BAB 7 : Kekalahan Julian

3790 Words
Julian Pov Sial, aku langsung cemburu hanya dengan memikirkan ada yang memandikannya. Namun aku harus menahan diri dan tidak bertanya agar aku tidak semakin di buat cemburu. Kemarahan di dalam dadaku membuatku bisa merasakan dan mendengar detak jantungku sendiri, aku akan tetap menahan diri dan bersikap biasa saja. Ku putar tubuhnya dengan mudah dan mendudukan Yu untuk membelakangiku, punggungnya bersandar pada dadaku. Sepanjang hidupku, aku mengenal semua jenis wanita dan meniduri mereka seperti sepasang sepatu yang hanya di coba-coba untuk di pakai dan mengembalikannya lagi pada tempatnya semula. Tidak pernah sekalipun aku merasakan percikan selain ketertarikan untuk bermain-main saling memuaskan. Namun berbeda dengan Yu, karena itulah aku resah. Dia adalah wanita yang polos, dia tidak pernah bermain-main, namun ketika dia dekat dengan pria. Semua itu terwujud dalam perasaan mendalam dan hubungan yang terikat dengan cinta. Karena itu aku risau. Yu hanya dekat dengan pria yang dia sukai saja. Karena itu dia berulang kali menolakku. Sementara aku, aku dekat dengan semua wanita tanpa perasaan apapun selain kesenangan. Yu adalah cinta pertamaku, dia adalah wanita pertama yang bisa membuat aku jatuh cinta selain ibuku. Dan aku menemukannya setelah aku berusia tiga puluh tahun. Sementara aku bukan cinta pertamanya, dia tidak mencintaiku sepenuhnya karena dia masih mengingat Raymen juga cinta lainnya pada mantannya. Itulah yang membuatku risau. Aku tidak tahu dia melihatku sebagai Julian atau pengganti Raymen. “Julian. Robin bilang sebentar lagi kau ulang tahun.” Lamunanku di tarik keras oleh perkataannya yang menggembirakan. Apakah Yu tertarik membicarakan ulang tahunku?. Apakah dia peduli dan memikirkannya?. “Kenapa?” tanyaku sedikit tidak sabaran. Aku harus bersikap biasa saja agar tidak terlihat berlebihan. Kepala Yu mendongkak, dia menatapku dalam kebingungan. “Apa yang kau tidak punya dalam hidupmu?. Kau sempurna dan tidak membutuhkan apapun lagi, aku hanya bingung harus memberikan apa.” Tunggu, apa barusan dia memujiku?. Apa Yu menanyakan aku ingin kado apa?. Yu ingin memberikan hadiah, namun dia bingung harus memberi apa. Kenapa itu terasa sangat menyenangkan untuk aku dengar. Aku berdeham dengan gugup, “Karena aku sangat rendah hati dan bijaksana. Kau tidak perlu memberiku bucket bunga yang terbuat dari berlian. Tidak perlu kue bertoping emas, tidak perlu membuatkan pesta mewah yang  hanya membuatku terlihat seperti anak kecil.” Ini ucapan yang bagus. Aku harus menyampakaikan ide sederhanaku sebagai hadiah. “Meski kau belum berlisensi chef yang terlatih. Kau bisa memasakan aku mie instan sepanjang hidupmu, aku tidak mau memakai dua telur, tapi harus tiga. Kau harus memotongkan daging untukku setiap kali kita makan, jangan pernah memukul wajah tampanku lagi, aku terlalu lemah dan suci. Terus ehem, kau harus cemburu dan posesif padaku bila aku berdekatan dengan wanita lain. Itu saja.” Bagus-bagus, itu sesuatu yang sangat sederhana dan rendah hati. Bravo, aku bangga pada diriku sendiri. “Julian, kau sangat menggelikan.” Yu tertawa dengan keras dan turun dari pangkuanku. Kenapa dia tertawa?. Aku bicara serius. “Kenapa kau tertawa?. Kau tidak mau melakukannya?.” aku mengambil air dan melemparkannya pada si kecil menyebalkan Yu agar berhenti tertawa. Yu tertawa semakin keras membuatku harus menangkapnya dan memberikan dia pelajaran sekaligus meredakan kejantan*nku yang masih berdiri tersiksa. ***   Author Pov Orang-orang berdiri di pinggiran jalan, banyak yang berjalan kaki dan berdagang. Mereka menjajakan makanan dan souvenir di mana turis bisa berkumpul dan mencari barang yang mereka cari dengan mudah. Semua hiburan tersedia dengan mudah untuk di jangkau di setiap sudut jalan yang di lewati. Banyak pula wanita yang berpakaian seksi, tidak jarang mereka waria dan transgender, mereka berdiri di sisi jalan, duduk sekadar berkumpul, namun tidak sedikit juga mereka berada di depan sebuah bangunan untuk mencari pelangg*n yang membutuhkan jasa mereka. Yura bisa merasakan bagaimana prostitusi selalu ada di manapun berada. Entah kenapa semua hal yang ada di dunia ini tidak pernah terlepas dari kesenangan se*ks yang di dorong oleh kebebasan dan uang. Yura tidak bisa menampik jika di setiap tempat yang kunjunginya diam-diam memiliki kisah kelam yang terbalut pertahanan hidup. Suasana kota berkembang khas Asia tenggara terasa kental, orang-orang terlihat ramah sangat menyenangkan, keberagaman budaya yang khas dan pemandangan kota yang menakjubkan. Malam itu Yura mengenakan gaun berwarna merah maroon selutut tanpa lengan, sementara Julian memakai kaus biasa yang sangat kontras dengan kesehariannya sebagai seorang peminpin perusahaan besar dengan pakaian mewah yang di rancang secara khusus untuk tubunya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Julian mengendarai mobilnya dan tersenyum lebar di ikuti oleh beberapa mobil pengawal di belakang, pria itu terlihat bersemangat menuju sebuah club malam terbesar dan terliar di kota Bangkok. Julian selalu tahu beberapa tempat di Negara yang di singgahinya, selain karena dia sering bepergian dan melakukan bisnis. Julian selalu meneliti banyak hal sebelum membangun cabang perusahaan di beberapa Negara. Pria itu melirik Yura yang berada di sampingnya dengan senyuman senang yang terlukis di wajah tampannya. Namun senyuman Julian tidak bertahan lama ketika pria memikirkan sesuatu yang membuatnya tidak senang seketika. “Aku belum mengatakan satu aturan lagi padamu. Karena kita pasangan resmi, tidak ada yang boleh bercinta dengan orang asing.” Tutur Julian seketika. “Apa kau sedang berperan menjadi suami yang setia Julian?.” sindir Yura dengan nada yang sedikit mengejek, Julian langsung cemberut mendengarnya. “Aku bukan kau Julian.” Tambah Yura lagi yang membuat Julian diam-diam tersenyum merasa tenang. “Aku, kenapa denganku?” tanya Julian dengan tatapan polos. “Aku tahu aku sangat polos. Semenjak kita menikah, aku tidak pernah terangs*ng kepada wanita lain selain padamu. Aku selalu menasihat kejantan*nku untuk bersabar setiap kali kau menolak bercinta denganku. Kau tidak melihat bagaimana sekarang aku menjadi suami yang sedikit tersiksa karena isteri yang kejam. Meskipun begitu aku akan menjadi suami yang setia, dan Tuhan sudah menjadi saksinya saat kita menikah.” Yura berdecih geli. “Wow itu mengejutkan” ejek Yura berpura-pura terkejut. Julian mencebikan bibirnya merasa kesal. “Sebenarnya jika nanti kau cemburu melihatku bermesraan dengan wanita lain, datang saja. Aku pasti akan menghentikannya, kau tahu kan aku suami yang sangat pengertian dan bersahaja. Pernikahan kita demoratis pada apapun.” “Bukankah tujuan utama kita taruhan untuk melihat siapa yang tidak tahan dengan kecemburuan?” tanya Yura dengan santai. Yura tidak menganggap serius dengan apa yang akan mereka lakukan, dia hanya bermain untuk menyenangkan hati Julian yang memiliki pemikiran aneh dalam hidupnya. Julian mengangguk mengerti dengan kekehan kecilnya membayangkan Yura menunjukan kecemburuannya yang belum sama sekali dapat Julian lihat. “Aku harap aku yang memenangkan taruhan ini” ujar Julian dengan senyuman lebar berbumbu keresahan. Julian resah karena kecemburuannya melihat Yura berada dalam pelukan pria lain meski hanya sebentar. Yura membuang mukanya dengan sedikit decihan, kepercaya’an diri Julian memang bukanlah ucapan belaka mengingat bagaimana luar biasanya pria itu dalam mempermainkan dan menaklukan wanita. Julian selalu menganggap apa yang dia inginkan harus dia dapatkan, pria itu selalu menginginkan semua orang tunduk berada dalam perintahnya. Sipat alami meminpin Julian tanpa sadar selalu di bawa di dunia nyata. Namun sesekali Yura juga harus memberinya pelajaran agar Julian berhenti bertindak semaunya karena Yura bukanlah wanita yang bisa dia atur meski kini mereka sudah menikah. Yura juga harus memenangkah taruhan ini. Mobil yang Julian kemudikan berhenti di depan club malam Route66 club. Tidak ada yang memutuskan untuk keluar terlebih dahulu dari mereka, mereka hanya saling diam mendengarkan samar-samar suara suara dan beberapa orang yang hilir mudik memasuki club malam itu mencari kesenangan. “Aku pikir kau akan membawaku ke Transgender Club” komentar Yura yang membuat Julian seketika tergelak tertawa keras merasa terhibur setelah ada sedikit keresahan yang mengganggunya. “Kau sangat lucu Nyonya Julian. Pergilah lebih dulu, kau akan di pantau empat pengawal.” “Aku serius Julian. Aku bisa berciuman dengan wanita, itu bukan masalah.” Julian terpaku kaget mendengarnya. Tanpa bicara lagi Yura segera keluar dari mobilnya dan pergi memasuki club malam itu. Tidak ada niatan apapun yang ada di benak Yura untuk menggoda pria, dia sudah cukup terganggu begitu mencium aroma rokok, alcohol, musik, dan keliaran lautan manusia yang sedang menari. Yura hanya akan berkenalan dan dekat dengan salah satu pria yang bisa membuatnya nyaman untuk di ajak mengobrol. Teriakan senang orang-orang yang menari, berc*mbu hingga melakukan sesuatu yang tidak senonoh di atas meja, ada yang saling menyentuh secara terang-terangan membuat Yura mengerutkan bibirnya teringat sejarah bangsa Pompey yang suka berpesta. Yura memilih untuk mundur ke bagian teraman di mana tidak ada pria yang menggodanya dan menahan dirinya. Yura memesan segelas cocktail sambil duduk bersantai sejenak di depan bartender. Yura mengajak Julian bertaruhan karena dia memiliki rasa penasaran, apakah pria itu benar-benar hanya tertarik padanya saja atau tidak seperti itu. Julian adalah tipe pria yang merasa senang tantangan, mungkin menikahinya juga adalah bagian dari sebuah tantangan. Yura tidak bisa berharap banyak, dia sendiri sudah siap jika suatu saat nanti hatinya sakit. Yura tahu dulu Julian selalu mengejarnya dengan berbagai cara. Untuk ukuran pria arogan seperti Julian, bukan suatu yang aneh bila pria itu menikahinya hanya untuk sebuah perasan tertantang. Yura tidak ingin itu semua terjadi lebih lama lagi, karena itu dia harus memastikannya lebih baik lagi. Setelah satu minggu menikah dengan Julian dan tinggal di istana, Yura mulai mengetahui bagaimana liarnya kehidupan Julian melalui media dan banyak surat kabar. Pria itu memiliki banyak berita hingga scandal yang mengaitkan dirinya dengan beberapa wanita sukses seperti artis, model, anak bangsawan, pejabat, Nately hingga isteri pengusaha yang menjadi saingannya. Tidak hanya sampai disitu, bahkan di dunia nyata, Di depan mata Yura sendiri, masih banyak wanita yang terang-terang menggoda dan menyentuh Julian seakan pria itu adalah milik bersama. Perasaan itu sangat memuakan untuk di ingat. Sifat Julian sangat mirip dengan Raymen di masa lalu kehidupan Yura sebelum kembali ke Neydish. Raymen bisa mengganti kekasihnya hanya dengan jentikan jari hingga membuat Yura tidak pernah menganggap serius setiap kali pria itu mengatakan cinta kepadanya. Yura menjadikan Raymen sahabat terbaik, keluarga terbaik dalam hidupnya. Namun setelah Yura kehilangan Raymen selamanya, dia baru mengetahui jika pria itu selalu beganti-ganti pacar hanya untuk membuat Yura cemburu. Dan semua pengakuan cintanya selama ini adalah benar adanya. Dan Yura adalah satu-satunya gadis yang pria itu cintai dalam hidupnya dan menjadikannya priorotasnya. Cinta Raymen melekat di setiap hembusan napasnya karena pria itu memberikan jantungnya untuk Yura untuk menepati janjinya yang selalu ingin menemani Yura di belahan dunia manapun dia berada. Yura tidak ingin kejadian menyakitkan itu kembali terjadi kepadanya. Yura tidak ingin menyadari semua hal yang sebenarnya terjadi setelah dia kehilangan orangnya. Sepuluh menit sudah Yura duduk, namun tidak ada yang dia lakukan sedikitpun selain merenung dalam keramaian dan kebisingan, juga menolak ajakan beberapa pria yang mendekatinya. Tidak ada yang bisa menarik perhatiannya. Meski Yura orang yang sederhana, dia tidak pernah sembarangan memilih. Sementara itu di tempat lain, Julian sudah memasuki club malam dan duduk di ruangan VIP juga sudah memesan minuman. Pria itu melihat ke sekeliling mencari keberadaan Yura. Ada beberapa orang wanita yang mendekatinya, namun dia memilih untuk menolak karena Julian lebih tertarik untuk mencari keberadaan Yura yang tidak ada di ruangan VIP. Pesta, se*ks, kebebasan, kegilaan adalah suatu dari kesatuan yang sudah mendarah daging dalam diri Julian semenjak dia keluar dari lingkungan istana. Hal-hal yang seperti ini bukanlah sesuatu yang tabu untuknya. Julian melewati banyak kesenangan itu sejak dia pergi ke Amerika. “Juls” Julian meminum minumannya dan melihat di balik gelas, seorang wanita bernama Amber sekaligus teman lama Julian ada di hadapannya tengah tersenyum senang melihatnya. Wanita cantik itu mengenakan gaun silver tanpa dalaman dengan seutas tali panjang yang membelit lehernya, sementara bagian belakang tubuhnya di biarkan terbuka begitu saja dari sisi d**a hingga atas bokongnya. “Hay” jawab Julian dengan senyuman kecilnya. Amber berbisik mengatakan sesuatu kepada teman prianya sebelum memutuskan untuk mendekati Julian dan membiarkan temannya pergi sendirian. “Apa kabar?” tanya Amber dengan rentangan lebar kedua tangannya mengajak berpeukan, dengan senang hati Julian berdiri untuk menyambutnya dan menjawab sapaan Amber. “Argh.. aku dengar kemarin kau ada di pesta ulang tahun Reliota. Sayang sekali aku tidak ada di sana karena dia tidak mengundangku.” “Ya, aku ke sana bersama isteriku, kami tidak mengikuti pesta malam. Duduklah.” Kening Amber mengerut, wanita itu duduk sedikit menjaga jarak begitu mendengar kata ‘isteri’ keluar dari mulut Julian. sesuai dengan apa yang di rumorkan di kalangan komunitas sosialitanya, rupanya Julian memang sudah berubah karena jatuh cinta. Amber melihat ke sekeliling mencari wanita yang menjadi buah bibir sebagai pujian dan makian banyak wanita karena berani menikah dengan seorang Julian Giedon. “Di mana isterimu?.” “Dia tersesat. Aku menunggunya” jawab Julian dengan senyuman gelinya memikirkan bagaimana polosnya Yura yang kini berusaha untuk terlihat nakal. Kerutan di kening Amber semakin dalam, wanita itu tidak mengerti dengan jawaban Julian. Bagaimana bisa orang sekaya dan seberpengaruh Julian bisa membuat isterinya tersesat dalam sebuah club?. Bahkan jika seseorang lari ke belahan dunia manapun, Julian bisa menangkapnya dengan semua kekayaan, pengaruh dan kegilaan dalam dirinya. “Kalian bertengkar?” tanya Amber dengan hati-hati. “Tidak. Dia hanya mencari hiburan pribadi dulu.” jawab Julian dengan santai. Begitu mendengar jawaban Julian, sebuah senyuman puas terukir di wajah Amber. Wanita itu bergeser dan mendekat hingga menempel pada Julian. “Aku juga bisa memberimu hiburan pribadi.” Bisiknya seraya mengusap d**a Julian dan turun pada pahanya, wanita itu menatap Julian dengan kerlingan menggodanya. Julian mengedikan bahunya mengusap bahu telanjang Amber, “Kau terlihat semakin cantik.” Puji Julian mulai melancarkan sedikit kenakalannya, Julian tidak perlu mencari wanita lain untuk di goda. Dia bisa memanpaatkan Amber. “Kau selalu pandai bermulut manis Juls.” “Aku bicara dengan jujur.” “Jangan menggodaku seperti itu, aku bisa lupa jika kini kau sudah menikah.” “Kau tahu aku sudah menikah, lalu. Kenapa masih mau duduk disini?” senyum smirk Julian menghiasi bibirnya. Amber hanya mengulum senyumannya karena malu dan tidak dapat menjawab. Julian meraih kalung Amber dan mengusap bandulnya yang menggantung di tengah-tengah d**a wanita itu. jari Julian sedikit memutar untuk menggelitik. “Mungkin aku bisa memberimu sedikit berlian untuk terlihat semakin cantik saat menggantung disini.” bisiknya mengusap permukaan kulit Amber. “Juls, kau terlalu memuji” Amber tersipu malu sambil mengusap lengan Julian. ***   Yura bangkit dari duduknya dan pergi ke ruangan VIP untuk mencari sedikit privasi dalam ketenangan. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman dengan hal-hal gila yang terasa aneh untuknya. Yura tidak mengerti dengan kesenangan apa yang sebenarnya orang-orang rasakan dalam pesta liar. Yura tidak ingin hal yang seperti ini lagi di dalam hidupnya. Ini bukan ketenangan jiwa, bukan sesuatu yang bisa membuatnya bebas.  Dia suka seni yang menenangkan dan tempat di mana semua amarah juga rasa sakit bisa dia tuangkan di sana. Yura suka tempat di mana ada orang-orang bisa membuatnya damai dan semakin berpikiran baik. Semua yang di lihatnya sekarang memang menyenangkan, namun kesenangan itu bisa membawanya kedalam ke tidak setabilan mungkin juga neraka yang menyenangkan. Bagi Yura, kebebasan adalah aturan yang di gunakan dalam tempat yang tepat. Kebebasan bukanlah aturan yang di hilangkan untuk melakukan apapun semaunya. “Yu. Itu kau.” Dalam satu gerakan Yura berbalik dan menatap seorang pria yang berdiri di belakangnya. Wanita itu diam terpaku tidak mampu merespon apapun lagi dalam beberapa detik selain menatap Stefan yang berdiri dengan tubuh gemetar tidak percaya melihat sahabat masa kecilnya itu lagi. Yura mencubit pipinya dengan keras untuk memastikan apa yang di lihatnya adalah sesuatu yang nyata, bukan lagi mimpi. “Arght..” ringis Yura merasa kesakitan, wanita itu mengerjap menatap ke arah Stefan lagi yang masih berdiri di tempatnya. “Stef.” Suara Yura gemetar, kaki kecilnya berlari dengan cepat dan melompat kedalam pelukan Stefan dengan erat. Stefan tersenyum lebar dalam kelegaan, dia menyeimbangkan tubuhnya dan memeluk Yura hingga tubuh mungilnya terangkat dengan mudah seperti anak kecil. “Ke mana saja kau. Aku mencarimu ke Madrid, dan kau tidak ada. Kenapa kau tidak membalas pesanku Stef, kau melupakan aku hah?. Kenapa kau sombong sekali kepadaku hingga tidak mau aku hubungi. Kau tidak mau mengenalku lagi?.” Omel Yura menumpahkan semua kerinduannya. Pelukan Stefan mengerat, pria itu tersenyum di balik helaian rambut Yura. “Aku tidak menyangka bisa bertemu dengamu lagi Yu. Sial, aku mau menangis mendengar omelanmu.” Geram Stefan menahan diri untuk tetap kuat. “Aku pergi ke Amerika karena itu aku kehilangan kontak denganmu.” “Kau menyebalkan Stef. Aku benci padamu.” Stefan terkekeh geli mendengarnya, “Ngomong-ngomong kau sangat fantastis dengan warna rambut ini. Aku sempat tidak megenalimu Yu.” Yura mengangguk kecil merasakan perasaan rindunya sedikit demi sedikit memudar dalam pelukan. “Bisakah kita bicara Stef?.” Bisik Yura penuh harap. “Bagaimana bisa aku menolak permintaan calon isteriku.” “Aku sudah menikah Stef.” Tubuh Stefan menegang namun tidak menunjukan ke kagetannya. Pelukannya terlepas dan menatap Yura dengan seksama, “Mengenai pernikahanmu. Kita harus bicara, sekarang.” Ucapnya seraya menarik bahu Yura dan membawanya pergi ke ruangan VIP. Yura tersenyum sedih merasakan pelukan erat Stefan di bahunya, sudah sangat lama mereka tidak bertemu. Mereka berpisah setelah meninggalnya Raymen dan kelulusan sekolah, Stefan memilih pergi ke Madrid bersama ayahnya untuk mengembangkan hobby memasaknya. Namun siapa sangka sekarang mereka bertemu lagi, namun di Thailand. Senyuman Yura memudar begitu wanita itu melihat sosok Julian yang berbicara akrab dengan seorang wanita. Yura sudah merasa tidak kaget lagi karena dia sudah bisa menduga bagaimana dengan mudahnya Julian mencuri perhatian dengan pesonanya. Bahkan wanita yang bersama  Julian terlihat tidak segan menunjukan kemesraannya agar semua orang melihat. Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, Julian melihat kedatangan Yura, pria itu menatap Yura dengan intens meski dia tengah memeluk wanita lain. Yura hanya membuang pandangannya dan berpura-pura tidak melihat. Yura merasa tidak nyaman dan tidak suka, namun dia bisa mengendalikan dirinya sendiri karena pertemuannya dengan Stefan lebih penting dari perasaannya sekarang. “Duduklah Yu. Ceritakan padaku apa saja yang telah terjadi.” Stefan menarik Yura untuk duduk di sampingnya dan mulai mendesak Yura untuk menceritakan semuanya. Rambut Yura bergerak menyapu bahunya, dia menatap Stefan dengan lekat. “Aku sudah mengirim teks padamu Stef, aku sudah menceritakannya di sana. Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, dan kau sudah membacanya.” Stefan mengangguk paham karena dia sudah membacanya. Namun tetap ada yang mengganjal di hati Stefan atas pernikahan Yura yang mendadak. “Kau berubah Yu. Aku hampir tidak mengenalimu” bisik Stefan meraih wajah Yura dan mengusapnya. “Kau semakin cantik. Jika Raymen masih hidup, dia akan mengurungmu seperti Rapunzel. Tapi, mengapa kau bisa menikah dengan mudahnya?. Kau mengenalinya tidak lebih dari satu tahun Yu. Apa ada yang menyakitimu lagi?. Katakan saja padaku.” Yura tersenyum lebar merasa terharu dengan perhatian Stefan. “Aku bahagia Stef. Aku harap ini keputusan terbaikku. Karena itu, kau jangan khawatir.” “Yu. Dia sangat mirip dengan Ray. Wajahnya, sifatnya, matanya, dan dia bagian dari keluarga Ray. Apa kau menikah dengannya karena dia mengingatkanmu pada Ray?.” Tanya Stefan lagi semakin mendesak. Dulu, Stefan sempat di beri kabar oleh Yura jika sahabatnya itu akan menikah dengan seorang pengusaha bernama Julian Giedon. Begitu Stefan mendengar nama klan ‘Giedon’ Stefan langung mencarinya di internet. Betapa terkejutnya dia melihat bagaimana warna mata Julian, gesture cara berbicara hingga hobby Julian dalam bermain wanita sangat begitu mirip dengan Raymen. Setelah Stefan menelusurinya lebih jauh, rupanya ibu Julian dan ibu Raymen adik kakak. Namun ibu Raymen memilih meninggalkan gelarnya dan kehidupannya sebagai bangsawan hanya untuk menikah dengan kekasihnya. Karena itu Julian dan Raymen tidak saling mengenal karena mereka tumbuh di belahan dunia yang berbeda. “Yu, jawab aku. katakanlah.” desak Stefan melihat keterdiaman Yura. Yura menggeleng sedih, dia menatap Julian yang kini berciuman dengan Amber. Mereka terlihat berc*mbu mesra dengan panas, wanita yang bersama Julian sangat pandai menggoda dan agresif. Hati Yura terasa sangat panas melihatnya. Melihat keterdiaman Yura membuat Stefan ikut melihat ke mana wanita itu melihat.  Tangan Stefan terkepal. “Si brings*k bajing*n itu suamimu?. Kau memilih menikahi pria brings*k seperti itu hanya karena dia mirip Raymen?. Bajing*n, berani-beraninya dia melakukan itu di hadapanmu.” geram Stefan marah. “Awalnya aku berpikir begitu” aku Yura dengan jujur. “Namun mereka berbeda, aku jatuh cinta dengan pria yang berbeda.” Yura meraih bahu Stefan dan mengusapnya untuk meredakan ketagangan pada sahabatnya itu. “Perset*n dengan jawabanmu Yu. Kenapa kau diam saja saat suamimu berbuat menjijikan seperti itu. Aku akan menghajarnya.” Stefan marah. “Kami taruhan. Biarkan saja. Tenangkan dirimu Stef” Nasihat Yura dengan senyuman lebarnya. Hati Yura merasa resah dan panas, namun dia tetap harus berusaha tenang karena ini konsekuensi dari permainan yang dia pilih sendiri. Sebuah hembusan napas kasar keluar dari mulut Stefan. Stefan tahu bagaimana Raymen sangat mencintai Yura sepanjang hayatnya hingga memberikan jantungnya untuk Yura agar bisa tetap menjaganya. Dan Stefan tahu bagaimana bergantungnya Yura pada sosok Raymen yang tidak pernah Yura sadari jika ketergantungan itu adalah cinta yang sangat besar. Stefan merasa sangat keberatan dengan keputusan Yura yang menikahi pria playboy seperti Julian Giedon. Stefan sungguh tidak ingin sahabatnya kembali terluka. “Bagaimana dengan jantungmu?.” “Aku merasa sangat baik Stef.” “Yu.. bisakah aku merasakannya?” tanya Stefan dalam bisikan sedihnya menatap Yura. Yura paham apa yang di masksud Stefan, dia mengangguk kecil mengiakan. Perlahan Stefan meletakan tangannya di d**a Yura dan merasakan bagaimana detak jantung milik Raymen hidup di dalam tubuh Yura dengan baik. Stefan tercekat merasakan banyak kerinduan di dalam dirinya. “Aku sangat merindukan kalian. Aku merasakan kehadirannya” “Aku lebih merindukan kalian.” Jawab Yura memeluk Stefan dengan erat, menahan air matanya agar tidak terjatuh. “Kalian keluargaku. Aku membutuhkan kalian. Bisakah kau bersamaku Stef?. Aku akan  membuatmu menjadi seorang chef terbaik di dunia.” Stefan terkekeh geli seraya melepaskan pelukannya. Pria itu tertawa lebih keras mencubit pipi Yura, sangat menggelikan untuknya karena akhirnya kini dia dapat melihat bagaimana kehidupan Yura yang sesungguhnya. Yura pantas menjadi seorang tuan puteri lagi, bukan puteri yang terbuang. “Kenapa kau tertawa?” decih Yura ikut tertawa. “Sekarang kau kembali berkuasa sepertinya. Tapi aku tidak bisa pergi denganmu.” Yura langsung bedecih tidak setuju. “Kau menolak pergi denganku?. Kau mau menikah juga?.” “Mulut polosmu itu Yu. Apakah setelah kau menikah kau masih bicara jorok?. Apakah sekarang kau tahu rasanya bercinta tanpa harus mengintipku yang sering melakukannya di dalam mobil?.” Goda Stefan dengan kerlingan di matanya. “Stefan!” jerit Yura dengan malu memukul bahu Stefan. Stefan tertawa lagi merasa terhibur. “Ah.. sayang sekali sekarang aku tidak bisa mengakui kau calon isteriku.” Cengir Stefan penuh humor. “Kemarilah, biar aku peluk kedua sahabat terbaikku ini.” Yura tertawa geli dan merentangkan tangannya kembali masuk ke dalam pelukannya Stefan. Kepala Yura mendongkak menatap Stefan dengan lembut, terasa sangat membahagiakan untuknya merasakan berkumpul kembali hingga merasakan sosok Raymen di antara mereka dengan jantungnya yang hidup di dalam tubuh Yura. “Jangan menatapku seperti itu. Aku bisa jatuh cinta lagi padamu meski kau isteri orang lain.” Belum sempat Yura menjawab, pelukannya terlepas. Tubuh Stefan tiba-tiba terseret ke belakang dan. BUGH “Jangan menyentuh milikku.” Geram Julian marah. To Be Continue . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD