27. Ketidak selarasan

558 Words
“Sekarang kembali ke kamar dan beristirahat! Siang ini kau harus ikut berlatih survival di tengah hutan!” Arsen mematikan mesin Eira tanpa menatap wajah Kartajaya. Pria itu mengambil alih kendali ruang rahasia, dan mengusir Kartajaya dari ruangan hanya dengan tatapan matanya. Kartajaya mengangguk, lalu keluar dari ruang rahasia sambil terus berusaha menyembunyikan buku catatannya. Setelah keluar, Kartajaya pun berlari dengan tubuh Aksata yang kuyu. Lari yang diharapkan bisa cepat, sungguh menjadi sangat lambat. “Ck! Apa yang harus kulakukan agar bisa selaras?” gumam Kartajaya. Keinginan hati dan tubuhnya tidak berjalan selaras. Hati dan pikirannya ingin berlari cepat, namun tubuh ini seperti menolak, tubuh memiliki keinginannya sendiri yaitu bergerak santai dan tidak mempedulikan hal lainnya. “Sungguh merepotkan!” Kartajaya terus berlari, lalu berbelok memasuki ruang istirahat para prajurit Lord Yasa. Kartajaya berhenti di ranjang Makula. Pemuda unik itu sedang duduk bersila dengan sikap tubuh bak petapa. “Makula!” “Aku tahu…” Belum pula Kartajaya menjelaskan segala sesuatunya, anak muda itu justru sudah tahu apa yang hendak dibicarakan. “Arsen tidak akan berani memarahiku…” ujar Makula dengan mata terpejam. “Benarkah? Kenapa kau bisa seyakin itu?” “Walau tidak menunjukkannya, namun dia sangat hormat kepadaku.” Makula membuka mata, lalu menoleh menatap Aksata yang duduk di tepi ranjang sambil terengah-engah. “Kau takut pada Arsen?” Kartajaya menggeleng, “Tidak! Tentu saja aku tidak takut! Aku hanya menghormatinya sebagai senior yang membimbingku…” “Dengan wajah panik dan khawatir seperti itu, siapa yang akan percaya jika kau tidak takut padanya?” “Justru yang aku takutkan adalah nasibmu Makula, kau mengajariku sesuatu yang seharusnya belum boleh aku pelajari… Aku khawatir Arsen akan memarahimu dan membuatmu tidak ingin mengajariku lagi.” “Segalanya tentang menunggu waktu yang tepat…” Arsen memperbaiki posisi duduk dan berbaring di atas ranjangnya. “Dan sekarang adalah waktu yang tepat untukmu, Aksata. Waktu yang tepat untuk kau mempelajari segalanya dengan tempo yang lebih cepat.” “Waktu yang tepat? Sekarang?” “Ya, Kau telah lama di barak ini. Dari mulai tubuhmu hanya memiliki kulit dan tulang, sekarang tubuhmu lebih segar dan sehat. Kau harus mempercepat program Pendidikan dan pelatihanmu. Kau harus mengejar ketinggalan…” Makula menatap langit-langit, matanya kosong dan suaranya terdengar jauh. “Semua sudah dekat… sangat dekat…” Kartajaya mengernyit bingung, “Apakah yang dekat?” Lamunan Makula terpecah, ia menoleh menatap Kartajaya. “Ck! Anak ini selalu ingin tahu…” gumam Makula. “Dengarkan aku baik-baik. Kau telah gagal menjalankan misi di Istana Putih keluarga Skarsgard. Sudah pasti mereka mengenal wajahmu dan sedang melakukan pencarian besar-besar tentangmu…” jelas Makula. “Jika sampai mereka menemukanmu, kau pasti sudah habis disiksa oleh jenderal psikopat mereka! Oleh karena itu, kau wajib memiliki kemampuan untuk melindungi dirimu sendiri, Aksata. Kau harus mempercepat seluruh perkembangan dirimu sendiri. Jangan sampai kau habis ditangan para Skars.” Kartajaya termenung, matanya mengerjap. “Kau benar, Makula. Aku memang harus berlatih lebih giat lagi agar bisa bertahan…” gumam Kartajaya. “Tapi bagaimana caranya berlatih keras jika tubuhmu menolak?” jerit hati Kartajaya. “Kau hanya perlu terus mencoba. Selaraskan hati, tubuh dan pikiranmu agar mereka membentuk keseimbangan yang kau butuhkan.” “Kau mendengar  pikiranku?” pekik Kartajaya. “Tidak. AKu tidak mendengarnya, aku membacanya di wajahmu.” “Kau selalu pintar mengelak. AKu tahu kau memiliki kemampuan special itu.” ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD