Another day of another honeymoon

1017 Words
Setelah mandi, Mas Al hanya keluar dari kamar mandi di balut dengan sebuah handuk tipis yang hanya menutupi seperempat dari bagian paha nya, aku langsung melotot meminta nya untuk memakai baju di kamar mandi. “Tuh kan tuh, kebiasaan, di bilang pakai baju di kamar mandi. Kamu ih, gak bisa di bilangin.” Ucap ku sembari menatap matanya tajam. Bukannya menurut, ia malah berjalan mendekati ku, mengunci ku di antara tangannya. “Kenapa? Coba kasi alasan yang jelas.” Jawab nya dengan senyum licik di wajah nya, aku bahkan dapat merasakan wangi sabun dari tubuh nya, jarak kami terlalu dekat. “Mas munduran dikit.” Ucap ku ketika sadar bahwa jarak kami semakin dekat, aku bahkan bisa merasakan deru nafas nya, sebelah tangannya menopang tubuh ku agar tidak jatuh, lalu di detik selanjutnya bibir kami mulai menyatu, ia membuat ku duduk di atas pangkuannya, membuat ciuman kami semakin lama semakin dalam. “Ngghhh.” Ucap ku, spontan ketika tangannya kembali menyusuri setiap inci bagian tubuh ku. “Mas ih, kan tadi malam, udah.” Ucap ku. Namun suami ku tidak peduli, ia terus menyerangku, hingga aku tak sadar satu per satu pakaian ku sudah terlepas. “Kamu barusan mandi loh, astaga.” Ucap ku berusaha menghentikannya, tetapi semakin aku berusaha menghentikannya, maka Mas Al juga semakin menjadi-jadi, kali ini ia lebih jauh lagi, tenaga ku yang lebih kecil darinya tentu saja kalah, Mas Al terlalu kuat untuk di lawan. ***** Aku jadi harus mandi lagi akibat perbuatan Mas Al, pria itu sedang duduk santai di kasur sembari menonton televisi, ia mandi duluan karena aku memintanya, padahal tadi ia bahkan masih mengajakku untuk mandi bersama namun aku menolak, tenaga ku sudah hampir habis di buat nya. Setelah mandi aku menghampirinya, menatap nya dengan tatapan kesal namun ia malah membalas ku dengan senyum jahil nya. “Cantiknyaaa.” Ucap nya dengan jahil, aku mencubit lengannya lalu berlalu begitu saja, melewati nya untuk duduk di depan meja rias ku, ia tersenyum lalu kembali menatap televisi nya dengan serius. Andai saja tahu akan begini, aku akan memilih untuk berbulan madu di tempat yang bagus, rasanya kesal juga mengingat first night ku hanya di kamar, sungguh pengalaman yang buruk. “Mau makan apa kamu?” tanya Mas Al. Aku mengangkat kedua bahu ku “Gak tau, apa aja.” Jawab ku. “Mau makan di luar?” Tanya nya. “Terserah. Mas kok kamu pulangnya cepet banget sih? emang gak ada kerjaan lagi ya di RS?” “Tadi teman minta di gantiin dulu, tapi aku tolak.” “Loh? Kenapa? Kan kamu gak ngapa-ngapain juga.” “Gak tau pengen pulang aja, kangen kamu mungkin.” Mendengar hal tersebut aku langsung mengalihkan wajah ku, takut-takut jika melihatnya dengan kondisi wajah yang memerah. Sial, apa dia sedang berusaha keras untuk membuatku jatuh cinta kepadanya? Tapi kenapa aku malah memerah setiap kali Mas Al mengucapkan kata-kata manis? Apa aku sudah jatuh kepadanya? “Alay ih.” Desis ku, setelah itu Mas Al berdiri, ia menghampiri ku yang sedang mengeringkan rambut. Ia mendekat kepada ku, mengacak rambut ku pelan sembari mencium pipi ku sekilas. “Cantiknyaa istrikuu.” Ucap nya dengan senyum manis di wajah. Oke, sebutlah ia alay atau apa tapi memang, akhir-akhir ini ia seringkali memuji ku seperti itu, aku tidak tahu itu hanya sekedar pujian atau memag tulus dari hati nya, tapi melihatnya seperti itu membuat ku merasa bahwa kami benar-benar terlihat seperti pasangan. “Ayo, makan.” Aku berdiri, berjalan mendahuluinya, sementara Mas Al mengekor di belakang ku. Aku sebenarnya belum tahu kami mau makan apa dan di mana, namun aku keluar saja dari kamar, rasanya aku selalu salah tingkah jika berada di kamar yang sama dengannya. Namun belum sampai kami menginjak anak tangga terakhir, tiba-tiba ponsel ku berdering, ibu mertuaku menelfon, aku dan mas Al berpandangan sebentar sebelum ia mengangguk dan aku mengangkat telfonnya. “Halo Assalamualaikum Celine…” Suara tante Widya terdengar lemah di banding kemarin, mata ku menatap Mas Al sekilas kemudian kembali fokus dengan telepon di hadapan ku. “Iya bu waalaikumsalam, ibu kenapa, kok suaranya lemas begitu?” Tanya ku. “Ibu kecapean ini, bapak juga sakit. Jadi tinggal berdua di rumah soalnya mbak udah pulang. Celine masih ada libur kan, sehari? Ayo nginep sini, soalnya aneh rasanya kalau berdua doang sama bapak.” Aku melirik Mas Al sekilas, namun ia tidak mengerti kami membicarakan apa. “Yaudah bu, aku coba tanya ke Mas Al dulu ya.” Ucap ku, aku menjauhkan telepon dari telinga ku kemudian mendekat ke arah nya. “Ayo nginep di rumah ibu sama bapak, ibu kecapean, bapak sakit.” Mas Al mengangguk, lalu aku kembali berbicara kepada ibu mertua ku. “Yaudah bu, aku sama mas siap-siap kesana ya.” “Ibu tunggu ya Cel.” “Iya bu.” Mas Al memandang ku dengan tatapan penuh tanda tanya. “Boleh gak mas?” Tanya ku. “Ayo, siap-siap.” Ucap nya. Aku mengangguk lalu menyiapkan barang-barang yang akan aku dan Mas Al perlukan selama di rumah ibu mertua ku. Aku tidak perlu waktu lama untuk menyiapkan barang-barang yang akan kami bawa, lalu setelahnya kami pun berangkat. Raut wajah mas Al biasa saja, tidak terlihat khawatir sama sekali padahal aku sudah khawatir sejak tadi. “Kok mas biasa aja? Gak khawatir emang?” Tanya ku. “Sudah biasa itu, biasanya ibu memang begitu kalau terlalu banyak kegiatan.” Jawab Mas Al. aku mengangguk, wajar, karena tante Widya memang masih aktif seperti ibu ku sendiri. Omong-omong tentang ibu, saat ini ibu jauh lebih tenang karena Cena juga tidak berulah apa-apa, tapi yang lebih aku khawatirkan saat ini adalah papa, papa belum bisa menerima Cena sepenuhnya di rumah. Sejak pindah ke rumah Mas Al, papa biasa menelepon ku, bahkan lebih sering dari biasanya, aku khawatir kesehatan papa terganggu karena terlalu banyak pikiran. “Kamu kapan mau nginap di rumah papa sama ibu?” tanya Mas Al. “Nggak dulu deh mas, next time aja, takut nya malah jadi home sick kalau balik ke rumah.” Jawab ku. “Papa kamu kayak nya kangen, Sehari nelfon kamu bisa tiga kali kan?” “Iya I know, but… nggak dulu deh, takut bikin papa makin sedih. You know kan gimana papa sekarang apa lagi ada Cena gimana, aku jadi kasian sendiri sama papa, kemarin aja tuh pas habis resepsi papa lebih mau tidur di hotel dari pada di rumah, mana ngasih alasan takut kangen sama aku lagi.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD