Cemburu

1157 Words
                Saat melangkah masuk ke apartement milik Fathur, Al melihat Celine di sana, tengah terlelap di atas sofa, gadis itu terlihat begitu lelah, wajar karena kemarin ia belum sempat benar - benar beristirahat ketika pulang dari perjalanan dinas nya. Al mengambil selimut dari kamar kakak nya kemudian menutup sebagian tubuh Celine yang terlihat karena baju nya tersingkap ke atas, sementara Al duduk di karpet sembari menyalakan televisi dengan volume yang kecil agar calon istri nya itu tidak terbangun. Tidur Celine cukup lelap sebab waktu sudah menunjukan pukul lima sore namun ia masih tertidur dengan lelap, makanan yang di beli oleh Al sudah dingin, namun tidak apa, selagi Celine beristirahat dengan cukup, Al sudah senang, wajah gadis itu selalu terlihat pucat, mungkin karena kelelahan mengurus pekerjaan dan persiapan pernikahan mereka sendirian, walau terkadang di bantu oleh Wika, namun Celine lebih banyak mengurus semuanya sendirian.                 “Eh… mas aku ketiduran ya?” Ucap Celine dengan suara serak nya, Al menengok dan tersenyum mengelus lutut Celine.                 “Iya, capek ya? Makan dulu ya, dari tadi kamu belum makan kan?” Al berdiri, kemudian menyiapkan makanan untuk calon istrinya itu, Celine mengekor di belakang nya, ia masih selalu tidak enak setiap kali merepotkan Al seperti itu. Al selalu baik kepadanya sementara ia selalu memperlakukan Al seenaknya, walau terkadang ia kasar kepada pria itu, Al selalu saja baik kepada Celine.                 “Aku aja, kamu duduk gih, kamu kan udah belanja, aku aja sini yang panasin.” Ucap Celine, namun Al malah menggeleng, pria itu tersenyum sembari mengacak pelan rambut Celine dengan gemas.                 “nanti saja kalau sudah menikah.” Balas Al dengan senyum jahil di wajah nya. Celine tertawa, kemudian mengangguk lalu kembali ke tempat duduk nya tadi menunggu Al selesai menyiapkan makanan mereka, cukup sederhana, hanya corndog dan ttoppoki yang Al beli di minimarket yang ada di bawah tapi harum makanan itu mampu membuat Celine semakin merasa lapar. Tidak berselang lama kemudian Al menghampirinya lengkap dengan nampan yang berisi banyak makanan di sana.                 “Waah.” Celine tersenyum senang melihat kepulan asap di atas makanan-makanan itu, warna merah pada saus toppoki nya membuat Celine semakin tidak sabar untuk menyantap makanan yang ada di hadapannya saat itu.                 “Baca doa dulu, baru makan.” Ucap Al. Celine tersenyum dan mengangguk, ia hampir saja lupa akan hal itu.                 Al menatap gadis di hadapannya, yang sebentar lagi akan menjadi istrinya, Celine nampak cantik walau dalam keadaan berantakan seperti itu, rambutnya acak-acakan, baju nya sudah kusut karena di pakai tidur, ia dengan lahap menyantap makanann yang di beli oleh Al tadi dengan sangat lahap. “Tadi saya ketemu sama Cena di bawah.” Ucap Al. Mendengar hal itu Celine nampak terkejut. “Kok bisa? Kan tower nya dia jauh banget dari sini.”                 “Pindah katanya, saya juga sempat bantuin buat pindahin barang nya.” Jawab Al.                 “Terus? Eh tapi kok dia gak ngomong dulu ke aku? apa udah ngomong ke ibu?” Celine berbicara kepada dirinya sendiri, mengingat ia baru saja bertemu dengan Cena seminggu yang lalu karena kakak nya itu mengeluh kekurangan uang, karena sudah tidak mendapat bantuan lagi dari orang tua mereka.                 “Terus dia bilang dia suka sama saya, tapi saya nolak, dia kayak nya lagi stress berat sampai hampir semua yang dia bilang ngaco semua, saya tahu dia lagi ada di dalam fase yang berat, hamil tanpa di dampingi keluarga mau pun suami, makanya mungkin pas lihat sa-”                 “Dia emang suka sama kamu, udah lama. Kalau boleh jujur, ibu bahkan pernah minta aku buat mundur sama kamu karena Cena suka sama kamu, tapi aku gak mau, sempat sih kayak tegang tegangan gitu sama Cena sama ibu tapi gak lama, soalnya papa dukung aku, terus gak lama setelah nya pas kita udah ngurus ini itu nya, Cena ketahuan hamil.” Celine memotong ucapan calon suami nya, tahu pembicaraan apa yang akan selanjut nya mereka bahas. Al nampak kaget ternyata Cena sudah se jauh itu yang selama ini Al amati hanya tingkah Cena jika berada di dekatnya, sangat berbeda dengan diri nya ketika bersama dengan orang lain, maka dari itu lah dia menyimpulkan bahwa Cena punya perasaan kepadanya.                 “Kenapa kamu menolak?” Pernyataan Celine barusan juga membuat Al penasaran, sebab yang ia tahu Celine bahkan begitu tidak mau menikah dengannya.                 “Ya gapapa, gak mau aja, emang kenapa? Kamu berharap aku nolak terus kamu nikah sama Cena gitu?” Balas Celine dengan nada yang terdengar sedikit sarkas. Namun Al hanya tertawa melihat nya, wajah Celine memerah, apa gadis itu cemburu?                 “Kamu cemburu? Kan saya Cuma bertanya.” Balas Al.                 “Nggak lah,aneh kamu.” Balas Celine, ia menyudahi makannya karena tiba-tiba merasa kenyang, mood nya tiba-tiba memburuk karena mendengar kabar tentang Cena yang menyatakan perasaannya barusan.                 “Kok udahan makannya?” Tanya Al.                 “Udah kenyang.” Mood Celine memang betul-betul gampang berubah hanya karena mendengar hal sesederhana itu, harusnya ia biasa saja, toh ia juga tidak punya rasa kepada calon suaminya itu, namun entah kenapa sekarang ia malah merasakan hal yang aneh. Celine menyandarkan tubuh nya di kursi, menunggu Al selesai makan, mata nya fokus pada tontonan di depannya, setelah itu Al berpindah posisi duduk di sebelah gadis itu, sebelah tangannya merangkul pundak Celine mengelus pundak itu pelan-pelan, menciptakan kenyamanan tersendiri untuk gadis itu.                 “Kamu badmood ya? Saya tadi Cuma pengen ngasih tau kamu, saya ngerasa gak enak kalau misal nanti kamu tahu dari orang lain.” Ucap Al yang seakan paham apa yang di rasakan oleh calon istrinya itu.                 “I know.” Balas Celine singkat.                 “Tapi saya suka kalau kamu begini, kenapa? Kamu ngerasain apa sekarang? Kamu cemburu?” pertanyaan-pertanyaan itu juga menjadi pertanyaan Celine untuk dirinya sendiri, ia juga penasaran apa yang sedang ia rasakan saat itu. perasaan yang sama persis ia rasakan ketika melihat bukti-bukti yang ia dapat ketika Aldo berselingkuh dengan Vani, rasanya panas sekaligus sesak, dan tidak ada penawar nya.                 “I don’t know mas. Jangan tanya gitu lagi, aku gak bakal bisa jawab.” Balas Celine.                 “Cemburu saja, saya suka. Artinya perasaan saya terbalas.” Ucap Al yang sukses membuat Celine kaget, matanya terbelak mendengar hal tersebut, pria kaku yang sebentar lagi akan menjadi suami nya menyatakan perasaannya di saat-saat yang seperti ini, Celine malah berpikir bahwa Al sedang mabuk.                 “Kita lagi gak minum alkohol, tapi kenapa kamu mabuk gini?” Tanya Celine.                 “Tidak, saya tidak mabuk. Saya memang suka sama kamu, kenapa? Saya tidak akan paksa kamu untuk suka sama saya juga.” Balas Al.                 “I just don’t like everytime she want you. I think you are… mine.” Desis Celine pelan, namun suara nya dapat terdengar jelas oleh pria di samping nya, Al menatap mata Celine lekat-lekat, lalu keduanya saling mendekat hingga mereka dapat merasakan deru napas mereka satu sama lain. Al memegang pinggang Celine, bibir nya mendarat sempurna di bibir gadis itu, tangannya kemudian bergeser ke atas, smentara Celine mengalungkan tangannya di leher pria itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD