Lima hari sudah Alina berada di Rumah Sakit setelah kepergian Gama Abimana. Hatinya sudah mulai bisa meluapakan hal buruk yang menimpanya, terutama soal kandungannya yang dinyatakan oleh dokter Alina mengalami kekuguguran.
Awalnya Alina merasa sedih, tapi setelah terus dihibur dan diberi semangat oleh Mandy, Alina pun akhirnya bisa menerima kenyataan dan mulai untuk bangkit kembali. Namun walau pun demikian, kemarahannya terhadap keluarga Mahendra pun semakin besar. Alina menganggap keluarga Mahendra penyebab dirinya kehilangan calon bayi dalam kandungannya.
Hari ini, Alina sudah diperbolehkan pulan oleh dokter. Alina berjalan menuju lobby Rumah Sakit, sementara diluar sebuah mobil mewah sudah menunggunya. Alina berjalan begitu anggun Dengan penampilan sederhana sepertia biasanya sebelum dia menikah dengan Nawan. Tapi kecantikannya terpancar begitu luar biasa, hingga membuat banyak orang terkagum memandanginya.
“ Bukankah itu. Nona Mandy dan Tuan Thomas?” ucap salah seorang yang terkejut dengan kehadiran Mandy dan Thomas mengikuti Alina yang berjalan didepan mereka berdua.
Sementara dibelakang Mandy dan Thomas, berjalan puluhan orang berjas Hitam dengan tubuh tegap. Begitu juga didepan Alina tampak beberapa orang berjas hitam berjalan menuju pintu keluar.
“ Iya, itu memang Nona Mandy dan Tuan Thomas. Tapi, siapa Wanita Cantik yang berjalan didepan Nona Mandy dan Tuan Thomas?” jawab salah seorang sambil bertanya tentang Alina.
“ Ada kabar, katanya cucu Tuan Gama Abimana dirawat disini. Apa mungkin Wanita itu yang dimaksud? Soalnya Nona Mandy dan Tuan Thomas begitu menghormatinya,” ucap yang lain mencoba menebak – nebak rumor yang beredar di Rumah Sakit.
“ Tapi, penampilannya biasa saja, tidak terlihat seperti seorang Nona Muda Abimana,”
“ Atau, memang Wanita cantik itu hanya seorang pelayan Nona Muda saja?”
“ Kalau dia pelayan. Lalu, dimana Nona Muda Abimana, aku sudah tidak sabar ingin melihatnya.”
Beberapa orang meragukan kalau Alina adalah Nona Muda Abimana, karena penampilannya yang tidak mirip seperti seorang Nona Muda pada umumnya. Tentu saja hal ini membuat Mandy merasa geram. Ingin rasanya dia merobek orang – orang mulut orang yang sudah meragukan keberadaan Alina sebagi Nona Muda, tapi melihat Alina sama sekali tidak terganggu, Mandy pun memutuskan untuk diam.
‘Sial! Beraninya mereka meragukan keberadaan Nona Alina sebagai Nona Muda keluarga Abimana!’ batin Mandy dengan perasaan geram.
Alina pun kini sudah keluar dari Rumah Sakit. Seorang berjas hitam langsung membuka pintu mobil, sementara para pengawal keluarga Abimana di Kota ini berjejer dan Membungkuk memberi hormat pada Alina yang berjalan memasuki mobil mewah jenis Mercedes – Benz berwarna hitam.
Dan setelah Alina berada didalam mobil, para pengawal pun berhamburan memasuki beberapa mobil yang berjejer didepan dan dibelakang mobil Alina. Semuanya ada sekitar sepuluh mobil, lima didepan dan lima dibelakang dengan jenis mobil yang sama, sehingga tidak ada yang bisa membedakan dimana mobil Alina yang asli.
Tentu saja hal ini dilakukan sebagai pengalihan bagi mereka yang hendak berniat jahat pada Alina, sehingga orang – orang atau pembunuh bayaran tidak akan mudah menemukan dimana mobil yang berisi Nona Muda yang asli.
Melihat kejadian itu, barulah mereka semua sadar. Kalau Alina yang mereka lihat berpenampilan sederhana itu adalah Nona Muda keluarga Abimana.
Kini Rombongan Alina pun sudah keluar dari Rumah Sakit, menuju ke sebuah tempat yang sedikit jauh dari Ibu Kota Negara ini. Sebuah tempat yang memang sebagai tempat kediaman keluarga Abimana dari dulu sampai sekarang.
Alina menoleh kearah Gedung lima puluh lantai yang di tunjukan oleh Mandy yang duduk disampingnya.
“ Jadi, ini kantor pusat Bima Corp?” ucapnya sambil menoleh kearah Mandy ingin memastikan.
“ Benar, Nona. Ruangan anda ada dilantai paling atas.” Alina mengangguk – anggukan kepalanya sambil berdecak kagum dengan keberhasilan sang kakek yang bisa menjadikan Bima Corp sebesar ini. “ Apa anda ingin melihat kantor anda sekarang?” tanya Mandy.
Alina menggelengkan kepala. “ Tindak, sebaiknya kita langsung pulang saja, karena aku ingin melihat foto mamahku Ketika waktu masih gadis.” Alina memang hanya punya satu keinginan saat ini, yaitu segera pulang kerumah lama keluarga Abimana, dan melihat foto Shafira yang memang selalu terpajang diruang keluarga dan ruangan lainnya.
“ Baik, Nona.” Mandy pun tidak berani membantah. Sebagai seorang bawahan, tentu saja Mandy hanya akan mematuhi semua perkataan Alina, karena saat ini Alina adalah President Direktur Bima Corp.
Mobil terus meluncur keluar dari pusat Kota, menuju daerah perbukitan yang ada disebelah Selatan Ibu Kota Nusa
Dan setelah menempuh perjalaan hampir dua setengah jam, mereka pun sudah sampai disebuah perkebunan teh yang sangat luas. Dan sebuah Villa mewah berdiri kokok diatas sebuah bukit kecil, dengan dikelilingi oleh hamparan perkebunan teh yang menghijau.
Mobil berhenti dihalaman sebuah rumah besar bergaya Eropa. Alina turun setelah pintu mobil dibuka oleh pengawal pribadi keluarga Abimana, dan tampak diteras rumah sudah berjejer puluhan pelayan yang sengaja menyambut kepulangan sang Nona Muda, setelah tiga puluh tahun Rumah itu sama sekali kehilangan pamornya, karena sang pemilik satu persatu meninggalkannya.
Alina berjalan melewati para pelayaan yang langsung membungkuk memberi hormat padanya. “ Selamat datang Nona Muda, kami menyambut anda dengan hormat,” ucapnya serempak yang dibalas anggukan dan senyum Alina
“ Berdirilah, jangan terlalu sungkan seperti itu,” ucapnya yang langsung diikuti oleh para pelayan itu dengan mengangkat tubuhnya kembali, namun wajahnya tertunduk. Mereka tidak berani menatap wajah sang Nona Muda mereka.
Seorang Wanita berusia sekita tujuh puluh tahunan datang menghampiri, lalu membungkuk. “ Selamat datang Nona Muda. Perkenalkan nama saya Aminah Nona boleh memanggil saya dengan sebutan Mbo atau bibi. Saya dulu pengasuh ibu anda Nona Shafira,” ucapnya.
“ Benarkah?” wajah Alina terlihat ceria, “ Kalau begitu, bibi ikut aku. Aku ingin bibi menceritakan tentang mamahku dari lahir hingga dia pergi meninggalkan rumah ini, karena Kakek sama sekali tidak mau menceritakannya padaku.”
Aminah hanya mengangguk, lalu berjalan mengikuti Alina dan Mandy masuk kedalam rumah, lalu mereka menuju kamar yang dulu sering dipakai Shafira.
Alina berdiri mematung menatap foto besar didalam kamar yang memang wajahnya sangat mirip dengannya. Alina pun sudah bisa menebak kalau foto itu adalah foto mamahnya.
“ Mamah?” lirihnya
“ Benar, Nona. Itu adalah foto Nona Shafira Abimana, ibu kandung Nona. Wajahnya Ketika masih muda sangat mirip sekali dengan Nona Muda,” jawab Aminah membenarkan tebakan Alina.
“ Cantik….”
Hanya itu yang keluar dari bibir Alina saat memandangi foto sang mamah.
“ Persis, seperti anda, Nona Muda,” sahut Mandy dan Aminah secara bersamaan.
Alina tersenyum mendengar pujian dari kedua orang berbeda usia itu. “ Mandy, kamu boleh pulang. Lusa aku akan mulai masuk kantor.”
Mandy mengangguk. “ Baik, Nona. Kalau memang tidak ada lagi yang diperlukan dari saya, saya permisi dulu. Lusa saya akan datang kemari untuk menjemput Nona.”
“ Tidak perlu,” sahut Alina dengan cepat membuat Mandy terkejut. “ Aku akan datang sendiri besok ke Bima Corp.” jelasnya, dan Mandy pun mengangguk.
Mandy membungkuk memberi hormat, setelah itu dia pun segera meninggalkan Alina yang hanya membalasnya dengan senyuman.
Setelah kepergian Mandy, Alina baru sadar. Kalau dirinya tidak memiliki pakaian untuk ganti. Lantas dia pun memilih pergi ke Mall sendirian, dan hanya diantar oleh sopir pribadinya saja. Sesampai disebuah Pusat Perbelanjaan terbesar dan termegah di Ibu Kota, Alina pun meminta agar sopirnya tetap menunggu di Mobil saja. Sementara Alina berjalan masuk ke Pusat perbelanjaan elite itu dan seketika menjadi pusat perhatian.
Disaat Alina tengah memilih beberapa pakaian untuk dirinya, tiba – tiba seseorang menegurnya.
“ Alina?!” Sontak Alina langsung menoleh kearah suara. Tampak seorang Wanita cantik berusia sekitar dua buluh delapan tahun sedang menatapnya sambil tersenyum sinis. Dan tentu saja Alina terkejut saat tahu siapa yang menegurnya.
“ Kak Lucy….” Alina menatap wajah mantan kakak iparnya itu.
Sama dengan Alina yang terkejut, Lucy lebih terkejut saat melihat Alina ada di pusat perbelanjaan berkelas seperti itu, dengan penampilan sangat sederhana, walau pun jujur, Lucy mengakui kalau Alina berbeda dengan sebelumnya. Saat ini Alina tampil lebih cantik.
“ Ya ampun Alina, aku kira siapa? Ternyata memang sidekil Alina. Lagi ngapain orang miskin kaya kamu ada di tempat mewah seperti ini? tempat ini bukan untuk orang rendahan macam kamu, Alina.”
Nada bicara Lucy masih belum berubah, tetap pedas dan selalu merendahkan siapapun yang dianggapnya dibawah keluarga Mahendra. Apalagi saat ini Lucy tengah Bersama dengan kekasihnya Reno Bimantara. Tuan Muda dari keluarga Bimantara itu memang cukup terkenal di Ibu Kota, mengingat sang Ayah adalah pengusaha kelas atas di Ibu Kota.