Bab 1 Penghinaan Keluarga Mahendra
“ Kemu memang sengaja mempermalukan aku didepan teman – temanku, Alina!”
Wanita yang dipanggil Alina itu seketika terkejut, saat seorang laki – laki yang merupakan suaminya berteriak begitu lantang dan memaki dirinya yang hendak membereskan bekas air minum diatas meja, setelah tadi ada beberapa teman suaminya datang berkunjung.
“ Dia memang sengaja untuk mempermalukan keluarga kita, Nawan!” imbuh seorang perempuan paruh baya yang tiada lain adalah Lisna ibunya Nawan.
Mendengar perkataan keduanya Alina hanya terdiam, dia terlihat bingung dan belum mengerti kenapa suami dan ibu mertuanya begitu membenci dirinya? Kalau Lisna memang sejak dulu tidak suka dengan Alina, begitu juga dengan Sinta dan Lucy kedua kakak kandung Nawan itu memang sama – sama tidak pernah menyukai Alina.
Tapi tidak dengan Nawan. Laki – laki itu begitu perhatian pada Alina pas baru pertama mereka menikah. Tapi semenjak Alina hamil, sikap Nawan pun terlihat begitu dingin, dan hal itulah yang membuat Alina bertanya – tanya. Ada apa dengan suaminya itu? bahkan saat ini, suaranya begitu lantang memaki Alina dengan kasar.
“ Memangnya apa salah Alina, Mas, Bu?” tanya Alina yang masih belum mengerti dengan kesalahannya.
“ Kesalahan apa?!” Mata Lisna terbuka lebar menatap Alina yang masih bingung. “ Apa kamu tidak sadar diri! Kalau penampilan kamu itu sungguh memalukan. Sebagai menantu keluarga Mahendra, kamu memakai pakaian layaknya seorang pembantu!” Lisna menunjuk pada pakaian Alina yang lusuh. “ Yang datang kemari itu semua berasal dari keluarga kaya, tapi kamu dengan sengaja memakai pakaian seperti ini?!” bentak Lisna sambil kembali menujuk pakaian yang dipakai oleh Alina.
“ Dia memang sengaja ingin mempermalukan keluarga kita,” sahut Sinta sambil mendelik kearah Alina yang hanya terdiam.
“ Benar itu, Dia sangat tidak pantas disebut menantu Keluarga Mahendra.” Kini giliran Lucy yang mengomentari Alina. “ Seharusnya si Alina sadar, kalau keluarga Mahendra adalah keluarga terhormat di Kota ini. Tapi penampilannya sangat memalukan. Membuat harga diri keluarga jatuh dihadapan para kolega bisnis keluarga Mahendra.”
Alina melihat pakaian yang dikenakannya. ‘Jadi, karena ini mereka merendahkan dan menghinaku? Dan karena penampilanku yang seperti ini mereka begitu marah padaku?’ batin Alina sambil mengelus perutnya yang masih datar, karena usia kandungannya baru satu bulan.
Sebenarnya Alina tidak ingin terlihat seperti ini. Namun apa daya, kondisinya yang saat ini sedang hamil, bagaimana bisa Amira merawat dirinya kalau kondisinya sudah tidak memungkinkan. Apalagi Nawan yang terlahir dari keluarga kaya itu, sama sekali tidak pernah memberikan uang lebih padanya, hingga Alina pun tidak bisa membeli alat kecantikan dan baju hamil yang bagus.
Belum lagi Alina sama sekali tidak ada waktu untuk merawat diri, karena disibukan dengan semua pekerjaan rumah. Dari mulai mencuci, menyapu, memasak dan pererjaan rumah lainnya harus Alina kerjakan sendiri, karena Ibu mertua dan kedua kakak iparnya sama sekali tidak perduli. Bahkan keluarga yang terbilang kaya itu pun tidak memiliki keinginan untuk menyewa asisten rumah tangga, seperti kebanyakan keluarga kaya pada umumnya.
Apa semua itu kesalahan Alina? Tentu bukan. Pada dasarnya keluarga Mahendra memang tidak menyukai Alina, dan hanya menganggap Alina sebagai Pembantu gratisan saja.
Lisna pun mendengus kasar. Matanya mendelik kearah Alina yang masih mematung. “ Sudalah Nawan. Ceraikan saja Alina dan terima tawaran perjodohan dari keluarga Wibowo, untuk menikahkan kamu dengan Sintya Wibowo, agar perusahaan milik keluarga kita semakin kuat dan besar.”
Alina seketika terbelalak. Dia tidak percaya kalau ibu mertuanya baru saja menyuruh suaminya menceraikan dirinya dan menikahi perempuna lain yang bernama Sintya? Apa ini benar – benar nyata? Atau hanya candaan ibu mertuanya karena sedang marah?
Wajah Alina terangkat menatap sang suami yang masih berdiri dan belum memberikan komentar apapun tentang keinginan Lisna untuk menceraikan Alina.
‘Apa yang ada dalam pikiranmu, mas? Aku yakin kalau kamu tidak mungkin melakukan seperti yang diminta ibu, karena aku tahu kamu sangat mencintaiku,’ batin Alina dengan penuh keyakinan, kalau sang suami tidak akan menceraikannya dan menikahi Wanita lain.
Alina sangat yakin dengan itu, karena laki – laki yang sudah menikahinya satu tahun yang lalu itu begitu sangat mencintainya, bahkan berani menentang keluarga Mahendra yang sama sekali tidak merestui pernikahan mereka berdua.
Alina sadar dalam hal itu, karena memang dirinya hanya seorang yatim piatu yang tinggal disebuah panti asuhan. Tidak memiliki keluarga apalagi kekayaan, dan itulah alasan keluarga Nawan tidak memberikan restu saat Nawan ingin menikahinya satu tahun yang lalu.
Namun karena perasaan cinta yang begitu besar pada Alina, Nawan pun bersikeras dan tidak memperdulikan ancaman keluarganya. Bahkan dengan gigih Nawan pun berhasil meluluhkan hati ibunya dan keempat pamannya hingga akhirnya mendapatkan ijin untuk menikahi Alina.
“ Aku mau menerima tawaran perjodohan dengan keluarga Wibowo untuk menikah dengan Sintya.”
Mulut Alina langsung menganga saat mendengar jawaban suaminya yang diluar dugaan. Hatinya hancur berkeping – keping hingga tidak tersisa, dengan jawaban yang menyakitkan dari sang suami yang selama ini sangat diyakini begitu mencintainya.
Ternyata dugaanya salah, Nawan pun sudah tidak memperdulikan perasaannya lagi saat ini.
Lisna tersenyum sinis kearah Alina. “ Baguslah kalau begitu. Sebaiknya sekarang juga ceraikan dia, dan usir dia dari sini.” Tunjuk Lisna sambil tersenyum puas atas jawaban putranya.
“ Tidak pelu di usir, bu, justru aku akan mempertahankan pernikahanku dengan Alina. “ Wajah Alina seketika terangkat. Matanya menatap wajah sang suami yang tersenyum licik kearahnya. Sepertinya Nawan memiliki rencana jahat pada Alina.
“ Maksud kamu apa, Wan? Apa kamu masih mencintai Wanita dekil ini?” tanya Sinta yang terkejut dengan jawaban adik bungsunya itu.
Mendengar perkataan kakaknya, Nawan langsung tertawa. “ Mencintainya?’ ucapnya sambil kembali tertawa. “ Mana mungkin aku masih mencintai Wanita jelek macam dia.”
Hati yang sudah terasa sakit pun menjadi semakin sakit. Perkataan Nawan membuat airmata Alina pun meleh. Dia tidak menyangka, kalau sang suami akan mengatakan hal seperti itu. Namun belum sempat Alina bisa menenangkan hatinya, kembali terdengar suara Lisna yang bertanya sama Nawan.
“ Kalau kamu tidak mencintainya, lalu kenapa kamu tidak mau menceraikannya?”
Nawan kembali tertawa puas. “ Masa ibu tidak tahu? Yang selama ini mengerjakan pekerjaan rumah itu siapa? Alina ‘kan?” ucapnya sambil melirik kearah Alina yang sepertinya sudah mengerti arah pembicaraan suaminya.
“ Kalau aku menceraikan dia, tentu saja tidak ada lagi yang bisa mengerjakan semua urusan rumah. dan terpaksa kita harus menyewa pembantu.”
“ Jadi, maskusd kamu, apa?” tanya Sinta dengan cepat.
“ Maksud Nawan, biarkan si Alina disini dan menjadi istri Nawan. Lumayankan dari pada kita harus bayar pembantu, masa begitu saja tidak ngerti, sih” sahut Lucy dengan cepat.
Mendengar perkataan yang menjurus penghinaan pada dirinya, wajah Alina pun berubah keruh. Dia memutar pandangannya kesemua orang yang ada disana. Dan terakhir pandangannya tertuju pada sosok Nawan yang masih tersenyum puas karena telah mempermalukan istrinya didepan ibu dan kakak – kakaknya itu.
“ Kamu memang bukan manusia. Mas!” Terdengar ucapan begetar penuh emosi dari Alina. “ Aku pikir kamu adalah suami yang baik buatku! Tapi nyatanya tidak! Kamu hanya seorang iblis yang berbentuk manusia!”
Mata Nawan seketika terbuka lebar. Wajahnya berubah gelap saat mendengar perkataan Alina yang mengaggap dirinya bukan manusia. Tangannya terkepal, lalu melangkah mendekati Alina dan.
PLAKK!
“Auw…!”
Alina terhunyung dan terjatuh, akibat tamparan keras Nawan. Ini baru pertama kalinya Nawan melayangkan tanganya pada Alina, setelah satu tahun menikah. Sementara ketiga Wanita yang juga memiliki hati seperti iblis itu, hanya tersenyum puas melihat Alina yang masih terduduk di lantai, setelah mendapatakan tamparan dari Nawan.
Dengan telunjuk mengarah ke Alina, Nawan pun kembali menyerang Alina dengan kata – kata kasarnya. “ Kamu pikir kamu itu siapa, hah?! Beraninya mengatakan aku iblis? Sebaiknya sekarang cepat siapkan aku air panas, aku mau mandi!”
Alina pun mencoba untuk berdiri setelah beberapa saat terduduk dan merasakan sakit dibagian pipi akibat tamparan Nawan barusan.
“ Kenapa diam!?” bentak Nawan kembali dengan geram. “ Cepat siapkan air panas buat aku mandi!”
Kembali nada perintah dikeluarkan oleh Nawan, namun Alina sama sekali tidak bergerak. Matanya yang sudah menyipit karena menangis, menatap sang suami dengan penuh kekecewaan. “ Aku mau tanya sama kamu, mas? Apa benar kamu akan menikahi Wanita yang bernama Sintya?” Tatapan Alina mengandung pengharapan besar, kalau suaminya hanya bercanda.
“ Iya, Nawan akan menikah dengan Sintya! Dia lebih cantik dan berasal dari keluarga terhormat! Tidak seperti kamu! Yang bisanya hanya bikin malu keluarga Mahendra,” sahut Lisna dengan cepat menjawabkan pertanyaan Alina untuk Nawan.
“ Aku tidak bertanya sama ibu. Aku bertanya sama suamiku, mas Nawan.”
Lisna seketika melotot kearah Lisna, yang dianggapnya begitu lancang dengan berkata yang sangat tidak pantas “ Beraninya kamu berkata seperti itu sama ibu? Memangnya siapa kamu?” ucapnya dengan penuh emosi. “ Jangan lupa, kamu hanya menantu disini, jadi tidak ada hak untuk mengatur keluarga Mahendra,” tambahnya begitu sombong.
Alina tidak memperdulikan perkataan dan kemaraahan ibu mertuanya, dia kembali bertanya sama Nawan. “ Tolong jawab, mas? Benar kamu akan menikahi perempuan bernama Sintya?”
Nawan melirik sambil memiringkan kepalanya. “ Kalau iya, kenapa? Kamu akan protes?” Ucapan yang seharusnya tidak perlu dari seorang suami sama istrinya. Nawan sama sekali tidak memperdulikan perasaan Alina saat ini.
Alina mundur satu Langkah. Ingin memprotes keputusan suaminya, namun dirasa itu percuma. Karena Nawan dan keluarganya tidak akan memperdulikan perasaan dirinya, dan tetap akan melakukan apa yang dia pantas untuk dilakukan.
Demi mendongkrak populeritas keluarga Mahendra agar bisa bersaing dengan keluarga kelas atas yang ada di Negeri ini, mereka tidak akan pernah memperdulikan perasaan orang seperti Alina.
“ Aku sudah menjawab pertanyaanmu, Alina! Sekarang, cepat kamu siapkan air panas untuk aku mandi,” ucap Nawan kembali dengan nada tegas. “ Aku tidak akan menceraikan dan mengusir kamu dari sini Alina, asalkan kamu mau menuruti semua perintah kami, paham!” Nawan pun menambahkan. “ Cepat! Kamu siapkan air panas untukku!”
Nawan mengira dengan perkataan itu Alina akan mematuhinya, karena Nawan sangat tahu, kalau Alina tidak memiliki siapapun di Dunia ini. makanya dia sangat yakin kalau Alina tidak akan menolak.
“ Kalau begitu…Aku memilih cerai dengan kamu, mas.”
Nawan dan semua penghuni rumah terkejut mendengar jawaban Alina yang begitu tegas.
Namun pada akhirnya mereka menganggap kalau keputusan Alina itu sebuah kebodohan, hingga mereka pun tertawa geli.
“ Ya ampun Alina…Alina…kamu ini gak mikir apa? Memangnya kamu itu siapa? Kamu bukan siapa – siapa Alina. Masih untung kami mau menampung kamu dengan tetap menjadikan kamu sebagai menantu dirumah ini,” ucap Sinta sambil tertawa dan menepuk – nepuk Pundak Alina.
“ Si Alina ngigau kali? Memangnya dia mampu hidup diluar sana. Kamu harusnya bersyukur, karena adikku masih baik tidak menceraikanmu…kamu pikir bisa apa tanpa keluarga kami, hah?” Lucy pun menimpali perkataan Sinta kakaknya.