42. Di Dalam Bagasi

1035 Words
Tubuh pemuda itu meringkuk di bagasi mobil dalam kondisi kaki dan tangan terikat erat, sedangkan mulutnya disumpal kain agar tak menimbulkan suara permintaan tolong dan protes apapun yang mengganggu telinga para penculiknya. Ia tak bisa melihat apapun, segalanya menjadi sangat gelap karena rupanya tak cukup hanya mulut yang disumpal kain, namun matanya pun ditutup oleh kain sehingga tak bisa melihat kondisi sekitarnya. Dari semua akses terbatas yang melingkupi Kartajaya, kulitnya masih bisa merasakan lokasi keberadaannya yang sangat sempit dan kasar, dan dari hidungnya Kartajaya bisa mencium aroma bau dan pengap. Di antara semua upaya untuk melepaskan diri, Kartajaya menyadari bahwa ia sedang berada di ruang yang sangat terbatas bagi tubuh kecilnya, ruang yang hanya memiliki sedikit pasokan udara hingga ia tak mendapatkan akses udara segar yang mudah, pun ruang tersebut sangat panas. Berkali-kali lipat lebih panas dari suhu Kerajaan Skars di dalam area perbelanjaan yang baru saja dia datangi. “Dimana ini…” lirih Kartajaya dalam hati. Ia tidak berhenti bergerak dan mencoba melepaskan ikatan tangannya, namun rasanya sangat mustahil untuk melepaskan diri. Ikatan tangan dan kaki para penculik itu sangat professional sehingga mustahil bagi siapapun untuk terlepas dari ikatan mereka. Kartajaya terus menendang-nendang kedua kakinya, merenggang-renggangkan seluruh ikatan itu tanpa lelah hingga sampai pada detik dimana jantungnya seolah berhenti bekerja dan hendak melompat dari sarangnya. Betapa terkejut Kartajaya saat mendengar sebuah suara letusan yang sangat keras dan memekakkan telinga yang terdengar dari jarak yang sangat dekat. Letusan itu tidak hanya sekali, namun berkali-kali hingga Kartajaya bergeming di tempat dan menghentikan semua percobaannya untuk melepaskan diri. Suara itu adalah suara letusan yang sangat keras, suara yang Kartajaya kenali sebagai suata senjata api yang pernah Arsen ajarkan kepadanya. Senjata yang bisa melepaskan peluru dengan kecepatan yang sangat tinggi hingga bisa menebus kulit dan bahkan menghancurkan tulang manusia. Senjata yang tidak pernah ia temui di Kerajaan Salaka. Mungkinkah para penculik itu menembak seseorang? Siapa yang mereka tembak dengan sebrutal itu? Berbagai jenis pertanyaan bermunculan dalam benak Kartajaya. Ia kesulitan memahami kondisi yang terjadi di luar bagasi ini dan hanya bisa menebak-nebak apa yang sedang terjadi. Kemungkinan paling besar adalah terjadi baku tembak antara para penculik dan musuhnya, atau siapapun yang mengejar mereka. Pada saat itu pula Kartajaya berharap bahwa para penculik itu kalah, dan dirinya bisa menyelamatkan diri setelah ini. Tepat pada saat berpikir demikian, terdengar suara roda mobil yang berdecit keras dan suara peluru-peluru yang mengenai badan mobil, maupun roda mobil. Setelah itu tidak terdengar suara tembakan apapun lagi dan mobil para penculik terus melenggang meninggalkan lokasi baku tembak tanpa hambatan. Kartajaya mengerang kecil, ia menyimpulkan bahwa penyerangan itu telah gagal dan para penculik lah yang memenangkan pertempuran. Pria muda itu sempat kehilangan orientasi selama beberapa saat akibat udara yang begitu pengap dan benturan-benturan yang dia rasakan selama berada di dalam bagasi, Kartajaya tidak tahu berapa lama dirinya terpejam hingga pada saat terbangun Kartajaya baru menyadari bahwa mobil sedang tidak bergerak. Di luar sana terdengar obrolan beberapa pria dewasa yang memiliki suara berat dan serak. “Apakah kita akan menginap disini terlebih dahulu, Lord Khev?” tanya salah satu dari mereka. “Tidak mungkin melanjutkan perjalanan, sedang terjadi badai pasir yang sangat besar dan jika kita memaksakan diri untuk menerjang badai itu, kita akan melayang di dalam badai pasir tersebut. Jadi lebih baik kita berhenti dan menginap sampai pagi di sini.” Jawab salah satunya. Pemilik suara ini sepertinya adalah orang yang disebut sebagai Lord Khev, suaranya sangat mirip seperti orang yang menangkap Kartajaya dengan cara menarik kerah pakaiannya. Suara laki-laki mengerikan yang memiliki banyak sekali bekas luka goresan senjata tajam di wajahnya. “Apakah kalian paham?” tanya Lord Khev dengan keras. “Kami paham, Lord Khev!” jawab semua orang. Pada saat itu Kartajaya menyadari jika ada lebih dari tiga orang yang bersama Lord Khev, dan dari suara yang Kartajaya dengar, terdapat lebih dari satu pasukan yang menjawab perintah Lord Khev. “Dari mana datangnya sisa pasukan tersebut?” pikir Kartajaya penasaran. Seingatnya, Lord Khev menculiknya bersama dua orang yang mencengkeram Kartajaya di kanan dan kiri, dan salah satu orang yang menunggu di mobil. Lalu sekarang, tiba-tiba saja Lord Khev memiliki satu regu pasukan yang membantunya. “Argh! Kalau begini, bagaimana caranya melarikan diri dari mereka!?” keluh Kartajaya dalam hati. “Bagaimana dengan bud4k yang ada di dalam bagasi itu, Lord Khev?” tanya salah satu dari mereka. “Betul! Betul! Bagaimana dengan nasibku!?” sahut Kartajaya di dalam pikirannya. “Biarkan saja dia di dalam bagasi.” Jawab Lord Khev dengan suara yang sangat dingin dan tidak peduli. “Tapi, dia akan kehabisan oksigen di kotak sempit dan pengap itu, Lord Khev. Kotak bagasi itu sudah kita rancang sebagai tempat penyiksaan, bukan?” tanya orang yang sama. Lord Khev dan semuanya terdiam sejenak, kemudian terdengar pesan dari orang yang sama, “Dia adalah anak yang harus kita serahkan kepada Jenderal Irish hidup-hidup. Jadi jika dia mati kehabisan nafas…” “Baiklah, buka sedikit bagasi siksaan itu agar dia memiliki sedikit udara. Damian dan Lammar yang akan menjaga di sekitar sini bergantian dengan petugas piket lainnya. Mengerti?” “Mengerti!” jawab semuanya kompak. Suara kerumunan pun telah dibubarkan, langkah kaki serempak meninggalkan area. Pada detik itu, Kartajaya merasa sangat bersyukur atas apa yang terjadi sekarang. Setidaknya masih ada waktu untuknya berusaha melarikan diri sebelum Lord Khev dan para anak buahnya menyerahkan Kartajaya kepada Jenderal Irish yang menurut Ahsan sangat mengerikan dan merupakan wanita psikopat. Sejenis manusia yang menyiksa dan membunuh demi kepuasan batinnya. Cklek! Kartajaya menegang, ia mendengar suara kunci yang terbuka, dan bisa menebak jika itu adalah pintu bagasi tempatnya berada. “Jangan berani-beraninya meminta tolong, apalagi melarikan diri!” desis sebuah suara dari luar sana. Kartajaya hanya diam mendengarnya, ia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu karena suasana kembali hening dan hanya terasa hembusan angin sejuk dari luar bagasi. Sepertinya penculik itu telah membuka bagasi ini dan memberikan Kartajaya sedikit udara segar untuk bernafas. Kartajaya menghirup udara dari luar dan mengisi d**a sebanyak-banyaknya. Udara yang segar dan pasokan oksigen yang cukup membuat otaknya bisa bekerja lebih cepat, aliran darah penuh oksigen yang baik pun mengaliri otak dan seluruh tubuhnya. Ia terasa sedikit segar. “Aku memiliki sepanjang malam untuk berusaha melarikan diri dari tempat ini…” Simpul Kartajaya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD