalis, jadi kemana-mana selalu membawa tumblr kesayangan.” Celetuk salah satu di antara mereka. “Iya dong, daripada nyampah kalau beli air minum yang di botol mineral, kan mendingan bawa tumblr sendiri. Eeh nanti sore jadi kan kita nonton?” ternyata gadis itu bernama Renatta . “Jadi dong. Eh by the way girls, …” salah satu dari mereka membuka topik panas untuk dibicarakan, lebih tepatnya digosipkan. Keempat gadis itu terlibat pembicaraan cukup seru hingga menjadi sedikit abai pada sekitar. Tapi mata mereka berkeliaran mencari 'pemandangan' yang sedap dipandang mata. Apalagi kalau bukan kaum Adam yang sesuai dengan idaman mereka? Di taman yang sama tapi cukup jauh terpisah jarak, ada sekelompok lelaki yang sedang bermain badminton secara ganda. Keriuhan terdengar saat satu pasangan ganda berhasil lakukan smash ke arah lawan. Tentu saja suara yang paling dominan adalah suara kaum hawa yang bahkan air liur bisa menetes melihat para adam yang bermain badminton. Wajah tampan luar biasa, bodi yang seksi dan hot menggoda iman, ditambah lagi bulir keringat karena bermain badminton, membuat empat orang lelaki ini bak ikan asin dihidangkan ke gerombolan kucing kelaparan. “Kiri kosong, Dan, smash!!” terdengar teriakan dan disusul kehebohan dan jeritan senang karena shuttlecock berhasil masuk hingga berakhirlah acara tanding ala-ala merka itu. “Aaah Erlan gimana sih? Daritadi gak bisa balas smash!” keluh seorang lelaki berusia awal tiga puluhan, berkulit kuning bersih, dengan nada kesal pada pasangan gandanya itu. “Iish gue kan sudah bilang gak bisa main badminton, tapi kalau tenis, golf, hayuuuk gue jabanin!” lelaki yang dipanggil Erlan itu duduk di lantai lapangan, kelelahan dan segera menegak habis air mineral dingin yang disodorkan sepupunya yang baru saja mengeluh, Rafi. “Lagak luh main golf, pasti mah cuma mau minta nomor telepon caddy girl aja kan?” tembak Dandy, telak, disambut tawa membahana yang lain, ini membuat Erlan meringis kesal. “Kagak! Bisa dibuang dari kartu keluarga ama mama kalau gue main cewek, mendingan gue jomlo tapi bahagia daripada disumpah jadi batu ama emak.” Balas Erlan tidak mau kalah. “Sampai kapan tuh episode patah hati lu? Biarin aja sih kalau Fenty selingkuh, pergi tak kembali, tanpa kabar.” Rafi kembali bersuara. Kali ini dia memberikan handuk kecil kepada Erlan, sahabat sekaligus adik sepupunya yang gagal move on hingga sekarang, padahal hanya dia, Danendra yang tahu kejadian sebenarnya, sedangkan Erlan tahu tapi tidak secara keseluruhan. “Elu kan tahu Raf, kalau Fenty gak selingkuh. Dia cuma gak mau nikah lebih cepat aja. Gue yang takut banget kehilangan dia waktu itu. Siigh…” keluhan Erlan terdengar tipis. Mereka sengaja merancang skenario seperti itu sebagai alasan jika ada yang mengulik alasan kenapa Erlan dan Fenty berpisah. Akhirnya karena selalu terdoktrin skenario itu, alam bawah sadar Erlan berpikiran hal yang sama dengan skenario. “Eh bentar ya, gue terima telpon dulu, penting nih.” Rafi segera menyingkir saat melihat nama penelpon yang tertera di layar gawainya. Ketiga temannya itu mengangguk dan abai pada Rafi, mereka bukanlah sahabat kepo yang ingin tahu pembicaraan privasi orang lain. “Siapa tahu Fenty udah ama laki lain, elu malah jadi lagamon. Kasian amat sih.” Dandy bersuara. “Lagamon?” tanya Erlan, keningnya berkerut saat ucapkan itu. “Yep, lagamon alias laki-laki gagal move on haha…” “s****n luh!” tapi mau tidak mau, Erlan juga tertawa walau bukan tawa bahagia. Sudut hatinya terasa nyeri saat mengingat sebuah nama yang kembali disinggung tiga sahabatnya. “Kenapa sih kalian pada berisik? Contoh dong Asa, kalem bin pendiam banget hari ini. Tumben amat sih Sa?” Rafi kembali setelah selesai menelpon. “Eeuumh…? Ada apa, kenapa sebut nama gue?” Asa, another handsome man, menjawab sekenanya karena tidak fokus. “Tumben kalem banget. Kenapa? Masalah Refal atau Gendis?” tanya Erlan. “Keduanya. Refal lagi marah ke gue, sedangkan Gendis? Euum, kalian tahu sendiri kan dia tipe perempuan sholeha yang bikin gue maju mundur mau deketin.” “Aah elu Sa, perempuan sholeha kaya Gendis tuh udah langka tahu! Keduluan yang lain aja nyesel ntar kaya si Erlan, jangan sampai elu juga jadi lagamon ya!” Dandy menimpali. Asa meringis, dalam hati mengiyakan. “Bro!” Rafi menepuk pundak Erlan, membuat sepupunya itu berjengit kaget, “daritadi gue lihat tuh gerombolan cewek di sono pada ngeliat ke sini. Tuh arah jam sebelas kita. Gue mau kasih tantangan ke elu, mau gak?” “Tantangan? Apaan? Kalau ada tantangan artinya ada hadiah juga dong. Gue dapat apaan?” tiga pasang mata melihat ke arah yang ditunjuk Rafi dengan dagunya. “Wuuih bening banget tuh mereka, kenapa cuma Erlan doang sih yang elu tawari tantangan ini Raf? Gue kagak?” Dandy, playboy cap tiga duren mulai mengeluarkan air liur. “Kagak! Mau dikemanain itu barisan pacar elu, Dan? Sadar aah!” Rafi mengibaskan tangannya, tanda menolak permintaan Dandy. “Raf, gue masih nunggu nih, apa tantangan dan hadiahnya.” Erlan tertarik dengan tantangan itu. “Lihat kan cewek yang pakai kaos pink yang lagi strecthing itu?” semua pasang mata menoleh ke arah yang dimaksud, sayangnya hanya tampak belakang saja. “Lihat. Wuiih tuh bodi tampak belakang keren banget. Kaya gitar spanyol gitu.” Malah Dandy yang menjawab. “Kan gue nanya ke Erlan, bukan elu Dan!” bentak Rafi. Teman-temannya tidak ada yang tahu dia mengemban misi penting yang menyangkut masa depan Erlan, tapi dia sendiri juga tidak tahu apa yang akan terjadi pada Erlan jika bersinggungan dengan gadis berbaju pink itu. "Bodi tampak belakang memang oke banget, tapi asal jangan cewek huuhuek aja deh." Jawab Erlan sekenanya. Entah apalagi itu. "Hah? Cewek huuhuek? Apaan tuh?" "Tampak belakang huuu, menggoda iman, eeh begitu tampak depan, astaganaga... hueeek!" Erlan berikan gestur pura-pura muntah membuat yang lain tertawa lepas setelah paham maksudnya. “Gimana bro? Tertarik ama tantangan gue?” tanpa ada yang melihat senyum aneh yang tampak di bibir Rafi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD