3. NARA

2544 Words
Plllaakk Bunyi tamparan terdengar dibalik kegelapan itu. Suara perempuan menangis mengikuti setelah suara tamparan itu. Berikutnya terdengar suara keramik dan kaca yang pecah. Seorang gadis kecil melihat adegan itu dengan jelas. Teriakan melengking itu, tamparan serta tonjokkan. Dia mengetahui semua itu, di balik pintu lemari kecil. Perlahan isak tangisnya terdengar hingga keluar. Kedua orang yang bertengkar itu memandang langsung ke arahnya, tubuhnya bergetar hebat. Dia ingin melarikan diri tapi dia terjebak didalam situ. Si pria kemudian mengambil sebuah tongkat kayu yang tersandar di tepi meja. Si wanita bergerak ke arah sekring lampu dan kemudian mematikan lampunya. Gelap. "Arghh!" gadis itu berteriak saat pintu lemari tempat ia bersembunyi terbuka. "Masih saja ngumpet disitu," ujar lelaki itu dengan nada dingin kemudian melayangkan tongkatnya. "Argggghh!!” .... .... .... "Nar... Nara... Nara bangun!" Samar-samar terdengar suara lain. Nara membuka matanya cepat. Nafasnya memburu seperti habis berlari jauh. Perlahan air matanya menetes, dia menangis. "Nar ... Nara," panggil suara itu lagi. "Lampu ... lampu please," pinta Nara dengan sekuat tenaga. Reagan dengan cepat menyalakan lampu meja di samping kasur. Begitu dinyalakan kini dia dapat melihat betapa kacaunya Nara. Keringat membasahi seluruh tubuhnya ditambah dengan airmata di seluruh wajahnya. Nafasnya pun terlihat tidak teratur. Secepat mungkin Reagan naik kembali ke kasur dan menarik Nara dalan pelukannya. "Maafin aku, aku janji gak akan matiin lampunya lagi," katanya sambil mengusap pundak Nara mencoba menenangkannya. Nara masih sesegukan karna tangisannya tapi nafasnya sudah jauh lebih baik. Reagan berulang kali mengusap rambut Nara, menciumi lembut ujung kepala Nara. Memberinya air minum untuk membuatnya tenang. Hatinya benar-benar tidak enak melihat Nara yang tidak karuan karena dirinya yang bersikeras mematikan lampu. Harusnya dia tahu bahwa Nara takut pada kegelapan. Betapa bodohnya dia. Reagan membelai lembut tangan Nara, gadis itu masih tidak bereaksi apa-apa dari tadi. Tangisnya sudah berhenti. Reagan melirik jam tangannya, sudah pukul 4 pagi. "Do you believe in love?" tanya Nara tiba-tiba. Reagan menarik tubuhnya agar dapat melihat wajah Nara, gadis itu sudah tampak tenang meski wajahnya terlihat serius. "Love is not like a religion, Nar. You can't believe in love. You have to believe to people you in love with. Konsep cinta itu gak begitu," jawab Reagan. "Ini masih jam 4 pagi, kamu tidur lagi aja. Aku mau keluar dulu liat pak Amir. Kayaknya dia pergi nangkep ikan semalam, pasti butuh bantuan buat nurunin ikan-ikan itu." Reagan bangkit dari kasur kemudian memakai kaos-nya. Dia memang tidak suka tidur memakai atasan karena panas katanya. Mata Nara mengikuti setiap langkah pria itu. "Bye," ucap Reagan sambil mengecup puncak kepala Nara. "Reagan," panggil Nara lagi saat tangan Reagan sudah menarik gagang pintu. "Ya?" Reagan berbalik ke arah Nara "Kamu lupa ini?" kata Nara sambil mengggit bibir bawahnya. Reagan menyeringai kemudian melompat kembali ke kasur. Merengkuh wajah Nara dan mencium wanita dengan penuh nafsu. Dia sudah membayangkan Nara dari kemarin tapi... "Nar ... ha ...." nafas Reagan terengah-engah akibat ciuman mereka. "hmm?" "Kamu beneran lagi menstruasi?" tanya Reagan lagi. Jantung-nya berdegup kencang menunggu jawaban. Tatapannya seperti serigala yang siap menangkap mangsanya. "hmm mm." Nara mengangguk. Bahu Reagan perlahan menurun begitu juga tatapannya. Dia hanya bisa pasrah dan membuat Nara terkekeh. Reagan mencium Nara lagi. "See you nanti pas sarapan. Tidur lagi ya" kata Reagan lembut sebelum benar-benar pergi meninggalkan Nara seorang diri. *** Nara Adinda, gadis muda itu tumbuh menjadi gadis yang kuat, terlalu kuat bahkan untuk banyak orang. Terbiasa hidup sendiri bahkan dari usia mudanya, membuat Nara merasa tidak membutuhkan orang lain di hidupnya termasuk kehadiran kekasih. Beberapa kali pria yang mencoba mendekatinya mundur perlahan karena tembok yang ia bangun terlalu tinggi untuk di daki dan terlalu kuat untuk dihancurkan. Sampai pada akhirnya dia bertemu seseorang yang membuatnya merasa nyaman lagi. Pria yang selalu berada di dekatnya meskipun Nara tidak berbicara atau berinteraksi dengannya. Pria yang sama sibuk dengannya tapi selalu punya waktu untuk Nara walau hanya untuk sekedar menanyakan kabar. Nara merasa dirinya amat beruntung memiliki Daniel. Tipe pekerja keras, cuek dan tidak punya banyak waktu seperti Daniel adalah tipe-nya. Jadi dia tidak perlu harus mengabarkan pria itu sejam sekali seperti pasangan lainnya. Mereka bahkan bertukar kabar hanya saat ingat. Daniel juga adalah orang pertama yang menyentuhnya secara terbuka. Lelaki itu menyiapkan segalanya secara sempurna. Sebuah malam memabukan untuk mereka, dimana mereka untuk pertama kalinya punya waktu privat dan saling mengasihi secara fisik. Daniel yang di pikiran Nara adalah seorang pria cupu ternyata berbeda 180 derajat di ranjang. Pria itu begitu berapi-api dan membuat Nara kesusahan untuk mengejarnya. Namun tetap saja, Nara sangat menikmatinya. Sayangnya pengalaman ranjangnya yang fantastis itu tidak bisa berlanjut baik. Daniel adalah orang yang tidak disentuh oleh orang lain. Dia suka untuk menyentuh, tapi tidak suka di sentuh. Nara masih ingat betul saat pertama kali mereka selesai melakukan aktivitas ranjang, dia mencoba memeluk Daniel tapi pria itu dengan kasar menampik tangan Nara dan kemudian pergi untuk tidur dikasur. Awalnya Nara sakit hati akan hal itu, tapi untuk selanjutnya dia menanggap hal itu wajar dan menghormati pilihan Daniel. Lagipula, itu artinya dia bisa tidur sepulasnya. *** Di halaman rumah Pak Amir sudah tampak banyak orang. Ada si bule dan si perempuan terlihat sedang membantu mengeluarkan makanan dari dapur. Sementara kedua bocah lelaki itu sedang bermain kejar-kejaran di halaman depan. "Neng Nara, ayo sini. Kita sarapan," panggil Ibu Ijah sambil membawa bakul nasi dan di letakan di atas meja. Nara tersenyum dan melajukan langkahnya. "Selamat pagi" Sapa Nara. "Pagi Nara, yuk duduk. Kita sarapan bareng," kata Renata sambil menarik kursi di sampingnya dengan maksud agar Nara bisa duduk disampingnya. Si bule hanya tersenyum kepadanya. "Maaf ya gak ikut bantu," ucap Nara tidak enak. "Eh, kok malah minta maaf. Kan emang udah kerjaan saya, gak pa-pa kalo gak bantu juga," kata Bu Ijah sambil berjalan ke arah kedua anaknya. "Pak Amir sama Reagan belum ada, bu?" tanya Nara karena dua orang itu tidak terlihat. "Belum apa-apa udah dicariin. Kangen bilang boss." Suara Reagan terdengar di ikuti dirinya yang keluar dari dalam dapur sambil membawa cangkir penuh dengan teh hangat. Pak Amir mengikutinya dari belakang dengan membawa baki berisi gelas. Kata-kata Reagan jelas membuat yang lain tersenyum menggoda. Wajah Nara sudah pasti berwarna merah sekarang. Reagan? sudah pasti hatinya puas sudah berhasil menggoda Nara sepagi ini, terlihat jelas diwajahnya, yang menyebalkan tentu saja. "Do you guys dating?" tanya Billy "Maybe, ask her." Reagan melemparkan senyum jahil sambil meletakkan cangkir tehnya ke meja. "Yuk, mulai sarapannya," kata Pak Amir menyelamatkan suasana yang mulai canggung ini. "Nasi goreng seafood-nya pakai cumi dan udang yang baru ditangkap Ayah tadi malam," Ridho menjelaskan tentang menu pagi ini sambil duduk di kursinya. "Pasti enak, dijamin kalo buatan ibu," kata si kecil Narwan sambil mengacungkan jari jempolnya ke udara. Membuat orang-orang tertawa. *** "Kamu mau ngapain hari ini?" tanya Reagan saat dia dan Nara sedang mencuci piring. Nara memang bersikeras ingin mencuci piring karena tidak enak begitu datang langsung ikut makan. Apalagi benar kata Narwan, nasi goreng seafood buatan ibunya sangat enak membuat Nara menambah lagi nasi goreng itu hingga 3 porsi. "Mungkin baca buku seharian. Masih banyak buku yang belum aku baca," jawab Nara sambil membilas gelas sebelum meletakannya di rak cuci piring. "Boring," komentar Reagan sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah. "Kalau mau baca buku tuh di perpustakaan. Orang kepulau dengan pantai dan laut begini kok mau ngurung diri," kata Reagan. "Ada tuh, si Billy. Keluar buat makan doang," balas Nara. "Billy berbeda. Dia kan kerjaannya menulis. Dia di kamar karena kerjaannya. Kamu kan liburan," bantah Reagan lagi. "Kita Snorkling yuk, aku tunjukin ke kamu indahnya terumbu karang di pantai ini," ajak Reagan. Nara diam untuk berpikir. Tujuannya kesini adalah untuk menenangkan diri bukan untuk liburan. Ya teknisnya mungkin bisa disebut liburan, tapi bukan liburan dengan aktivitas yang dia inginkan. Tapi, snorkling sepertinya aktivitas yang menyenangkan juga. Dia juga tidak tahu kapan bisa melakukan snorkling lagi. "Oke, aku tunggu di dermaga jam 10," kata Reagan sambil meletakan piring terakhir yang mereka cuci pagi ini. "Aku gak punya baju-nya," jawab Nara. Reagan berpikir sejenak. "Gampang," kata Reagan sambil pergi dan menghilang dari pandangan Nara. *** Tok tok tok "Nara," suara Renata terdengar dari depan. Membuat Nara bingung untuk apa Renata datang ke tempatnya. "Iya Ren, ada apa ya?" tanya Nara begitu ia menemukan sosok Renata yang tinggi langsing bak model itu di depan pintu. "Nih, baju selam, masker sama snorkel-nya. Kata Reagan kamu mau pinjam. Ini aku beli masih baru tapi kayaknya gak bisa aku pakai jadi ku kasih kamu aja," jelas Renata. "Eh, beneran nih?" tanya Nara lagi. "Iya, apalagi kata Reagan kamu kepengen banget snorkling hari ini," jelas Renata. "Eh, aku gak--" Nara akan menjelaskan bahwa lelaki kerdus itulah yang mengajak setengah memaksanya tapi kemudian tidak jadi. "Makasih Ren," ucap Nara kemudian. "Sama-sama, aku balik ke cottage dulu ya. Bye," Ucap Renata sambil berjalan pergi dari cottage Nara. "Bye," ucap Nara lagi sebelum kembali kedalam. Dia melihat jam di tangannya, jam 9.30 pagi. Setengah jam lagi, lebih baik dia segera bersiap. *** Nara dapat melihat punggung lebar Reagan dari jauh. Pria itu nampak sedang melakukan sesuatu dengan tali kapal yang terikat di dermaga. Begitu Nara mendekat, Reagan berbalik melihat Nara sudah lengkap dengan wetsuit dan kacamata serta snorkel di tangannya. "Wah, semangat banget," puji Reagan "Kamu benar-benar bisa mengarang dengan baik. Bisa-bisanya kamu mengarang aku pengen banget snorkling ke Renata padahal kamu yang ngajakin aku," protes Nara. "Pertama." Reagan berkata sambil mengacungkan jari telunjuknya untuk menunjukan angka satu. "Aku memang pintar dalam mengarang, nilai Bahasa Indonesiaku yang paling tinggi waktu sekolah dulu. Hmm gak, aku ini emang pintar dalam segala hal," kata Reagan lagi. Nara menatapnya dengan tatapan jijik. "Kedua." jari Reagan kembali menunjukan angka dua. "Kamu memang bersemangat untuk pergi snorkling. Buktinya kamu disini sekarang, lebih cepat 10 menit. Kalau bukan bersemangat namanya, apalagi?" lanjut Reagan Untuk pertama kalinya seumur hidup Nara menyesali kebiasannya yang selalu datang 10 menit lebih awal dari janji. "Okey, karena kamu sangat bersemangat. Ayo jalan sekarang sebelum matahari semakin panas," Kata Reagan sambil melompat ke Speed boat di ikuti Nara. Reagan kemudian menjalankan speed boat itu dan berhenti di sebuah tempat, airnya tampak sangat jernih karena Nara dapat melihat terumbu karang dibawahnya dengan jelas. Senyumnya mengembang secara otomatis saat melihat keindahan alam itu. "Ayo turun," Kata Reagan kemudian dirinya segera menceburkan diri ke air. Nara pun ikut menceburkan diri ke air. Nara berenang kesana kemari sambil melihat terumbu karang disitu. Sayangnya dirinya tidak melihat banyak jenis ikan. "Kesini Nar," panggil Reagan. Nara segera berenang ke arah Reagan. "Disini lebih banyak jenis ikannya. Kamu cukup menyelam dikit," jelas Reagan. Nara menggeleng. "Aku gak bisa menyelam kalau terlalu dalam. Aku cuma bisa berenang," jelas Nara. "Sayang banget, padahal di bawah kita banget nih," bujuk Reagan. "Takut ah. Entar kalau aku gak bisa balik ke atas gimana?" Nara bergidik ngeri membayangkan dirinya yang tenggelam. Reagan tersenyum kecil, dia mengambil tangan Nara. "Percaya sama aku gak?" tanya Reagan. Nara diam. Mana bisa dia percaya pada iblis ini. Tapi tatapan Reagan terlihat meyakinkan. "Percaya sama aku, Nar." Reagan mengeratkan genggaman tangannya. Nara mengangguk perlahan. "Oke, hitungan ke tiga langsung nyelem ya. Tarik nafas yang panjang dulu," jelas Reagan lagi. "satu ... dua ... tiga, now!" perintah Reagan. Keduanya kini berada di bawah air. Dan itu adalah sebuah keputusan terbaik Nara. Dia dapat melihat ikan-ikan lucu dengan berbagai warna juga terumbu karang yang lebih bervariasi. Reagan menariknya melihat lebih banyak ikan yang membuatnya semakin senang. Reagan membuat kode jempol dan mengarahkan tangannya ke atas sebagai perintah untuk segera kembali ke permukaan. "Huaa, tadi bagus banget," kata Nara begitu mereka sampai ke permukaan air. Dia terlihat sangat senang sampai tak sadar dia sudah memeluk Reagan. "Apa aku bilang, kamu gak akan nyesel snorkling disini," kata Reagan lagi. "Mau liat lagi?" tanya Reagan. Nara mengangguk semangat. Dan keduanya kembali ke dalam air. *** "Nar, balik yuk. Udah siang" kata Reagan. "Yah, kok udahan sih, aku belum liat yang di tempat lain," tolak Nara. "Kalo kelamaan, bisa-bisa yang kita lihat berikutnya udah hiu," kata Reagan Nara bergidik ngeri membayangkan dirinya bertemu hiu. Bukan tidak mungkin, dirinya ada di lautan sekarang. "Nara," panggil Reagan "Ya?" jawab Nara takut. "Bukannya kamu lagi mens?" tanya Reagan, matanya melotot, wajahnya terlihat panik. "I-iya. Kenapa?" tanya Nara sudah mulai panik. "Darah ... hiu ...," ucap Reagan pelan. "Argh... jangan nakut-nakutin." Nara berenang menuju Reagan, sementara Reagan bergerak menjauhi Nara. "Jangan deket-deket aku, aku gak mau dimakan hiu. Tolong!!" Reagan berenang menjauh membuat Nara makin panik. Nara berenang sekuat tenaga mengejar Reagan. Beruntung dia cukup handal berenang. Tidak butuh lama dia berhasil mencapai Reagan. Dia segera memeluk pria itu. Setidaknya kalau dia mati di makan hiu, pria itu juga tidak akan hidup. Suara tertawa geli Reagan terdengar. "Kamu bener-bener percaya akan ada hiu datang di air sedangkal ini? Hahaha pantes aja kamu IPS, IPA kamu mampet, Nar." Reagan kembali tertawa puas. Nara melepaskan pelukannya dan memproses informasi yang baru saja ia terima. "Gak ada hiu?" tanya Nara lagi "Ya gak ada lah, " Reagan kembali tertawa. "Ihhhh nyebelin." Nara membuat tubuhnya sebagai beban kemudian menenggelamkan Reagan yang masih tertawa. Reagan yang masih tertawa tentu saja tidak siap dengan serangan Nara, alhasil dia menelan air garam dalam jumlah yang banyak. Setidaknya Nara tidak membunuhnya. *** Nara tertidur pulas sejak kembali dari makan siang tadi. Setelah aktivitas snorkling yang menyenangkan dan makan siang yang enak, tidur siangnya menjadi sangat berkualitas. Tidur siang, sesuatu yang tidak pernah di dapatkan Nara semenjak dirinya mulai bekerja. Biasanya untuk menghilangkan kantuk setelah makan siang dia akan meminum es kopi. Tapi kali ini dia terlelap seperti bayi. Nara menggeliat kecil, membuka setengah matanya dan melihat kearah jam dinding. Jam 3 sore. Artinya sudah 2 jam dia tertidur. Nara berbalik dan mendapati Reagan sedang tertidur pulas disampingnya. Pria yang sedari tadi protes karena merasa seperti akan dibunuh oleh Nara hanya gara-gara lelucon hiu itu tertidur dengan lelap sekali. Dadaanya naik turun dengan teratur menandakan pria itu tertidur sangat lelap. Kulit pria ini mulai terlihat coklat, mungkin karena dia sudah lama ada di pulau ini terlebih kebiasaannya yang tidak suka memakai atasan. Anak SMA yang ada di ingatan Nara adalah seorang anak laki-laki berkulit putih dan bertubuh kurus tinggi. Perbedaan mencolok dari anak SMA itu dengan pria disampingnya itu ada di warna kulit dan bentuk tubuh. Selebihnya sama saja. Jahilnya, senyum tengilnya dan menyebalkannya sama saja, malah bertambah menurut Nara. Reagan menggeliat pelan, sambil membuka matanya. Dirinya langsung menatap Nara. Nara pikir Reagan masih akan marah pada Nara, tapi Reagan malah tersenyum padanya. "Hallo cantik," sapa Reagan dengan suara serak khas baru bangun tidurnya. Otomatis Nara tersenyum malu. "Kamu emang selalu cantik gini ya?" puji Reagan lagi. Dia kemudian menarik Nara kepelukannya dan kemudian mencium bibir Nara. "Kamu mau ngelakuin sesuatu yang menyenangkan nanti malam?" tanya Reagan setelah ciuman mereka berakhir. Nara memukul kecil d**a Reagan. "Kamu kan tahu aku lagi dapet," kata Nara. Reagan memasang muka heran. "Kamu pikir aku cowok macam apa yang hanya mencari kesenangan dengan itu?" protes Reagan. Sekarang giliran Nara yang bingung. "Terus maksud kamu aktivitas menyenangkan tuh apa??" tanya Nara lagi. "Kamu lihat aja nanti malam," kata Reagan sambil tersenyum. "Sumpah kalau kamu bikin lelucon hantu atau jokes receh lainnya, kamu bener-bener bisa aku bunuh," ancam Nara. "Tunggu aja" kata Reagan lagi kemudian bangkit dan menuju kamar mandi meninggalkan Nara dengan sejuta pemikiran tentang apa yang akan dilakukan atau dipersiapkan Reagan nanti malam. Semoga pria itu tidak mengerjainya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD