Sandwich for him

1155 Words
                “Kok mukanya di tekuk kayak gitu?” Tanya Al. ketika melihat Celine sedang cemberut, sejak tadi gadis itu terus menekuk wajah nya, tidak ada senyum, bahkan ia membiarkan mobil Al sepi tanpa lantunan lagu, padahal biasanya Celine paling anti dengan hal seperti itu, biasanya ia akan mengomel kepada pria itu kalau mobil nya begitu hening, padahal ia bisa memutar lagu melalui tape mobil nya.                 “Gak kok gapapa.” Jawab Celine, ia berkali-kali menghela napas, terlalu jelas pada raut wajah nya bahwa ia sedang kesal akan sesuatu, ia hanya enggan menyebutkan kepada Al tentang apa yang membuatnya kesal.                 “Kamu kesal karena besok makan malam nya di cancel?” Tanya Al. sontak Celine membulatkan matanya, kaget mendengar hal yang barusan di ucapkan oleh pria itu.                 “Kata siapa?” Tanya Celine.                 “Kata ibu, katanya ibu kamu yang minta re-schedule, besok dia ada acara soalnya, lagi pula katanya kamu minta waktu buat ngurus ini itunya sendiri, jadi di kasih waktu deh sama ibu kamu. Kok kamu kaget begitu ekspresi nya? Emang kamu belum di kasih tau?” Tanya Al, Celine menggelengkan kepalanya, ia hanya tidak menyangka bahwa ibu nya akan berbuat sejauh itu hanya untuk mewujudkan apa yang Cena mau, tanpa peduli dengan Celine sendiri.                 “Yaudah gak apa-apa, kan bisa nanti, baju nya bisa di pakai kapan-kapan atau di simpan, atau bisa beli baru lagi nanti.” Balas Al sembari mengusap lembut kepala Celine. Celine tertegun, bagaimana jika pria di sampingnyaini tiba-tiba berubah dan malah mengikuti kemauan orang tua Celine, pasti Cena akan berpikir bahwa semua hal yang ia mau akan jatuh ke tangannya, dan Celine tidak mau jika hal itu sampai terjadi.                 “Mas, aku mau nanya sama kamu, boleh gak?” Ucap Celine, ia memperbaiki posisi duduknya, menggeser sedikit tubuhnya agar bisa menatap Al dengan leluasa dari samping.                 “Iya silahkan.” Balas Al.                 “Tipe kamu kayak gimana? Maksud aku cewe idaman yang kamu mau selama ini, sebelum di jodohkan sama aku, yang kayak gimana?” Tanya Celine. Al diam selama beberapa saat sebelum ia menjawab pertanyaan dari gadis itu “Yang baik, yang mengerti agama,yang pintar, sudah Cuma itu, kenapa?” Balas Al.                 “Loh kayak Cena dong? Kok gak sama Cena aja? Kan kemarin juga di kenalin sama Cena, gimana tuh?” Celine sengaja memancing Al, ia hanya ingin tahu, apakah pria itu akan tetap mempertahankannya walau di minta untuk bersama Cena saja, atau tidak.                 “Karena baik, dan pintar itu kamu kan? Kalau mau belajar agama lebih dalam, nanti sama saya kalau sudah menikah, lagi pula kalau sama kamu saya ngerasa cocok, gak tau kenapa. kenapa kamu tanya begitu?” Tanya Al. Celine menggeleng. “Iya, gak apa-apa pengen tau aja.” Balas Celine, entah kenapa hati nya langsung terasa lega, padahal seharusnya saat ini ia harus bersenang-senang karena ada orang lain yang menginginkan posisi nya. Mungkin kalau perempuan lain yang meminta Al kepada Celine, Celine akan senang hati untuk mundur, namun kali ini berbeda, Celine tidak mau kalau orang lain itu adalah Cena, sebab sejak kecil, Cena selalu mengambil apa saja yang Celine punya, dan menginginkan apa saja yang Celine punya. *****                 “Sudah jam istirahat dok, setelah itu ada pasien yang sudah daftar untuk check up , sekarang sudah ada dua puluh enam orang.” Ucap Rani, suster yang menolong Al selama ini untuk mengontrol pasiennya, sudah pukul setengah satu siang, dan Al baru keluar dari ruang operasi, operasi panjang yang membuatnya harus berada di ruangan itu selama kurang lebih lima jam lama nya, dan setelah itu Al masih harus memeriksa pasien lain karena sudah ada janji temu dengannya. Al mengangguk, dua puluh enam orang terlalu banyak dan pasti akan membuanya lembur hingga sore kalau saja ia memilih untuk makan siang dulu, dan pasti akan membuatnya terlambat menjemput Celine sore nanti, ia tidak mau membuat gadis itu menunggu. “Rania, saya tidak istirahat ya, silahkan suruh pasiennya masuk, jangan lupa prokes.” Ucap Al. Rani mengangguk, tanpa bertanya, ia sudah hapal betul bagaimana sosok dokter itu, apalagi jika sudah memiliki renana, pasti akan melupakan jam istirahatnya. Sementara itu, Cena sejak tadi sudah mondar-mandir di sekitar ruang kerja Al, berusaha mencari pria itu sebab ia sudah mencari Al di kantin namun ia tidak menemukan pria yang ia cari, jadi Cena menarik kesimpulan bahwa, Al masih berada di ruangannya. Di tangan Cena, ada sebungkus sandwich dan juga kopi, ia ingin memberikan makanan tersebut kepada Al, namun sejak tadi ia terus melihat bahwa ruangan kerja pria itu ramai oleh orang yang sedang berobat. “Sust, Dokter Fudhail gak istirahat?” Tanya Cena, pada Rania. Sejak tadi ia menahan diri untuk tidak menghampiri Rania, namun akhirnya Cena mengalahkan egonya juga, ia akhirnya menghampiri suster tersebut. “Lagi jaga Dok, tadi saya persilahkan untuk istirahat dulu tapi katanya mau langsung jaga saja. Ada perlu ya Dok? biar saya sampaikan ke Dokter nya sebentar.” “Nggak usah, ini saya titip saja, bilang dari Cena.” Ucap Cena sembari menyerahkan sandwich dan juga kopi yang ia beli untuk Al, besar harapannya agar pria itu mau memakan makanan pemberiannya. Setelah itu, Celine kembali lagi ke ruang kerjanya sebab ia juga masih harus berhadapan dengan pasien setidaknya hingga jam pulangnya tiba. Al selesai berurusan dengan pasiennya tepat pada pukul setengah enam sore, sejak tadi ia berusaha menghubungi Celine untuk menunggunya sedikit lebih lama, sebab ia akan datang terlambat, gadis itu berkata tidak apa-apa, namun Al tetap saja tidak mau membiarkan Celine menunggu lama.setelah pasien terakhir keluar dari ruangannya, Al segera buru-buru membereskan barang bawaannya namun di saat ia membereskan barang-barangnya, Rania masuk membawa sekantong Sandwich beserta kopi untuk Al “Ini dari Dokter Celena Dok, katanya buat Dokter Fudhail, sudah di kasih dari jam 2 tadi, tapi pasien terlalu banyak, jadi baru bisa saya kasih sekarang.” Ucap Rania. “Rania, lain kali kalau dia kasih sesuatu lagi, tidak usah di terima ya. Saya pulang dulu, calon istri saya sudah menunggu dari tadi.” Balas Al, pria itu seegera keluar dari ruangannya, berharap Celine tidak akan bad mood karena menunggu nya terlalu lama. “Maaf ya, tadi saya lagi banyak banget pasiennya. Kamu lapar? Kita makan dulu ya?” Ucap Al. Celine mengangguk “Boleh, tapi Mas aja yang pilih. Eh ini ada makanan nih, ngemil dulu aja, pasti macet nih jam segini.” Ucap Celine sembari memegang bungkusan plastik berisi sandwich dan kopi dari Cena.                 “Itu dari Cena.” Ucap Al, secara otomatis Celine melepas sandwich itu dari genggamannya, ia menatap Al dengan tatapan bingung.                 “Saya juga gak tau kenapa dia nitipin makanan ke saya. Kalau kamu mau di makan saja eh tapi sepertinya sudah basi itu mending tidak usah, kita makan makanan yang berat aja soalnya.” Ucap Al. Celine mengangguk, kemudian membuang sandwich tersebut ke kotak sampah yang ada di dalam mobil Al. Celine lagi-lagi tidak menyangka bahwa Cena akan bergerak secepat itu untuk mendapatkan apa yang ia mau, padahal baru semalam ibunya memberi tahu Celine untuk mundur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD