Bertemu lagi

1116 Words
Gerbang rumah Raja dan Cena terbuka, secara bersamaan mereka datang dari arah yang berlawanan, seperti biasa, Raja mengalah ia membiarkan mobil Cena masuk duluan, sudah pukul sebelas malam dan wanita itu juga baru tiba di rumah. Dengan langkah cepat, Raja turun dari mobil, menyelaraskan langkah nya dengan Cena, Cena sadar akan kehadiran Raja, bahkan tanpa menengok, bau parfume pria itu sudah ia hapal di luar kepala, parfume yang bahkan tidak pernah ia ganti selama bertahun-tahun. “Why you following me?” tanya Cena tanpa menengok. “I’m gong to my room.” Balas Raja, lalu keduanya diam, hingga berada di tangga yang sama. “How’s your day? Kayaknya hari ini berat banget sampai bikin kamu pulang malam.” Sambung Raja. Cena tiba-tiba berhenti tepat di tengah-tengah tangga, matanya menatap Raja dengan tatapan kesal, tubuhnya sudah lelah, namun pria itu sempat-sempatnya mengajak nya untuk mengobrol. “Kita gak terlalu dekat untuk pertanyaan seperti itu.” Balas Cena, dingin. “Look at your face, you look so tired. Gak usah kerja terlalu keras, aku tahu kamu takut jatuh miskin, gak kerja pun aku masih bisa kasih kamu apapun yang kamu mau. Jangan paksa diri kamu.” Ucap Raja, ia mengusap keringat yang ada di pelipis Cena, namun tangannya di tepis oleh wanita itu. “Kok kamu nyentuh aku tanpa izin? Ini pelecehan tau gak?!” Bentak Cena, ia buru-buru merogoh tissue di tas nya, lalu membersihkan bekas tangan Raja, entah kenapa ia merasa jijik dengan suaminya sendiri. “Kenapa Rio boleh nyentuh kamu sementara aku gak bisa?” Tanya Raja. Raja tahu tentang Rio, Raja bahkan memberikan apapun yang Cena mau, dari segala macam kebebasan yang seharusnya tidak ia dapatkan setelah memiliki suami, Raja berikan semuanya kepada Cena, termasuk izin membawa Rio ke dalam rumah mereka. Memang agak sedikit gila, namun hal itu Raja lakukan agar Cena merasa nyaman, ia sudah terlanjur berjanji kepada orang tua Cena bahwa akan membuat anak mereka merasa se nyaman mungkin, apapun yang Cena inginkan sebisa Raja, Raja akan berikan. “Dia pacar ku!” Balas Cena. “ So who am i? I’m your husband. Aku seharusnya lebih berhak nyentuh kamu di banding Rio.” Ucap Raja dengan senyum nya. “Jangan pernah senyum kayak gitu lagi di depan aku, aku jijik. Dan stop bicara kayak gitu, kamu sama Rio beda, aku berhak mengatur siapa yang bisa nyentuh aku dan siapa yang enggak, kalau kamu nyentuh aku tanpa seizin aku, itu sama aja seperti pelecehan!” Ucap Cena, ia begitu emosi, terlihat jelas dari mata nya yang begitu memerah. Raja mengangguk, kemudian tersenyum hangat. Ia melewati Cena dengan sebelah tangannya yang sempat mengelus rambut gadis itu. “Good night, have a nice dream.” Ucap Raja lalu ia berlalu begitu saja meninggalkan Cena yang masih mematung di tangga dengan emosi nya yang masih memuncak. ***** “Ayo, siap-siap.” Ucap nya. Aku mengangguk lalu menyiapkan barang-barang yang akan aku dan Mas Al perlukan selama di rumah ibu mertua ku. Aku tidak perlu waktu lama untuk menyiapkan barang-barang yang akan kami bawa, lalu setelahnya kami pun berangkat. Raut wajah mas Al biasa saja, tidak terlihat khawatir sama sekali padahal aku sudah khawatir sejak tadi. “Kok mas biasa aja? Gak khawatir emang?” Tanya ku. “Sudah biasa itu, biasanya ibu memang begitu kalau terlalu banyak kegiatan.” Jawab Mas Al. aku mengangguk, wajar, karena tante Widya memang masih aktif seperti ibu ku sendiri. Omong-omong tentang ibu, saat ini ibu jauh lebih tenang karena Cena juga tidak berulah apa-apa, tapi yang lebih aku khawatirkan saat ini adalah papa, papa belum bisa menerima Cena sepenuhnya di rumah. Sejak pindah ke rumah Mas Al, papa biasa menelepon ku, bahkan lebih sering dari biasanya, aku khawatir kesehatan papa terganggu karena terlalu banyak pikiran. “Kamu kapan mau nginap di rumah papa sama ibu?” tanya Mas Al. “Nggak dulu deh mas, next time aja, takut nya malah jadi home sick kalau balik ke rumah.” Jawab ku. “Papa kamu kayak nya kangen, Sehari nelfon kamu bisa tiga kali kan?” “Iya I know, but… nggak dulu deh, takut bikin papa makin sedih. You know kan gimana papa sekarang apa lagi ada Cena gimana, aku jadi kasian sendiri sama papa, kemarin aja tuh pas habis resepsi papa lebih mau tidur di hotel dari pada di rumah, mana ngasih alasan takut kangen sama aku lagi.” menyiapkan barang-barang yang akan aku dan Mas Al perlukan selama di rumah ibu mertua ku. Aku tidak perlu waktu lama untuk menyiapkan barang-barang yang akan kami bawa, lalu setelahnya kami pun berangkat. Raut wajah mas Al biasa saja, tidak terlihat khawatir sama sekali padahal aku sudah khawatir sejak tadi. “Kok mas biasa aja? Gak khawatir emang?” Tanya ku. “Sudah biasa itu, biasanya ibu memang begitu kalau terlalu banyak kegiatan.” Jawab Mas Al. “Papa kamu kayak nya kangen, Sehari nelfon kamu bisa tiga kali kan?” “Iya I know, but… nggak dulu deh, takut bikin papa makin sedih. You know kan gimana papa sekarang apa lagi ada Cena gimana, aku jadi kasian sendiri sama papa, kemarin aja tuh pas habis resepsi papa lebih mau tidur di hotel dari pada di rumah, mana ngasih alasan takut kangen sama aku lagi.”“Terus Celine bagaimana?” Tanya Widya yang sukses membuat Al jadi bungkam sendiri, pertanyaan yang juga sampai sekarang terus terngiang-ngiang di kepalanya, ia memang sudah punya rasa terhadap Celine,lantas bagaimana dengan gadis itu? apa Celine juga sudah punya rasa kepadanya? Tapi sikap Celine sudah berubah total dari awal-awal mereka bertemu, sikap Celine jauh lebih manis dari yang sebelum-sebelumnya. “Celine juga sama bu.” Balas Al, terdengar jelas dari suaranya bahwa ia sedang ragu dengan apa yang ia katakan. “Begitu?” Tanya Widya. Al mengangguk. “Kalau begitu, ibu serahkan semuanya sama kamu. Jangan paksakan diri kamu ya nak, tidak semua permintaan ibu harus kamu dengar dan turuti, kamu juga punya pilihan kamu sendiri.” “Iya bu, doakan saya dan Celine semoga kami bahagia dengan pernikahan kami.” Balas Al.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD