Azka

1026 Words
“Maaf yaa… lain kali sebelum apa-apa aku kabarin kamu dulu.” Ucap nya tepat di belakang ku. “Terserah.” “Kalau begitu kamu dari mana tadi? Kenapa hp nya mati? Aku khawatir sampai panik dan mau telfon ibu, lain kali jangan begitu ya? Kamu boleh kemana-mana tapi di antar sama aku, dan aku yang jemput. Sudah tugas ku jadi suami kamu.” Ucap Mas Al lagi. bagaimana mungkin aku tidak merasa bersalah? Sementara aku sudah menuduh nya yang tidak-tidak. “Males.” Jawab ku, aku semakin mempercepat langkah ku namun Mas Al malah mengejar dan berdiri di hadapan ku. “Jawab. Atau aku bakal bikin kaki kamu bergetar sampai gak bisa jalan.” Ucap nya dengan tatapan tajam penuh keseriusan. “Di salon, tapi ketiduran. Maaf.” Ucap ku sembari menunduk penuh rasa bersalah, sial dia berhasil menaklukan ku. ***** Semalam adalah pertengkaran kami setelah hidup sebagai pasangan suami istri, rasanya campur aduk, bahkan sampai bangun pun aku masih kesal dengannya. Lucu kan? Padahal aku hanya salah paham. “Aku mau berangkat sendiri.” Ucap ku dengan tegas, penuh gengsi. Dan berjalan mendahului Mas Al. aku bahkan tidak membuatkannya sarapan karena masih gengsi dengan kejadian kemarin. “Aku yang antar.” Balas Mas Al, ia menyambar kunci di tangan ku, lalu menyimpannya di saku celana. Aku tidak bisa menolak, justru berbicara dengannya saja aku merasa malu. “Kita sarapan dulu ya.” Ucap Mas Al ketika kami berdua sudah duduk di atas mobil, aku hanya diam saja, tidak merespon ucapannya. Jujur, rasanya malu sekali, apa lagi ia semakin memperlakukanku dengan baik bahkan setelah aku bentak semalam. “Cel…?” Panggil nya. “Ya. Aku gak mau sarapan sama kamu, aku mau sarapan di kantor aja.” Balas ku, dingin. Mas Al terlihat mengangguk pasrah lalu diam saja hingga kami tiba di kantor. ***** AUTHOR POV Celine turun dari mobil suami nya, berjalan dengan cepat tanpa berbalik sedikit pun. Sementara itu Al menatap punggung Celine yang semakin lama semakin tak terlihat di pandangannya. Ia menggeleng, rasanya ia merasa bersalah setelah membuat istrinya sendiri curiga kepada dirinya, dan sekarang Celine malah tidak mau mendengarnya sedikit pun, ia terlihat menjauh dari Al. Satu hal yang membuat Al kaget ketika sampai di rumah sakit adalah, kehadiran Cena. Sejak menikah dengan Celine, nama Cena sudah hampir tak terdengar lagi di telinganya, dan saat ini Cena muncul di hadapannya, dengan perut yang sudah semakin membuncit. “Mas Al…” Ucap Cena ketika melihat Al. “Cena? Jadwal check up kah?” Tanya Al ketika melihat Cena membawa sebuah buku berwarna pink di tangannya. Cena mengangguk dan tersenyum “Iya, jadwal Check up. Kebetulan antriannya masih lama jadi jalan-jalan dulu sebentar mas.”Jawab nya. “Mas Baru datang?” Sambung Cena. Al mengangguk. “Iya, saya lanjut dulu kalau begitu. Kamu kalau ada butuh apa-apa, hubungi saya saja.” Balas Al sebelum ia beranjak dari tempat nya berdiri. Cena hanya mengangguk dan menatap punggung Al dari belakang yang semakin lama semakin hilang dari pandangannya. Cena berpikir, Cena akan merasa ikhlas ketika melihat adik nya sendiri, Celine menikah dengan laki-laki yang ia cintai, namun ternyata pikirannya salah, ketika melihat Al lagi, hati nya masih merasakan hal yang sama, bahkan tak berubah sedikit pun, yang ada cinta dan rindu nya malah bertambah ketika melihat pria yang sekarang sudah berstatus menjadi ipar nya tersebut, Cena tahu bahwa itu salah, namun dalam hati nya masih ada secerca harapan untuk bisa bersama pria itu. tak jarang Cena seringkali melihat foto-foto Al yang ada di ponsel nya, berharap, saat ini ia yang ada di posisi Celine. “Cen…” Seseorang memanggil Cena dari belakang, Cena lantas berbalik, menatap sang pemilik suara dengan tatapan penuh kebingungan, wajah pria di hadapannya ini tak asing, namun Cena tidak terlalu bisa mengenali siapa orang tersebut. “Ya?” Jawab Cena. “Kamu gak ingat aku?” Tanya pria itu. Lagi-lagi Cena menggeleng. “Maaf, nggak, siapa ya? Soalnya saya emang pelupa.” “Azka.” “Azka siapa?” “Azka yang pernah naksir Celine.” “Aah, iya inget.” Azka, manusia yang pernah suka bahkan cinta mati kepada Celine ketika Celine masih kuliah, Celine yang sejak dulu sudah memiliki banyak teman tak jarang membuat Cena ikut andil dalam urusan percintaannya, beberapa orang yang berusaha menarik perhatian Celine malah mendekati Cena dulu, berharap bahwa pendekatannya tidak akan sia-sia, namun mereka salah, Cena dan Celine adalah sepasang anak kembar yang bahkan tak dekat satu sama lain, jadi sama saja, usaha mereka sia-sia. Azka juga merupakan anak dari salah satu pemilik usaha properti yang terkenal, pantas saja waktu PDKT dengan Celine, beberapa hadiah yang ia berikan kepada gadis itu tidak main-main untuk ukuran anak kuliah, namun sayang, Celine terlalu sulit untuk di dekati. “Apa kabar? Celine mana? Eh udah hamil aja, gak undang-undang nih pas nikah.” Celetuk Azka dengan penuh semangat, tidak banyak yang berubah dari Azka selain bertambah tampan. “Baik. Celine di kantor nya. Hehe maaf.” Balas Cena canggung, ia masih Cena yang sama, Cena yang malu bahkan hanya karena berbicara dengan orang asing, tapi Azka bukanlah orang asing, mereka juga sempat berteman dulu karena Celine. “Oh ya? Celine sekarang kerja di perusahaan start-up gitu ya? Aku sering lihat ** nya, terus Suami nya yang dokter kan? Yang pas nikahan mereka tranding. Waah parah nih kakak adek nikah gak ada yang ngabarin.” Balas Azka dengan sikap ramah nya. “Iya, begitu.” “Kalau Cena sendiri, suami nya kerja di mana? Start up juga kah? Barangkali kenal sama aku juga?” Tanya Azka, lagi. Cena mulai tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan oleh Azka. Tidak mungkin juga ia akan jujur bahwa ia hamil di luar nikah, mau di taruh di mana muka nya? “Bukan, dia Dokter.” Jawab Cena. “Di sini juga? Dokter apa?” “Bedah Syaraf.” “Sama ya sama suaminya Celine?” “Kamu sampai tahu, suaminya Celine dokter spesialis apa?” “Iya, namanya juga mantan gebetan kan? Hahah.” Cena hanya tersenyum kaku mendengar jawaban Azka barusan, terdengar menakutkan, padahal mereka sudah tak pernah bertemu hampir lima tahun lama nya. “Yasudah, aku duluan ya Azka.” Balas Cena, yang sudah enggan berlama-lama di dekat Azka. “Iya, eh Cen, salamkan sama Celine ya? Sekali aja hehe, soalnya dia udah gak mau bales chat ku di **, nomor hp nya pun kayak nya udah bukan yang lama.” Cena enggan berlama-lama di sana, sehingga ia lebih memilih untuk mengangguk saja, dan segera beranjak dari sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD