morning sickness

1184 Words
“Selamat ya Dokter Fudhail, Ibu Celine positif hamil. tapi ini kandungannya baru sekitar tiga minggu, masih lemah sekali, mungkin karena ibu nya juga baru tahu ya? Kalau bisa jangan terlalu capek ibu, hindari benturan, dan pola makannya tolong di jaga ya? Ini saya ada resepkan vitamin, sekaligus jadwal check up rutin nya, sekali lagi selamat ya atas kehamilan anak pertama nya, saya turut senang.” Ucapan Dokter Sintia barusan membuat Al ingin memeluk Celine saat itu juga, Al melirik wajah istrinya, terlihat senyum mengembang di wajah cantik nya, rasa nya Al senang sekali, ia begitu bersyukur, Celine memberi respon seperti itu. “Ini gak ada pantangan makan apa-apa kan dok?” Tanya Celine. “Tidak ada bu, tapi usahakan makan makanan yang bergizi ya? Kalau bisa hindari junkfood dulu. Tapi nanti di beberapa minggu kemudian kalau ibu Celine ngerasa pengen makan sesuatu, apapun itu di makan saja ya? Jangan di tahan. Itu biasanya terjadi karena adanya perubahan hormon, jadi tidak apa-apa.” Balas Dokter tersebut. Celine menganggu, sementara Al sibuk memperhatikan ucapan demi ucapan dari Dokter Sinta. Ia juga mau tahu tentang Celine, agar istri nya itu tidak kewalahan dengan kehamilannya. “Kalau begitu, kami permisi dulu dok, terimakasih atas bantuannya.” Ucap Al sembari tersenyum, tangannya merangkul pinggang Celine dengan mesra, sementara Celine juga turut berterimakasih kepada dokter kandungan yang akan terus ia temui hingga menjelang persalinannya itu. “Iya sama-sama, sehat-sehat ya bu.” Ucap Dokter Sintia, kepada Celine. ***** Di mobil, Celine tak henti-henti nya membolak-balikan buku panduan kehamilan yang di berikan oleh dokter Sintia, rasanya ia masih tak menyangka bahwa ia sebentar lagi akan menjadi ibu. Celine dengan seksama membaca satu demi satu isi dari lembar lembar yang ada di dalam buku tersebut, tidak ingin melewatkan satu pun untuk calon bayi nya. “Nanti mual sayang kalau banyak baca di mobil.” Ucap Al dengan santai. Mendengar kata sayang dari mulut suami nya membuat Celine seketika menengok ke arah sang suami dengan tatapan penuh tanda tanya yang seakan mengatakan sejak kapan kamu manggil aku sayang kalau cuma ada kita berdua?. sadar akan tatapan Celine membuat Al jadi terkekeh sendiri. “Eh?! Belum boleh ya? Maaf-maaf.” “Aku gak bilang nggak loh mas.” “Oh jadi boleh?” “Ya terserah.” “Masa terserah, emang gapapa? Kalau kamu mau manggil sayang juga boleh, anything you want.” “Ih genit.” “Sama kamu ini.” Percakapan sederhana mereka mampu membuat mood Celine membaik, Al memang kaku, namun ia juga dengan mudah nya mencairkan suasana di antara mereka berdua, walau terkesan garing namun itulah yang menjadi titik lucu di setiap percakapan mereka. Di tengah-tengah perjalanan mereka pulang ke rumah orang tua Al, Celine jadi teringat dengan kedua orang tua nya sendiri, ia belum berkabar kepada papa dan juga ibu nya, membayangkan reaksi mereka berdua saja sudah membuat Celine jadi tidak sabar sendiri, sudah lama ia tidak mendengar reaksi senang dari papa nya. “Aku telfon papa dulu.” Ucap Celine, sembari menekan tombol hijau di layar ponsel nya. Tidak lama kemudian di seberang sana terdengar suara papa nya, suara yang sudah lama Celine rindukan, walau tak pernah tak bertukar kabar, tetap saja, Celine rindu dengan papa nya. “Papaaa.” Ucap Celine dengan sangat riang. “Iya sayang, senang banget nih suaranya anak papa. Ada apa ini? Ada berita baik apa? Celine naik jabatan lagi kah?” Tanya Haru. “Enggak. Bukan, jauh lebih dari itu. ibu mana? Papa udah di kantor ya?” “Iya papa sudah di kantor, ibu ada di rumah. Lagi ngurusin arisan, jadi dia izin dulu hari ini, ada apa sayang? Cepat kasih tau papa, papa gak sabar pengen tahu, apa sih yang bikin anak papa ini senang banget.” “Celine hamil.” “Beneran Celine hamil?” “Iya bener.” “Bentar lagi papa punya cucu dari Celine?” “iya pa…” Celine tak kuasa menahan air mata nya ketika mendengar suara papa nya yang terdengar begitu senang, sudah lama ia tidak mendengar papa nya se senang itu. “Papa harus nelfon ibu kamu sekarang, nanti kita makan malam ya sayang bareng-bareng, sekalian deh syukuran. Ini mertua kamu sudah tau? Kasih tau dulu. Kabar baik jangan di simpan sendirian.” “Ini Celine sama mas habis dari dokter barusan, papa tenang aja ini Celine sama Mas juga lagi mau ke rumah sana.” Jawab Celine. “Yasudah kalau begitu sayang, terimakasih ya kabar baik nya, papa seneng banget ini papa kalau bisa teriak, papa teriak sangking seneng nya. Papa mau nelfon ibu dulu ya, salam sama suami sama mertua kamu.” “Iya paa, nanti di salamin.” Setelahnya, sambungan telepon mereka terputus, satu hal yang membuat Celine berani mempertahankan janinnya adalah papa nya, mungkin Celine tidak bisa menyenangkan papa nya dengan cara lain, tetapi dengan cara itu Celine sudah yakin papa nya pasti akan sangat senang. “Dapat salam mas dari papa.” Ucap Celine sembari menyimpan ponsel nya ke dalam tas. Al mengangguk. “Waalaikumsalam. Papa mau syukuran?” “Iya, ibu sama bapak bisa gak ya kira-kira?” Tanya Celine, khawatir, sebab kedua mertua nya juga bekerja, sementara ia dan suami nya juga sedang sama sibuk nya. “Bisaa, kalau aja mereka udah tahu mereka juga gak akan kalah senang dari papa, lihat aja. Maklum ya, cucu pertama, pasti mereka lagi senang-senang nya.” Balas Al. Celine mengangguk, seketika pikirannya yang selama ini membuatnya ingin menunda untuk hamil sirna begitu saja ketika tahu bahwa orang-orang terdekat nya senang. Oh jadi begini rasanya menyenangkan orang lain. Oh jadi begini, bikin papa senang. Reaksi ibu gimana ya? Reaksi Cena kalau tahu gimana ya? Ada banyak sekali kegelisahan yang Celine pikirkan, namun ia berusaha tenang, bagaimana pun juga ia tetaplah seorang perempuan, ia juga ingin punya anak, ia juga ingin seseorang yang lahir dari rahim nya memanggil nya ibu , Celine jadi sadar bahwa tidak semua orang bernasib sama, mungkin kemarin Wendy hanya sial, mendapat suami b******k yang mencampakannya setelah hamil, mungkin Celine akan berbeda, suami nya tidak sama dengan suami Wendy, namun tetap saja, lain dari pada itu ada masih banyak lagi kegelisahan yang membuatnya ingin mengamuk setiap kali mengingat hal-hal itu. seperti ia hamil di tengah-tengah nasib karir nya yang sedang menanjak, cita-cita yang masih banyak yang belum ia gapai, masih banyak goals dalam hidup nya yang mungkin akan berantakan setelah ia punya anak nanti. “Apapun itu, walaupun kamu hamil, dan sebanyak apapun cita-cita dan impian kamu, percaya suatu saat kamu bakal dapat semuanya satu per satu. Hamil itu rezeky dan nikmat dari tuhan yang tidak ada tandingannya, dan kamu, kamu di beri nikmat itu sama tuhan. Banyak orang yang mau dapat keturunan cel, tapi kamu, kamu gak perlu usaha yang terlalu keras tapi tuhan baik banget sama kamu, ada banyak yang ada di dalam diri kamu yang orang lain mau, cantik nya kamu, pintar nya kamu, bagaimana friendly nya kamu, independent nya kamu, banyak loh orang yang iri sama kamu, hamil bukan jadi penghalang buat kamu. Tenang yaa.” seakan tahu isi pikiran istri nya, Al berbicara seakan-akan ia dapat membaca pikiran Celine.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD