Aku tersinggung. Benar-benar tersinggung. Aku juga kecewa, sampai rasanya ingin kabur dari rumah tadi malam juga. Aku malu, sangat! Entah kenapa, kata maaf yang Mas Iqbal ucapkan justru membuatku mulai berpikir yang tidak-tidak. Kenapa dia harus minta maaf di saat dia sama sekali tidak salah? Kami ini suami istri! Semalam aku sangat menyambutnya, dan aku sadar penuh kalau dia juga menginginkanku. Tidak mungkin dia bisa akting pura-pura ingin. Lagipula, aku bisa merasakan dengan jelas ada sesuatu yang mengeras di bawah sana ketika badannya agak menindihku. Aku menghela napas pelan. “Sabar, Nay ...” kuusap dadaku beberapa kali. Aku harus meredam emosiku karena sebentar lagi berangkat ke kampus. Semalam Mas Iqbal tidak kembali ke kamar, entah dia tidur di mana. Aku sedang tidak ingi