Nana merasa kepalanya berdenyut hebat. Dengan tangan gemetar, ia menempelkan ponsel ke telinganya dan berbisik, "Apa maksudnya ini?"
Tubuh Nana rubuh, ia terduduk di lantai. Di seberang telepon, Nana mendengar percakapan mesra antara Kenzi dan Shakira, adiknya sendiri.
“Mas, kamu sayang sama aku?” Tanya Shakira. Kenzi menjawab, “sayang sekali. Kalau tidak sayang mana mungkin aku rela menjemputmu di sini. Kantorku jauh loh. Love you forever.” Terdengar suara ketawa Shakira, “love you too mas Kenzi, calon kakak iparku.”
Air mata mulai mengalir di pipinya, perasaan sesak memenuhi dadanya.
"Bagaimana bisa Mas Kenzi melakukan ini? Sejak kapan mereka..." Nana menggantungkan kalimatnya, merasa hancur.
Ia memejamkan matanya, mencoba memahami kenyataan pahit yang baru saja terungkap. Denyut di kepalanya semakin kuat, sementara hati dan pikirannya kacau balau.
Sementara di tempat lain Shakira sedang berada di dalam mobil bersama seorang laki-laki yang menggenggam tangannya dan mengecupnya berkali-kali. Laki-laki itu adalah Kenzi, calon suami kakaknya, Nana. Lelaki tampan dengan mata sipit, kulit putih dan rahang tegas.
"Mas Kenzi ciumin tanganku terus tapi mau nikah sama Kakakku!" ujar Shakira dengan memanyunkan bibirnya. Shakira tampak tak senang saat menyebut kata kakakku.
Kenzi tersenyum lalu berkata pada Shakira dengan penuh keyakinan. "Kamu tenang saja sayang. Aku sudah bilang mau membatalkan pernikahan kita pada Nana. Jadi kamu ga usah manyun begitu."
Shakira tersenyum lebar. "Benarkah, Mas?" tanya Shakira dengan mata berbinar. "Lalu bagaimana kalau Kakak bertanya? Mas Kenzi mau jawab apa?"
Kenzi menepikan mobilnya dan menatap Shakira dalam-dalam. "Alasannya aku ingin menikahimu.”
Kenzi lalu menambahkan, “Karena kamu jauh lebih cantik daripada Kakakmu. Kalau aku tahu Nana punya adik yang secantik kamu, pasti aku juga tak akan melamarnya."
Nana memejamkan matanya saat Kenzi mengatakan hal itu. Nana berkata pelan, “alasannya karena Shakira lebih cantik? Jauh lebih cantik?” Nana tertawa di ujung kalimatnya.
Wajah Shakira memang lebih cantik daripada Nana. Tubuhnya bagus, dengan postur tinggi, rambut indah berkilau, pandai merias diri. Dia memang pandai merawat tubuhnya. Segala hal yang dia butuhkan dipenuhi ayah dan ibunya. Lain halnya dengan Nana, Nana lebih fokus pada pendidikan, ia juga kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Ia bisa kuliah hingga S2 karena beasiswa. Sejak SMA ia dapat beasiswa.
Shakira tersenyum, hatinya menghangat karena pujian dari Kenzi. Ia merasa sangat istimewa, sementara Kenzi terus memandangnya dengan penuh kekaguman.
Shakira tersipu dan berkata, "Mas, jangan pandangi aku terus." Kenzi tertawa kecil. "Ah, rasanya aku ingin segera menikah denganmu, sayang! Nanti kita honeymoon ke tempat-tempat yang istimewa."
Nana menggelengkan kepalanya, sedang hatinya semakin merasa nyeri. Ia dikhianati orang terdekatnya. Benar-benar dekat.
Shakira memutar matanya dengan malu-malu. Lalu ia berkata dengan penuh antusias, "Kakak, bagaimana kalau kita menikah di tanggal pernikahan Kakak dengan Ka Nana saja. Gimana? Semuanya sudah kepalang basah dipersiapkan. Sayang uangnya loh kalau ga dipakai."
Kenzi tersenyum lebar. "Ah, benar juga! Ide yang bagus, sayang. Aku memang tak salah memilihmu untuk jadi istriku. Kamu cerdas."
Nana hanya bisa tersenyum dalam tangis. Mendengar ide gila dari calon suami dan adiknya.
Shakira tersenyum, merasa bahagia dengan rencana mereka. Kenzi menggenggam tangannya lebih erat, penuh semangat dan antusias untuk masa depan mereka bersama.
Shakira tersenyum dan berkata, "Mas, ayo jalan lagi. Aku lapar, ingin segera makan siang." Shakira mengelus perutnya. Kenzi mengangguk. "Baiklah, sayang."
Kenzi melajukan mobilnya kembali ke jalan, sambil terus menggenggam tangan Shakira dengan erat. Shakira tersenyum puas, membayangkan makan siang romantis mereka berdua, sementara mobil melaju dengan lancar menuju restoran yang sudah mereka rencanakan. Keduanya tak memikirkan bagaimana perasaan Nana, yang mereka khianati.
Semua percakapan Kenzi dan Shakira didengar oleh Nana, tak terlewat. Ia semakin merasakan sesak di dadanya. Ia merasa kepalanya berat, pikirannya kacau balau. Dengan suara pelan, ia bergumam, "Jadi alasan Mas Kenzi membatalkan pernikahanku adalah Shakira? Adikku sendiri?"
Nana langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak-tidak, aku tak bisa membiarkan ini terjadi," katanya dengan suara tegas.
Saat hari mulai beranjak petang, mobil Ganang, ayah Nana dan Shakira, tiba di depan rumah. Ganang baru saja pulang dari bekerja dan merasa lelah. Saat ia keluar dari mobil, Nana langsung menyambut kedatangannya dengan wajah serius.
"Ayah, aku perlu bicara dengan Ayah," kata Nana dengan nada mendesak.
Ganang heran dan bertanya, "Ada apa, Nak?"
Nana menuntun Ganang ke ruang tamu. "Ayah duduk dulu, nanti aku jelaskan."
Tak lama kemudian, Emanuela, ibu Nana dan Shakira, juga pulang. Nana segera memanggilnya. "Bu, bisa duduk di ruang tamu? Ada yang perlu kita bicarakan."
Emanuela, yang juga terlihat lelah setelah bekerja, mengangguk dan duduk di sebelah Ganang.
Nana mengambil ponselnya dan dengan tangan gemetar, memutar rekaman percakapan antara Kenzi dan Shakira. Suara Kenzi dan Shakira yang mesra memenuhi ruangan, membuat wajah Ganang dan Emanuela berubah pucat.
Ganang menatap Nana dengan tatapan bingung dan marah. "Apa maksudnya ini, Nana?" tanyanya dengan suara bergetar.