Rocky membawa Kartajaya ke sebuah pusat sembako yang sangat lengkap. Terdapat pedagang yang berjualan di toko-toko dan sebagian lainnya di emperan jalanan yang terik.
Berbagai macam barang dagangan di perjual belikan di pasar itu, dari mulai bahan segar maupun bahan makanan siap santap. Tidak hanya itu saja, para pedagang ini pun menjual kain, pakaian dan aksesoris yang digunakan di Kerajaan Skarsgard.
Di Pasar ini, Kartajaya mengenal berbagai jenis wajah yang pernah ia temui sebelumnya, seperti pedagang kain yang sepertinya merupakan orang hujarat, orang-orang yang dulu pernah berlabuh di Kerajaan Salaka. Sementara pedagang sembako yang terlihat seperti orang tiongkok yang juga pernah berlabuh di Kerajaan Salaka.
Ternyata orang Hujarat dan Tiongkok pun ada di Kerajaan Skarsgard. Ciri fisik mereka sama, pakaian mereka sama, dan keahlian berdagangnya pun sama seperti yang Kartajaya temui di Kerajaan Salaka.
Di Bunker rahasia milik Lord Yasa, terdapat beberapa orang dengan ciri fisik yang serupa, namun karena mereka menggunakan seragam prajurit Lord Yasa dan menanggalkan identitas pakaian asalnya, ditambah lagi jarangnya mereka berkomunikasi dengan Kartajaya, membuat Kartajaya tidak bisa menyimpulkan asal muasal dari mereka.
Lagipula, terdapat beberapa orang dengan ciri fisik yang tidak Kartajaya ketahui asalnya. Seperti orang-orang yang berkulit gelap cenderung hitam, pun orang yang berkulit putih seputih kapas, memiliki warna mata yang unik dan ciri fisik yang menarik. Selama di Kerajaan Salaka, Kartajaya belum pernah menemui orang dengan ciri fisik seperti itu.
Kerajaan Skars sangat bermacam-macam, penuh warna warni perbedaan, namun semuanya terlihat indah dan menawan. Tak ada yang lebih indah dari keberagaman semacam ini.
“Hey! Apa yang kau lakukan! Cepat ikuti aku, jangan sampai tersesat…” lagi-lagi Rocky terlihat marah. Entah kapan pria itu berhenti marah-marah seperti itu.
Kartajaya yang sedang terkagum-kagum melihat pusat perdagangan yang ramai itu pun mengangguk, lalu berjalan cepat mengikuti Rocky yang sedang berjalan memasuki area dalam yang penuh dengan pedagang.
“Tempat ini sangat ramai, Tuan. Aku tidak tahu jika ada tempat seramai ini di Kerajaan Skars.” Puji Kartajaya
“Tempat ini adalah pusat perbelanjaan yang paling besar di seluruh Kerajaan Skars. Semua orang dari setiap sudut kerajaan akan pergi ke tempat ini untuk kebutuhan hidup mereka. Kau harus menghafalnya jika sewaktu-waktu aku tidak bisa pergi berbelanja. Mengerti, Aksata?” ujar Rocky.
Kartajaya mengangguk antusias, “Aku akan mempelajari tempat ini, Tuan. Izinkan aku berkeliling sebentar…”
“Tunggu, aku akan membiarkanmu berkeliling setelah kau membantuku mengangkut semua bahan yang kita butuhkan.”
“Baik, Tuan. Aku akan melakukannya setelah Anda selesai berbelanja.” Jawab Kartajaya.
Keduanya berbelok, lalu berhenti di sebuah toko bahan makanan terbesar di pasar itu. Toko yang bernama El Hadid itu dijaga oleh seseorang yang disebut dengan Baba. Pria berperawakan besar seperti Rocky, namun berkulit tembaga dan bermata besar. Dengan banyak bulu di sekitar jenggot, jambang maupun kumisnya.
Mulut baba sangat manis, ia selalu melantunkan doa-doa baik untuk Rocky dan Kartajaya dengan bahasa asing yang baru Kartajaya dengar, namun anehnya bisa Kartajaya mengerti dengan mudah.
“Semoga Tuhan memberkatimu, terima kasih karena selalu memilih toko kami, Tuan Rocky.” Ujar Baba setelah Rocky menyelesaikan transaksi.
“Lord Yasa sangat mempercayai Anda, Baba. Sebab itu kami selalu memilih toko Anda untuk berbelanja.”
Baba tertawa senang, “Semoga Tuhan Melindungi Lord Yasa. Ia selalu menjadi kawan yang baik. Untuk kalian, kami akan memberikan bonus tepung gandum berkualitas.”
“Baba, terima kasih. Terima kasih banyak, aku sangat senang setiap kali mendapatkan bonus darimu karena aku bisa memasaknya menjadi berbagai jenis menu yang nikmat untuk keluarga Lord Yasa…”
“Kau benar-benar koki yang handal, Rocky. Tidak heran jika Lord Yasa selalu mempercayakan segala sesuatunya kepadamu.”
“Bukan, bukan seperti itu, Baba. Itu hanya hobby yang menguntungkan. Aku tidak sehandal itu…”
“Kau selalu merendah, itu yang aku sukai darimu…” Baba mengulurkan sesuatu kepada Rocky, lalu Rocky pun menerimanya.
Rupanya sebuah botol kecil dengan caira berwarna coklat yang mengeluarkan harum semerbak. Harum yang mencapai hidung Kartajaya yang berdiri di samping Rocky.
“Apa ini, Baba?” tanya Rocky.
“Minyak wangi terbaru, ini buatan Adikku. Terbuat dari bahan-bahan sederhana yang kami racik secara turun temurun. Kau bisa menggunakannya untuk menggaet wanita cantik di sekitarmu, Rocky.” Ujar Baba. “Tidak ada wanita yang bisa menolak parfum jantan ini, mereka akan tergila-gila. Percayalah!”
“Baba! Kau benar-benar murah hati. Mengapa kau memberikan parfum dengan racikan turun temurun dan rahasia ini kepadaku?”
Sejak berbicara dengan Baba Rocky berubah sangat ramah seolah tidak pernah marah-marah, hal itu membuat Kartajaya mengernyit heran. Rocky selalu marah kepadanya, namun selalu tersenyum senang saat menghadapi Baba. Laki-laki tua itu tahu bagaimana caranya berdiplomasi dengan pedagang murah hati seperti Baba.
“Aku ingin kau segera menikah dan memperkenalkan istrimu kepada kami, Rocky. Percayalah pernikahan akan membawamu pada kedamaian hati…”
“Terima kasih, Baba. Aku akan menggunakannya untuk menggaet wanita yang ingin kunikahi…”
“Kau sudah memiliki wanita yang kau sukai?” tanya Baba.
Rocky tersenyum sipu, senyum yang sangat menggelikan sehingga Kartajaya menunduk karena tak tahan melihatnya.
“Sudah, Baba. Salah satu kawan dekatku di Kediaman Lord Yasa…”
“Oh! Baiklah, baiklah, aku paham. Aku senang mendengarnya.”
“Ya, Baba. Aku harap minyak wangi ini akan bisa membuatnya betah di sampingku…”
“Tentu saja, itu adalah resep turun temurun kami. Jangan khawatirkan lainnya, kau hanya perlu bersikap baik dan memakai minyak wangi itu di depannya.” Ujar Baba sambil menepuk pundak Rocky, “Ah! Ahsan! Kemarilah, bantu bud4k kecil ini membawa barang-barang Lord Yasa ke mobilnya…” teriak Baba kepada salah satu pegawainya yang baru datang.
Kartajaya terperanjat saat melihat Baba menunjuk kepadanya sambil menyebutnya sebagai bud4k kecil. Ia ingin memprotes julukan yang Baba berikan kepadanya, namun melihat Tuan-Tuan di pasar ini membawa b***k bertubuh kecil dan kurus yang sama seperti dirinya, Kartajaya pun meredam protesnya. Mungkin wajar bagi Baba menyebutnya sebagai b***k kecil Tuan Rocky atau Lord Yasa.
“Hey, cepat pergi bersama Ahsan, tunjukkan dimana mobil kita terparkir, dan Oh ya, ini kunci mesin pendinginnya, jika sudah selesai, kembalilah kemari karena aku akan mengobrol bersama Baba disini…” perintah Rocky. “Jangan lupa, minta Ahsa untuk mengatur penyimpanan di mobil. Kau pasti tak mengerti bahan apa saja yang harus disimpan di mesin pendingin!”
“Baik, Tuan…” jawab Kartajaya.
Bud4k kecil yang bernama Aksata itu pun berjalan bersama Ahsan sambil mendorong trolly besar berisi bahan makanan yang dipesan oleh Rocky. Melihat Ahsan yang kesulitan, Kartajaya pun membantunya mendorong trolly tersebut keluar area sesak menuju tempat mobil terparkir.
“Pencuri!!!!” teriak seseorang tiba-tiba.
Teriakan itu mengagetkan Kartajaya hingga kakinya berhenti melangkah, dan mencari sumber suara.
“Tidak usah dihiraukan, pencurian adalah hal yang lumrah disini…”
***