Pria Arogan

848 Words
"Alex, aku membawa Casi. Tolong maafkan dia! Mengertilah mungkin selama ini istrimu butuh hiburan. Bersikaplah lebih lembut padanya!" pinta seorang lelaki paruh baya bernama Robin Houston. Pria dengan setelan krem dan dasi yang menjuntai panjang dilehernya. "Ck, persetan dengan hiburan," jawab lelaki itu dengan suara dalam. Duduk menyilangkan kakinya sambil menyesap rokok elektrik yang ada di tangannya. Asap mengepul di hadapan Robin membuatnya menahan kesal. Jika saja bukan seorang CEO, pasti Robin dengan mudah bisa menendangnya. Alex Valentino, salah satu pimpinan perusahaan yang terkemuka di kota Bandung. Tampan, modis, atletis, dan tak kalah sadis. Tatapannya selalu sinis. Wajahnya jarang tersenyum. "Ayolah, Lex. Jangan begini! Bukankah kita sudah menjadi keluarga?" bujuk Robin dengan lembut. "Mulutmu selalu berkata manis, Paman. Tapi jangan kau kira aku lelaki yang mudah kau bodohi," balasnya tajam. Robin berusaha melerai hatinya yang mulai panas. Beraninya keponakannya berbicara tak sopan padanya. "Yah, anggap saja ponakanmu memang butuh liburan, tapi dia sudah melakukannya setiap hari. Bagaimanapun kesalahannya tak dapat diampuni, berani-beraninya dia kabur membawa uangku begitu banyak." Geraham Alex mulai gemeletuk menahan amarahnya. "Tentu, dia salah, Lex. Aku juga tidak bisa membenarkan sikapnya itu, tapi kau perlu memberinya kesempatan sekali lagi karena dia sangat mencintaimu dan tak mau kehilanganmu. Aku berjanji hal serupa ini tidak akan terulang lagi, aku bisa menjamin itu," urai Robin panjang lebar meyakinkan. Deru napas berat terdengar dari Alex. Dia malas sekali berurusan dengan orang bertele-tele macam Robin. Jika saja dia bukan paman dari istrinya, maka Alex tak akan mengampuninya. Dan, sang istri yang kabur itu, harus tetap diberi pelajaran. "Sudah tidak perlu banyak omong, Paman. Di mana Casi sekarang?" hardik Alex membuat Robin terkejut. "Ba-baik, aku akan membawanya. Dia sangat takut padaku sehingga aku harus menyuruhnya menunggu di luar," jawab Robin gelagapan merasakan dadanya berdegup kencang. Alex tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dia juga tidak banyak omong. Apa yang sudah menjadi keputusannya pantang untuk dilawan. Robin pun bergegas keluar dan kembali bersama dengan seorang wanita yang selama ini telah dicari-cari oleh Alex. "Ingat, namamu sekarang adalah Casi. Jangan sampai Alex tahu yang sebenarnya! Kalau tidak, kau akan dihabisi," ancam Robin tepat ditelinga gadis bernama Elena Houston. Elena tampak gemetar, seumur hidup baru kali ini dia merasakan ketakutan yang nyata. Lelaki dihadapannya itu, bermata elang, tatapannya begitu menghunus. "Sudah selesai liburanmu, Casi? Apa kau bersenang-senang?" Alex mengeluarkan seringainya. Langkahnya secepat kilat menghampiri Robin dan wanita yang dipanggil Casi, lalu sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanannya. Reflek Elena memegang pipinya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Seketika rasa perih mulai menjalar di wajah cantiknya, dia tak pernah sebelumnya mengalami kekerasan macam ini. Robin yang terkejut melihat Alex menampar Elena berusaha melerai. Namun, tangan Alex dengan cepat kembali melayang di udara. "Silahkan angkat kaki dari sini, Paman! Urusanmu denganku sudah selesai," ucapnya tegas. "Ya, ya, baiklah, tapi tolong jaga Casi dengan baik," balas Robin tergagap masih terkejut. "Paman, jangan tinggalkan aku!" Elena bersuara. Suaranya mirip seperti rintihan. Robin mengedipkan sebelah matanya, memberi kode bahwa gadis itu tidak boleh lemah dan bersikap lembut. Dia pun melangkahkan kaki dengan cepat karena tak ingin amarah Alex semakin menjadi-jadi padanya. "Paman!" pekiknya tak dihiraukan. "Aaaargh ...." Alex dengan kasar menarik rambut panjangnya. "Sejak kapan kau mengecat rambutmu menjadi pirang, Casandra? Apa ini triknya agar bisa lolos dariku dan tak bisa ku kenali?" Alex tidak menyadari bahwa gadis dihadapannya itu adalah wanita yang berbeda, sekilas mereka tampak mirip, sangat mirip hingga Alex percaya wanita dihadapannya itu adalah Casandra Houston, istrinya yang kabur membawa uangnya dalam jumlah banyak dan gadis itu biasa dipanggil Casi. "Beginilah perlakuanmu selama ini padanya?" balas Elena. Dia tampak gentar. Namun, membesarkan nyalinya menghadapi lelaki yang tak dikenalnya itu. "Apa maksudmu?" "Wanita yang kau panggil Casandra. Beginilah caramu memperlakukannya? Wajar saja dia pergi darimu, kau pantas mendapatkannya," sahut gadis bermata coklat itu. Alex semakin geram mendengar perkataan Casandra. Bukan minta maaf malah menyalahkannya. "Bicara apa kau? Seharusnya kau berpikir dua kali sebelum melakukan semua kesalahan itu! Dasar wanita memalukan," cibir Alex dengan kasar menghempaskan rambutnya dan mendorong tubuh gadis itu. Dia meringis kesakitan tubuhnya terbentur tembok yang dingin, sedingin perlakuan lelaki itu. Berusaha bangkit sambil menahan punggungnya yang sakit, Alex kembali mendorongnya dengan keras. Bahkan gadis itu bisa merasakan tenaganya begitu kuat. "Ikut aku, kau harus diberi pelajaran!" titah Alex sinis sambil menyeret tubuh gadis itu dengan paksa. "Lepaskan, lepaskan …!" teriaknya meronta-ronta. Dalam hati ia tak rela menjadi pengganti dari Casandra dan harus berhadapan dengan manusia macam es seperti Alex. Dia tak dapat membayangkan bagaimana kehidupan Casandra sebelum dia kabur dari suaminya. Alex kini sudah membawanya ke sebuah gudang yang sangat kumuh, bahkan ia bisa merasakan udara begitu pengap setibanya di sana. Tak ada celah jendela sedikit pun. Hanya debu-debu yang berterbangan dan hewan-hewan menjijikkan macam kecoa dan tikus penghuninya. Awal kehidupannya baru dimulai. Gadis itu menghela napas panjang. Semua itu terpaksa ia lakukan demi sang ibu, demi kesembuhan ibunya. "Masuk, kau harus bermalam disini tanpa makanan dan minuman sedikit pun!" perintah Alex tanpa kasihan. Ia tersenyum dalam hati karena tahu jika Casandra tidak akan tahan dengan ruangan kotor dan gelap. "Besok, kau harus menuruti semua perintahku, sekali kau membantah, aku tidak akan segan-segan menghukummu!" Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD