Bertemu lagi dengan mantan

1117 Words
                Aku bangun dari tidurku, bersiap menuju kantor dengan senang hati. Tidak lupa membawa surat perjanjian yang telah aku buat semalam. Aku tentu mau mengirimkan surat itu secepat mungkin, namun apa kata orang rumah jika mereka tahu aku menyetujui perjodohan itu dengan sebuah surat berisi perjanjian yang aku buat sendiri? Mungkin papa ku bisa jantungan kalau-kalau dia tau kalau aku membuat perjanjian konyol tersebut.                 “Neng? Mau kemana, kok pagi banget berangkatnya?” Tanya ibu ketika melihat ku jalan dengan tergesa-gesa menuju garasi mobil, lengkap dengan tas dan juga map cokelat yang menjadi senjata ku.                 “Hmm? Ada keperluan bu. Aku duluan ya, bilang ke papa.” Jawab ku sembari berlalu, aku bahkan sampai lupa mencium tangan ibu dan juga papa ku hanya karena perjanjian tersebut. Aku berangkat ke kantor dengan terburu-buru, tidak lupa memesan jasa kirim instant via aplikasi agar surat itu bisa sampai dengan tepat waktu kepada tuannya. Aku mau, Mas Al segera membaca surat itu, lalu menghubungiku, untuk membatalkan perjodohan kami.                 “Mas, ini sampaiin ke Dokter Fudhail Al Kahf ya, yang ini orang nya. Kalau bukan dia yang terima jangan di kasih ya, bilang dari ibu Celena.” Ucap ku kepada driver yang akan membawa surat tersebut kepada Mas Al, aku juga menunjukan fotonya, agar driver di hadapan ku ini bisa membawa surat itu kepada orang yang tepat.                 “Baik bu.” Jawab nya, tidak lama kemudian, ia pun berlalu beserta dengan surat yang aku buat semalam untuk Mas Al, dalam hati, aku berharap bahwa Mas Al akan menolak mentah-mentah perjanjian yang aku buat itu. AUTHOR POV                 Suasana rumah sakit di pagi itu cukup ramai, Al bahkan sudah menerima enam pasien padahal jam baru menunjukan pukul delapan pagi, ia bahkan sudah di jadwalkan untuk melakukan operasi siang nanti sehingga jadwal nya akan padat sekali, sesekali ia mendengar dentingan deringan dari ponsel nya, Al tahu bahwa yang mengirim pesan adalah Celine, sebab, Al mengatur nada dering khusus untuk gadis itu. tidak berselang lama setelah pasien ke enam nya keluar, tiba-tiba seorang driver berjaket hijau, lengkap dengan helm nya masuk ke dalam ruangan Al, di temani oleh seorang suster yang memang bertugas di depan ruang kerja Al untuk memanggil satu per satu pasien yang akan di periksa oleh pria itu.                 “Selamat pagi pak, silahkan duduk.” Ucap Al dengan sopan kepada driver ojek online tersebut.                 “Pagi dok, maaf, saya gak lagi sakit kok dok, Cuma saya nganterin surat ini dari Ibu Celine, katanya harus di kasih langsung sama orang nya.” Ucap Driver tersebut dengan penuh rasa sungkan kepada Al.                 “Oh iya pak, terimakasih banyak ya? Sudah di bayar sama Celine?” Tanya Al.                 “Nggih dok, sudah. Kalau begitu saya permisi dulu dok.” Ucap Driver itu, lagi dan kali ini hanya di balas anggukan oleh Al. banyak nya pasien hari itu membuat Al mau tidak mau harus menyimpan surat dari Celine di laci meja kerja nya, ia berniat untuk membaca surat itu setelah pulang kerja saja, sebab jika ia mengalihkan perhatiannya sekarang, mungkin ia akan membuang waktu banyak orang. Sementara itu di lain sisi, Celine sedang senang-senang nya, gaji nya baru saja keluar, surat nya sudah di terima langsung oleh calon suami nya itu, kini ia hanya bisa menunggu jawaban dari Al sendiri, Al tidak sabar bahwa pria itu sebentar lagi akan menolak perjodohan mereka, hingga Celine bisa bebas dari perjodohan itu tanpa harus menyakiti hati orang tua nya sendiri.                 “Cel, yang ikut rapat sama orang nya Uniqueclothes siapa? Lu kan? Udah di tungguin tuh di lobby sama orang nya pak Syahrir.” Tanya Seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan Celine. Celine terdiam beberapa saat lalu menepuk jidat nya karena lupa bahwa hari ini ia ada jadwal meeting untuk kolaborasi brand baju itu dengan perusahaannya. Celine buru-buru mencari berkas meeting yang telah ia siapkan dari jauh-jauh hari, tidak lupa membawa tas nya, karena mereka pasti akan lama di kantor Uniqueclothes.                 “Eh thanks ya, kalau gak di kasih tau gua lupa kayaknya. Gua duluan.” Ucap Celine sembari berlari keluar, ia tidak mau jika ia di tunggu terlalu lama oleh rekan team nya sendiri.                 Sebenarnya jika boleh menolak, Celine akan menolak jika sudah berhubungan dengan Uniqueclothes, tidak bukan karena perusahaan mereka jelek, hanya saja perusahaan itu adalah tempat di mana, Aldo, mantan kekasih nya bekerja sekarang ini, dulu, Celine akan menjadi orang yang paling bersemangat jika namanya tertera di salah satu list karyawan yang tergabung dalam satu tim kolaborasi dengan perusahaan tersebut, namun semenjak putus dengan Aldo, Celine tidak lagi menjadi orang yang sama, ia benci segala sesuatu yang berhubungan dengan Aldo.                 “Kok tumben telat?” Bisik Fathir ketika mendapati Celine duduk di kursi depan, mobil yang ia kendarai, padahal biasanya Celine akan menolak mati-matian duduk di kursi itu jika berangkat meeting, entah apa alasannya.                 “Lupa.” Jawab nya singkat.                 “Lupa atau males buk? Kantor mantan tuh.” Ledek Fathir.                 “Dua-dua nya, gua gak tertarik kerja di bagian ini astagaa, kenapa selalu gua coba yang di tarik pas ada kkolaborasi gini? Orang lain kek gitu.” Ucap Celine dengan penuh rasa kesal, jam dua belas siang adalah jam termalas oleh semua orang, rasanya mengantuk, rasanya hanya ingin bermalas-malasan di ruangan kerja ber AC sembari menyelesaikan sisa pekerjaan sebelum pulang, namun Celine, ia malah harus meninggalkan meja kerjanya untuk datang ke kantor mantan pacar nya tersebut.                 Suasana kantor uniqueclothes siang itu cukup ramai, walau ramai kantor itu selalu saja terasa tenang, sesampainya di sana Celine celingak celinguk, berusaha menghindari Aldo, malas saja jika kejadian semalam terulang lagi kepadanya, lagi pula ini adalah kantor Vani juga, bisa bahaya jika Vani melihatnya di sini apalagi jika bersama dengan Aldo, pasti mulut besarnya akan berkoar-koar ketika melihat Celine berbicara dengan kekasih nya itu.                 “Jam dua belas ya? Harusnya kita makan siang dulu aja gak sih? mumpung masih break time, gua yakin lo semua juga pada belum lunch, iya kan?” Ucap Kevin, si ketua tim dari uniqueclothes, si panutan banyak orang sebab, apapun yang Kevin kerjakan pasti akan berakhir dengan bagus serta menjadi trend bagi kalangan kaum muda.                 “Iya nih, lunch dulu, laper.” Balas Fathir yang sejak tadi sudah keroncongan perut nya.  Celine yang sudah duduk manis di ruang meeting, hanya diam saja, memastikan teman-temannya berjalan keluar.                 “Cel, ayo!” Ucap Stela.                 “Kantin?” Tanya Celine. Stela mengangguk.                 “Gak deh, skip, trauma. Gua kafetaria aja.” Ucap Celine sembari mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu ketika ia makan di kantin perusahaan itu dan berakhir diare karena tidak cocok, Celine bahkan heran kenapa semua karyawan uniquelothes bisa baik-baik saja padahal mereka makan makanan itu setiap hari.                 “Yaudah, kabarin aja kalau udah ya.” Ucap Stela yang hanya di balas dengan acungan jempol oleh Celine.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD