Pengantin Baru

1198 Words
Aku terbangun dengan keadaan acak-acakan, ku lihat jam baru menunjukan pukul tiga dini hari, di samping ku mas Al masih lelap dengan tidur nya, permainan kami sore tadi berakhir tepat setelah maghrib, bayangkan seberapa lama? Dua atau tiga jam atau bahkan lebih mungkin? Pakaian kami berserakan di mana-mana, aku jadi malu sendiri ketika mengingat bagaimana liar nya aku sore tadi, saat hendak berdiri tiba-tiba Mas Al menarikku ke dalam pelukannya, bahkan ia masih wangi padahal kami sudah berkeringat banyak sore tadi. “Udah pagi ya?” tanya nya. “Belum, tidur lagi aja.” Jawab ku. Namun bukannya tidur, ia malah membuka kembali mata nya, menatap ku sembari tersenyum, sebelah tangannya mengusap pipi ku dengan lembut. “Terimakasih ya cantik.” Ucap nya pelan, aku tersenyum dan mengangguk, sial kenapa rasanya jadi mendebarkan seperti ini? Aku pikir Mas Al akan kembali melanjutkan tidur nya, namun ternyata tidak, ia malah bangun lalu menindih ku dari atas. Oh s**t, here we go again. “Mas ih, masih subuh.” Ucap ku, ketika merasakan tangannya yang dingin kembali menjamah tubuh ku. “Iya, mumpung masih subuh, sekali lagi yuk, sebelum mandi wajib.” Ucap nya sebelum akhirnya semua yang kami lakukan sore tadi kembali terulang. Pagi nya Mas Al harus kembali bekerja, walaupun tidak ikhlas aku harus tetap membiarkannya bekerja, sebab memang sudah kewajibannya. Keadaan rumah setelahnya kembali sepi, hanya ada aku dan suara televisi yang sejak pagi menemani ku hingga saat ini. Aku jadi menyesal kenapa aku mengambil cuti terlalu banyak, padahal suami ku sendiri hanya mengambil sedikit cuti, mengingat kami tidak akan berbulan madu. Kamu gapapa, di rumah sendirian?. Pesan singkat dari Mas Al membuat ku jadi senyum-senyum sendiri, di tengah kepadatan pekerjaannya ia bahkan masih sempat menanyakan kabar ku. Iya, gapapa kok. Balas ku. Tidak lama setelah nya, Mas Al kembali membalas pesan ku. Hati-hati ya, aku pulang cepat hari ini. Balas nya. Aku tersenyum membaca pesan dari suami ku itu, rasanya kenapa jadi menyenangkan sekali? Jantungku berdebar setiap kali membaca kata demi kata yang ada di pesan singkat itu, juga rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu yang beterbangan di perut ku. Ketika sedang asyik menonton televisi, tiba-tiba bell rumah ku berbunyi. Aku buru-buru berlari ke luar, membukakan pintu untuk orang tersebut, ternyata orang itu adalah Mba Alika, dengan seorang anak perempuan yang aku perkirakan berumur kurang dari satu tahun, aku yakin anak itu adalah anak nya, sebab beberapa tahun yang lalu, ketika aku bertemu dengannya, ia memang telah menikah. “Mbak Alika, masuk mbak.” Ucap ku sembari tersenyum manis mempersilahkannya masuk. Mbak Alika mengangguk, lalu berjalan memasuki rumah ku, dan aku berjalan di belakangnya karena harus menutup pintu dulu. “Duduk dulu mbak, aku buatin minum sebentar.” Ucap ku kepada Mbak Alika ketika kami sudah sampai di ruang tamu, aku bisa saja mengajak nya sampai ke ruang keluarga tapi rasanya agak aneh, sebab kami tidak se akrab itu. aku tidak menjamu nya banyak, hanya beberapa cemilan yang ada dan juga jus buah naga buatan ku dari buah yang di bawakan oleh ibu mertua ku. “Maaf ya mbak, cemilannya ini doang, aku belum bikin apa-apa soalnya.” Ucap ku sembari meletakan nampan berisi cemilan di atas meja, Mbak Alika terlihat tersenyum sembari menenangkan anak nya yang mulai merengek. “Celine, sstt diam dulu dong sayang, itu tuu ada tante tu.” Ucap Mbak Alika kepada anak nya sembari menunjuk ku. Aku tentu saja kaget, mendengar nama anak nya sama dengan nama ku. Di detik selanjut nya Mbak Alika menatap ku sembari tersenyum. “Kamu kaget ya? Namanya juga Celine. Celine Elena Hutomo. Yang ngasih nama Aldo, Hutomo nama belakang papa nya Celine.” Jelas Mbak Alika. Aku mengangguk dan tentu saja sedikit kaget mendengarnya, Aldo memberi nama keponakannya dengan nama ku? Bahkan setelah kami putus? Waah lucu sekali manusia itu. “Lumayan hehe, kenapa bukan mbak aja yang namain? Kok Aldo?” Tanya ku, penasaran. “Aldo dari awal udah kepengen banget ngasih nama sendiri buat keponakan pertamanya, dari awal hamil malah, terus suami ku nge izinin yaudah deh, pas Celine lahir, Aldo langsung ngasih nama itu, awal nya aku kira kalian masih bareng looh tapi pas aku tungguin, yang dateng sama Aldo malah bukan kamu, tapi pacar baru nya, aku sampai kaget terus gak enak sama pacar baru nya juga, soalnya nama Celine ketulis jelas di papan ranjang bayi nya. Gak kebayang deh gimana BT nya jadi pacar nya Aldo waktu itu, tapi aku harap pacarnya gak tau sih ya nama Celine inspired by siapa.” Ucap Mbak Alika. Aku tersenyum. “Dia tau mbak, harusnya sih gitu. Soalnya pacarnya Aldo yang sekarang itu, sahabat aku dulu.” Jelas ku. Raut wajah Mbak Alika seketika berubah, ia nampak kaget sekaligus heran mendengar ucapan ku barusan. “Past just a past mbak, gapapa. Btw di makan mbak heheh.” Balas ku. “Wah parah, padahal mami ku suka banget loh sama kamu, sampai pas malem setelah Aldo sama pacar nya dateng, mami ngomel-ngomel kok kamu gak dateng, kok yang di bawa malah orang lain, habis deh tuh si Aldo. Eh tapi Aldo udah tau gak ya kamu udah nikah apa belum?” “Tau kok mbak, beberapa hari sebelum siraman malah ketemu sama Aldo di taman deket rumah, selfhealing katanya, Cuma yagitu, yagitu deh.” Jawab ku. Aku dan Mbak Alika mengobrol cukup lama, bahkan sampai anaknya tertidur mendengar obrolan kami berdua, dari yang aku dengar dari Mbak Alika, dia tidak bekerja katanya suaminya melarang, jadi kehidupannya hanya fokus jadi ibu rumah tangga, mbak Alika orang nya baik dan seru jika mengobrol dengannya, jiwa nya juga masih seperti orang yang seumuran dengan ku. Sedang asyik mengobrol dengan Mbak Alika, tiba-tiba terdengar deru mesin mobil dari arah luar, aku yakin itu adalah suara mesin mobil milik Mas Al. aku buru-buru keluar untuk membuka pintu, dan benar saja yang datang adalah suami ku. “Ada tamu?” Tanya nya ketika melihat ada sendal lain di teras rumah. Aku mengangguk. “Mbak Alika, ayo di sapa dulu.” Jawab ku, raut wajah mas Al nampak seketika berubah, ia mengekor di belakang ku, lalu menyapa Mbak Alika. “Sudah lama?” sapa Mas Al Mbak Alika mengangguk “Eh iya udah dari tadi, btw Cel, aku balik dulu ya papa nya Celine udah di jalan soalnya.” Ucap Mbak Alika sembari berdiri, mengambil ponsel nya di atas meja. Aku mengangguk dan tersenyum. “Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya mbak.” “Wah pasti itu, aku balik dulu yaa.” Setelah Mbak Alika pergi, Mas Al masih dengan raut wajah yang sama, datar dan tak bersahabat. Ia menatap ku dengan tatapan itu sejak tadi. “Kenapa? Kok ngeliatin gitu?” Tanya ku, aku berjalan mendahuluinya. “Kok kamu akrab banget sama kakak nya mantan kamu?” Tanya nya. “Ya kan mantanannya sama adek nya, sama kakak nya kan tetanggaan masa harus di musuhin sih, udah ah aku gak ngerti bujukin orang, gak usah badmood, mandi gih.” Ucap ku, ketika kami berdua sudah sampai di kamar. Mas Al mengangguk dan mulai menanggalkan satu per satu pakaiannya. “Buka nya di kamar mandi astagaa, kok malah di sini?” Ucap ku. “Kenapa?” Tanya nya polos. “Ya malu lah, kok segala nanya?” “Malu buat apa? kan kamu udah lihat, udah pegang, udah ngerasain juga. Kenapa harus malu?” Ucap nya yang spontan membuat pipi ku jadi seketika memerah. Ia tertawa kemudian berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan ku dengan pipi yang merah merona.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD