Testpack

1109 Words
                “Cena masih gak mau ngomong bu?” Tanya Celine ketika ia telah sampai di rumah nya, Mia menggeleng. Mia bahkan sudah sengaja pulang jauh lebih awal hanya untuk berbicara dengan Cena, namun gadis nya itu masih enggan membuka suara, ketika sampai di rumah sore tadi, Cena hanya mengucap salam ketika melihat ibu nya lalu segera berlari menuju kamar nya, tidak peduli dengan teriakan-teriakan dari Mia yang memintanya untuk berhenti sebentar.                 “Dia kayaknya ada masalah sama temen-temen nya di rumah sakit, kamu tau sendiri kan Cena gimana? Ibu pengen tanya temennya, tapi satu pun ibu nggak tau, masa iya ibu sampai harus datang ke rumah sakit Cuma buat nanya? Atau gimana kalau kamu aja yang nanya ke Al, barang kali dia tau Cena kenapa.” Balas Mia.                 “Udah tadi, tapi mas Al gak tau, katanya ngobrol sama Cena aja jarang banget, gimana mau tau Cena gimana.” Jawab Celine. Mia menarik napas dalam-dalam, kemudian ia menjatuhkan bokongnya di sofa yang persis ada di belakangnya, Cena akhir-akhir ini selalu memenuhi pikirannya, perasaannya selalu tidak enak ketika memikirkan gadis itu. belum lama Celine dan Mia duduk sembari menunggu Haru, terdengar suara berisik dari kamar Cena, sontak keduanya saling berpandangan, Celine langsung berlari ke atas kamar Cena, di susul oleh Mia yang juga mengikut di belakang nya.                 “Cen?! Lo kenapa?” Tanya Celine saat ia berhasil membuka pintu kamar Cena yang passcode nya hanya berisi tanggal lahir mereka.                 “Kok kamu di sini?” Balas Cena, wajah nya pucat pasi, seharian ini ia belum makan apa-apa namun entah sudah berapa puluh kali ia memuntahkan isi perutnya, minum pun tidak bisa, sebab apapun yang masuk ke dalam mulutnya, pasti akan ia keluarkan.                 “Lo kenapa?! Lo sakit?” Tanya Celine, Mia yang melihat Cena sedang pucat pasi seperti itu tentu saja panik, ia segera berlari, mendekap Cena, namun di detik selanjutnya Cena mendorong ibu agar menjauh dari dirinya lalu Cena kembali berlari ke kamar mandi. Celine menyusul di belakang Cena, Celine berdiri di belakang gadis yang tengah jongkok di depan closet sembari berusaha mengeluarkan muntahannya.                 “Cen… gua rasa lo sakit deh, gua anter ya ke rumah sakit?” Ucap Celine setelah Cena berdiri, namun gadis itu dengan tegas menolak tawaran saudaranya, ia bahkan menepis tangan Celine ketika gadis itu hendak membantunya untuk berdiri.                 “Gak usah cel, aku mau istirahat aja.” Balas Cena, ia menjatuhkan dirinya di atas kasur hendak menutup dirinya sendiri dengan sebuah selimut tebal, namun ketika Mia mendekatinya lagi, Cena bangkit lagi dan berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan muntahannya.                 “Cen, ayo ke rumah sakit lo udah parah banget.” Ucap Celine namun Cena menepis tangannya, gadis itu berjalan menuju kasur lalu duduk di tepiannya.                 “Ibu sama Celine keluar aja, aku mau sendiri.” Balas Cena.                 “Nggak kak, kamu harus cek ke dokter nak, kamu lagi sakit itu…” Ucap Mia, ia sudah kepalang khawatir oleh anaknya, bagaimana tidak, wajah Cena sudah terlalu pucat tapi ia bahkan enggan untuk memeriksakan dirinya sendiri.                 “Lo minum obat aja kalau gitu, jangan sampai enggak, liat muka lo udah pucat banget.” ucap Celine, ia menarik selimut untuk Cena ketika gadis itu berbaring, Cena lagi-lagi menggeleng.                 “Aku cuma masuk angin aja, kalian bisa keluar dulu? Aku mau istirahat.” Ucap Cena, lagi. mau tidak mau Celine dan Mia menuruti permintaan Cena, walau tentu saja mereka sangat khawatir, di banding Cena dan Celine, Cena sangat jarang terkena penyakit, imunnya begitu kuat, kalau pun sakit ia bisa cepat sembuh hanya dengan sekali minum obat. *****                 “Gimana baju yang kemarin? Udah pas kan di badan mas? Jangan mau ketat di lengannya yaa nanti kayak tukang tinju, padahal lagi akad, gak nyaman juga di pakai seharian.” Ucap Celine ketika mereka berdua sedang makan berdua di rumah Celine, kebetulan hari itu adalah hari libur, Al sedang tidak bertugas di rumah sakit dan Celine juga sedang tidak ada kegiatan apa-apa, jadi mereka meluangkan waktu untuk bertemu dan mengumpulkan list undangan mereka, berusaha tidak ada satupun kenalan dari keluarga mereka yang terlupakan.                 “Sudah, kalau badan saya segini-segini saja sampai akad, tapi kamu nanti bilang lagi ke desaigner nya, jangan di bikin pas, siapa tau berat saya nambah lagi.” Sambung Al, Celine mengangguk namun pandangannya tetap fokus pada daftar nama yang ada di depannya. Al tersenyum, Celine terlihat begitu cantik hanya dengan kaos oblong super longgar dan celana pendek yang ia kenakan, tanpa riasan di wajah nya, rambutnya ia ikat ke atas, tak lupa kaca mata yang bertengger di hidung mancung nya membuat kesan cantik di wajah Celine semakin terlihat.                 “Aku tau ya kamu lagi liatin aku.” Ucap Celine, Al terkekeh pelan, ia menarik napas kemudian berpindah ke samping Celine, Celine yang sadar akan kehadiran pria itu tentu saja menggeser posisi duduknya, sedikit menjauh.                 “Kenapa?” Tanya Al.                 “Apanya yang kenapa?” Balas Celine.                 “Kenapa geser?” Tanya Al, lagi. matanya menatap mata Celine dengan tatapan tajam.                 “Nggak, biar kamu enak aja duduknya gak sempit.” Jawab gadis itu.                 “Saya kira kamu risih.”                 “Ya kali risih.”                 Entah dari mana datang nya, namun di saat mereka sedang mengobrol tiba-tiba bi Asri, pembantu di rumah itu datang, berbisik kepada Celine hingga membuat gadis itu mematung sesaat di tempatnya.                 “Mas aku ke belakang dulu ya sebentar.” Ucap Celine, yang kemudian berdiri, mengikuti bi Asri hingga ke belakang, tangan wanita tua itu bergetar ketika ia menyerahkan sebuah benda kecil kepada Celine dengan dua garis di tengah nya, Celine diam sesaat, lalu tidak sengaja menjatuhkan benda itu ke lantai.                 “Non… saya nemu di tempat sampah.” Ucap bi Asri.                 “Punya siapa? Bibi nemu di tempat sampai di mana bi?” Tanya Celine.                 “Saya gak terlalu perhatikan non, tapi ini pas baru mau saya kumpulin buat di buang di depan saya nemu, gak mungkin punya ibu juga, ibu udah lama ndak mens.” Sambung bi Asri. Celine diam selama beberapa saat kemudian pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa kepada bi Asri, ia berlari menaiki anak tangga, melewati Al yang sedang menatap nya dengan tatapan heran, Celine langsung menuju kamar Cena, dan mendapati gadis itu sedang duduk diam dengan tatapan kosong.                 “Lo hamil ya!?” Ucap Celine setelah menutup pintu kamar Cena, agar tidak ada orang lain yang mendengarnya.                 “Ng-nggak.” Balas Cena, tentu saja ia kaget, heran mendengar Celine yang tiba-tiba tahu rahasia terbesarnya.                 “Lo hamil kan? Testpack yang di temuin sama bi Asri di tempat sampah dari lu kan?” Ucap Celine dengan tatapan tajamnya.                 “Nggak Celine…”                 “Cen… gua gak bego, lo jujur, lo hamil kan?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD