Klise

1126 Words
Celine mendengus kesal sembari menatap suaminya dengan tatapan yang tajam "Kamu ngomong apa aja tadi mas, sama Papa?" tanya Celine saat Al, suaminya. baru saja memasuki kamar. Pria itu berjalan santai melewati Celine seakan-akan ia tidak peduli dengan ucapan istrinya tadi. Dingin, seperti es.   "Papa bilang dia harus berhentiin aku dari perusahaan karena ada orang yang lebih berkompeten dari aku, bohong! Itu semua gara-gara mas Al kan?!” tanya Celine dengan emosi yang menggebu-gebu.   Mereka bahkan sudah bertengkar di malam pertama mereka. Hanya karena tadi, Papanya yang merupakan pemilik dari perusahaan tempat dimana Celine bekerja,tiba-tiba memberitahu Celine kalau wanita itu harus berhenti bekerja karena adanya pengganti di jabatannya yang lebih kompeten sehingga Celine mau tidak mau harus berhenti bekerja. Celine tau, bahwa itu semua sudah pasti rencana suaminya, karena sejak awal mereka sepakat untuk menikah, Al memang tidak setuju jika Celine harus bekerja lagi, karena semua kebutuhannya sudah pasti bisa Al penuhi.   Celine meninggalkan Al yang sedang berbincang-bincang dengan keluarganya yang berasal dari Makassar, Celine tidak peduli, karena ia sudah di rundung emosi. Rasanya ia bahkan sudah hampir menangis. Celine memilih untuk langsung masuk ke dalam kamar dan membersihkan diri. Mencopot satu persatu aksesoris dari baju Bodo nya (Baju adat suku Bugis-Makassar) .     Karena ini malam pertama untuk mereka berdua, Celine memanglah sudah berniat untuk memberikan Al hak nya sebagai seorang suami, tetapi akibat kekesalannya terhadap sang suami akhirnya Celine tidak jadi memberikan hak suaminya malam itu, ya lagipula dia juga belum siap untuk hal itu. Celine masuk ke kamar untuk membersihkan diri terlebih dahulu lalu tidur meninggalkan Al sendirian yang masih berbincang dengan keluarganya di lobby hotel.   Celine berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan mendiami suaminya itu selama beberapa hari kedepan, karena ada dua alasan, yang pertama ia takut di unboxing oleh suaminya sendiri, dan yang kedua, ia masih kesal karena gara-gara perintahnya, Celine harus minggat dari kantor padahal karirnya sedang bagus-bagus nya.   "Mas, kamu jangan diam aja!" Ucap Celine sembari menatap suaminya itu dari arah ranjang. Cukup aneh memang, karena ia telah berjanji akan mendiami Al tetapi ia sendiri yang berbicara kepada Al duluan. Baru saja Al memasuki kamar sembari melepas satu per satu baju adat yang ia kenakan tanpa rasa bersalah di depan Celine, hingga ia hanya menyisahkan sebuah boxer untuk menutupi bagian intim dari tubuhnya itu.   Al bersih-bersih, kemudian ia berjalan dengan santai, melewati baju pengantinnya yang berserakan di lantai lalu mendekati lemari untuk mengambil handuk yang nanti akan ia pakai setelah mandi, setelah mengambil handuk ia dengan santainya melewati Celine yang duduk diam di depan meja rias sembari menatap Al dengan tatapan kesal.   "Oh dia tipikal shirtless kalau lagi bobo, astaga kok deg-degan." Ucap Celine dalam hati, sembari menatap Al yang berjalan ke arah kamar mandi.   Tubuh kekar, dan atletis. Serta d**a bidang yang Al miliki cukup membuat Celine harus selalu menormalkan detak jantungnya sendiri karena setiap kali melihat suaminya dengan keadaan seperti itu, ia merasa bahwa jantungnya tidak normal karena degdegan tidak karuan. Perlu kalian ketahui sebelumnya bahwa , Al dan Celine menikah bukan karena ada cinta di antara mereka, melainkan mereka menikah hanya karena untuk saling menguntungkan diri mereka masing-masing.   Al, yang sudah lelah di minta oleh keluarganya untuk menikah tetapi sementara itu ia belum memiliki calon yang bisa pas untuk dia jadikan seorang istri.   Dan   Celine, ia harus mencari laki-laki untuk ia dijadikan suami , karena kalau tidak, ia bisa-bisa langsung di jodohkan dengan laki-laki yang merupakan anak dari kerabatnya. Laki-laki yang pernah hampir melecehkan Celine sebelumnya. Tentu saja Celine tidak mau.   Pernikahan mereka terjadi karena mereka berdua sepakat untuk saling menolong satu sama lain, serta tidak ada salahnya juga untuk memulai hidup baru sebagai sepasang suami istri dengan harapan mereka berdua bisa saling jatuh cinta seiring dengan berjalannya waktu.   ---   Tubuh kekar, dan atletis. Serta d**a bidang yang Al miliki cukup membuat Celine harus selalu menormalkan detak jantungnya sendiri karena setiap kali melihat suaminya dengan keadaan seperti itu, ia merasa bahwa jantungnya tidak normal karena degdegan tidak karuan.   Eh, fokus!   "Mas!" Ucap Celine dengan nada bicara yang cukup tinggi sehingga membuat Al menengok ke arahnya. Celine masih tidak terima karena ia di berhentikan secara sepihak dari kantornya, apalagi secara tiba-tiba seperti saat ini.   "Kamu pikir, kamar kita ini hutan?" Tanya Al, mendengar kata 'Kita' yang di ucapkan suaminya itu barusan, sukses membuat beribu kupu-kupu terasa beterbangan di perut Celine. Geli, tapi lucu.   "Kamu gak salah." jawab Al dengan datar. Seakan-akan semua yang ia lakukan itu biasa saja untuk Celine.   Celine menghela napas berat setelah mendengarkannya. Ia kembali menatap tajam seorang CEO yang sekarang sudah berstatus sebagai suaminya itu. Ia menatap Al seolah-olah Al dapat mendengar isi hatinya.   "Bisa-bisa nya kamu giniin akuu. Mecat aku tanpa izin. Padahal aku udah ngerjar posisi itu sejak tiga tahun terakhir" ucap Celine dalam hati, dengan mata yang berkaca-kaca.   "Harusnya kita diskusi dulu soal itu mas! harusnya Mas nanya dulu sama aku, apa aku mau langsung berhenti kerja apa nunggu dulu. Ini kan enggak ada di catatan pernikahan kita Mas!" Ucap Celine dengan suara yang bergetar.   Al lagi-lagi tidak menanggapi ucapan istrinya itu, sehingga Celine semakin merasa kesal akan Al. Lelah di acuhkan oleh sang suami akhirnya Celine memilih untuk tidur duluan, Celine tidur membelakangi pria itu  lalu menarik selimut hingga seluruh tubuhnya tertutupi. Celine Menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil yang tidak diberikan permen oleh ibunya.   Berada di posisi sebagai seorang sekretaris adalah keinginan Celine sejak dulu, Celine telah mengabdikan masa mudanya untuk berada diposisi itu, tapi suaminya, yang berstatus sebagai CEO itu dengan tega nya membuat Celine harus melepaskan pekerjaan tersebut.   Celine merasa kasur yang ia tiduri terasa sedikit terisi, Celine sadar bahwa Al telah bergabung bersamanya karena Al juga bahkan telah berlindung di bawah selimut yang sama dengan Celine.  Perlahan-lahan lampu meredup satu persatu sehingga hanya menyisahkan lampu meja yang remang. Al tidak bersuara sama sekali sehingga Celine menganggap bahwa suaminya itu berhati batu karena tidak mengerti perasaannya sama sekali, tangis Celine semakin menjadi-jadi,  tapi Al masih setia dengan pendiriannya, dan membiarkan Celine menangis di sepanjang malam .   Saat pagi datang, Celine terbangun dengan keadaan mata yang sembab karena ulah nya sendiri, menangis di sepanjang malam hingga ia tertidur.   Hal pertama yang Celine dengan saat ia bangun tidur adalah suara serak milik Al yang juga nampaknya baru bangun tidur.   "Kamu tau gak kenapa saya kekeuh buat larang kamu kerja? Enggak kan? Karena kamu itu tanggung jawab saya, kamu tanggung jawab saya sejak para saksi bilang 'sah' kemarin,  Saya enggak mau istri saya ikutan mencafi nafkah, karena saya mampu membiayai hidup kita berdua bahkan sampai cucu kita ber-cucu lagi. Berstatus sebagai CEO seperti ini, belum cukup buat kamu tenang akan finansial ya?" Ucap Al yang sukses membuat Celine menjadi diam seketika di tempat nya.   Rasanya ia menjadi merasa bersalah karena telah menangis semalam suntuk, pasti itu terlalu mengganggu untuk Al.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD