Sepulang dari rumah Guntur, Nayra tidak segera membersihkan diri seperti yang biasa dia lakukan jika pulang dari bekerja. Dia merenung cukup lama di kamarnya. Sambil memeluk gulingnya, dia tersenyum-senyum mengenang hangat peluk dan sentuhan dari Guntur, kekasihnya. Nayra menggeleng tidak percaya jika dirinya dan duda itu saling jatuh cinta. Padahal awalnya dia sangat tidak menyukai Guntur. Pun Guntur, dia tidak mengenal Nayra sama sekali. Nayra tidak pernah berpikir memiliki seorang kekasih yang berpendidikan tinggi dan berada. Dia tidak pernah memiliki keinginan berpacaran seperti kebanyakan gadis-gadis seusianya. Yang dia pikirkan adalah kebahagiaan Ibu dan adik lelakinya. Tapi ada satu yang kini menjadi beban pikirannya, duda itu sudah bertunangan. Nayra menghela napas serta menund