4

1517 Words
Juli 1998           Pembagian kelas 2 berlangsung dengan riuh, bukan hanya bertanya duduk dikelas 2 apa, tetapi pertanyaan yang lebih menggundahkan mereka adalah apakah mereka akan terpisah. Q dan teman-teman ekskul karate menjadi sahabat yang sangat dekat karena kebersamaan mereka seperti keluarga. Mereka yang sangat dekat karena satu kelas berlima, terutama Q dan Sabrina. Saat pengumuman keluar, hanya Q dan Sabrina yang mendapat kelas yang sama di kelas 2B yang lain berpisah. Jumlah anak kelas 2 tidak sama dengan jumlah saat mereka duduk di kelas satu kemarin baik alasan berhenti sekolah atau tidak naik kelas. Jumlah siswa kelas 2B lebih sedikit di bandingkan dengan kelas lain.           Walaupun kelas mereka terpisah, mereka tetap berkumpul di kantin sekolah bareng setiap istirahat. Setiap satu kelas di kelas 1 lebih memilih untuk duduk satu meja, termasuk Q dan Sabrina. Kebiasaan Q memilih bangku adalah duduk di sudut pojokan belakang kelas, tidak terkecuali di kelas 2. Q sangat disambut oleh teman-teman cowoknya, yang memang mendominasi tempat duduk posisi belakang dan ada juga seorang siswa cowok yang lebih memilih duduk di depan sendirian karena jumlah siswa ganjil.           Seminggu pertama di kelas 2, Senin pagi yang biasa menjadi gempar satu sekolah, khususnya siswa putri. Anak baru masuk di kelas Q, seperti biasa dia masuk bersama guru fisika pelajaran pertama hari senin.           “Anak-anak, hari ini kalian mendapatkan teman baru. Dia pindahan dari Bogor karena ikut kepindahan pekerjaan orangtuanya. Namanya Abiyyu. Perkenalkan dirimu, kepada teman-teman!” kata Pak Zulkarnain.           “Hai...teman-teman! Nama saya Abiyyu Alphard. Senang berkenalan dengan kalian semua dan saya harap kita dapat menjalin persahabatan dan mengukir kenangan yang indah di sini.” Dia tersenyum manis dan melihat keseluruh teman-teman sekelas seolah-olah dia memang melihat kami satu per satu.           “Pasti...!” koor anak-anak cewek serempak kecuali Q yang memandang terpana, melihat tingkah laku teman-teman sekelasnya yang cewek dan itu tidak luput dari pengamatan  Abiyyu, akarena saat Q memandang ke depan kelas tempat Abiyyu berdiri mata mereka bertatapan yang membuat Q mengangkat alisnya sebelah dan berbicara dengan diri sendiri “Anak ini, cakep juga. Tapi kenapa memandangku seperti itu?” sementara itu latar belakang tatapan mereka yang singkat tetapi intens diikuti koor siswa cowok yang lebih keras menimpali koor dari siswa cewek “Uuuuu.... tenang Sob. Kita bisa jadi teman, tetapi harus waspada dengan pemburu di sini.” Sindiran ketua kelas kami mengingatkan Abiyyu, yang disambut dengan senyum lebar Q.           Sebelum pecah perang saudara di kelas, pak Zul menenangkan semua siswa dan memulai pelajaran. “Perkenalan cukup untuk sekarang, bisa dilanjutkan nanti saat istirahat. Abiyyu, kamu dapat duduk di sebelah Soni dibangku paling depan. Kita mulai pelajarannya anak-anak!”           Fisika merupakan pelajaran terlemah Q, dengan memperhatikan guru saksama tentang rumus gaya dan mencatat yang diterangkan membuat Q tidak memperdulikan seisi kelas terutama yang cewek yang masih sesekali melirik Abiyyu untuk mendapatkan perhatiannya. Bel pergantian pelajaran berbunyi membuat siswa mendesah lega, satu pelajaran selesai tinggal 3 lagi. Q menyimpan buku fisika dan mengeluarkan buku biologi.           Semua teman-teman berbincang dengan teman sebangku tak terkecuali Q, teman sebangkunya Sabrina. “Q, keren juga tuh anak baru, yaa!”           “Biasa aja kali, Rin. Ga terlalu beda dengan senior kita. Kan ada tuh yang manis, saat kita MOS dulu jadi idola cewek satu angkatan. Belum lagi, anak-anak basket. Mereka ga kalah jauh dari dia. Mungkin karena baru jadi bakalan tenar satu sekolah.” Q menjelaskan panjang lebar.           “Iya, lu enak. Hampir tiap hari ketemu cowok keren di sekolah. La kita-kita mana... ketemu cowok keren baru ini.” Keluh Sabrina sambil melirik ke tempat duduk Abiyyu yang sibuk meladeni teman-teman yang penasaran. Saat itu, Abiyyu melihat kearah Q dan Sabrina, sebenarnya Abiyyu memandang Q karena saat Sabrina melambai agak lama baru mendapat respon dari Abiyyu dengan sedikit tersenyum dan anggukan kepala yang tidak kentara.           “Q...!” Sabrina menyikut Q dengan cukup keras membuat Q kaget.           “Lu kenapa Rin? Pakai sikut segala.” Timpal Q sedikit kaget dari seruan kaget dan sikutan Sabrina dengan sebal sambil mengelus lengan yang kena.           “Sepertinya Abiyyu tertarik sama lu, dech.” Bisik Sabrina dengan nada rahasia.           “Masa? Baru kenal sekilas juga. Kenalan langsung kan belum. Namaku saja belum tau. Lu tau dia suka sama aku karena apa, Rin? Jangan buat gosip loh. Bisa heboh satu sekolah tau.”           “Benar kok. Dia sering melirik kearah tempat duduk kita. Saat saya lambaikan tangan dia tetap melihat fokus satu titik, agak lamaan baru gue di respon.” Sabrina semangat dengan kemungkinannya.           “Dia hanya sedikit heran, kenapa kita berdua tidak centil seperti teman-teman cewek yang lain. Pasti itu aja kok. Oke...” timpal Q dengan senyum menenangkan.           “Beda tau. Febri sobat kita tuh, yang super pintar itu juga ga respon amat kok. Tapi tidak diperhatikan dia. Pasti dia suka sama kamu deh.”           “Dia juga sedikit heran, kenapa kita berdua duduk gabung dengan anak cowok di belakang. Itu sedikit tidak biasa.” Kata Q sambil berdiri untuk keluar kelas.           “Lo, mau kemana Q?” Sabrina sedikit kaget karena Q tidak penasaran dengan apa yang barusan saja dia ungkapkan.           “Kebelet...” jawab Q dengan berbisik “Kalau Pak Agus masuk, bilangin ke WC ya!” Q berlalu menuju keluar kelas. Dia bertemu dengan Pak Agus di luar kelas dan langsung meminta ijin untuk ke kamar kecil.           Pelajaran biologi berlangsung dengan seru, penyampaian yang Pak Agus sampaikan begitu ekspresif. Membuat pelajaran tidak menjadi bosan dan tentu saja bel istirahat berbunyi lantang. Begitu Pak Agus mengakhir pelajaran dan keluar kelas, teman-teman langsung sepi untuk menyerbu kantin sebelum berebut dengan anak-anak kelas lain.           “Ke Kantin, Q. Laper nih!” ajak Sabrina sambil menarik Q keluar kelas.           “Jangan ditarik-tarik, jalan sendiri deh.” Teriak Q kaget keran diseret Sabrina keluar kelas.”Aku juga mau ke kantin laper bingit.” Mereka berdua berpas-pasan dengan Abiyyu yang juga hendak keluar.           “Hai...kenalkan aku Abiyyu!” tangannya terulur ke arah Q, padahal Sabrina lebih dekat.           Q tersenyum simpul dan menyambut uluran tangannya “Qistina. Dan ini Sabrina.”           Abbiyu hanya mengangguk ke arah Sabrina dan mengikuti kami yang sudah mau keluar kelas.“Mau kemana nih? Boleh ikut, sekalian bisa memberikan tur singkat lokasi sekolah kita.”           “Boleh, asal tidak bosen sama kita. Ayo!” Q berjalan duluan keluar kelas dan mulai menunjukkan lokasi semua bangunan di sekolah dengan gamblang dimulai urutan kelas 1 yang menjadi bangunan terujung di sebelah kiri kelas mereka sampai kantin yang berada di belakang bangunan gedung kelas 3.           “Kalau ekskul yang ada di sini apa saja?” karena Sabrina hanya diam saja, Q juga yang menjawab semua pertanyaan Abiyyu.           “Drumband paling populer, Pramuka, Fenomena sejenis seni peran atau drama begitu, PMR, Paskibraka, olahraga untuk cabang Baske,, Volly dan Karate. Em... apa lagi ya.... oh iya Karya Ilmiah dan Bakti Sosial.” Setelah diam sejanak dan berpikir “Masih ada ga Rin?”           “Sepertinya sudah disebutkan semuanya.” Sabrina menimpali dengan setengah berbisik.           “Jadwal latihan Basket kapan?” Abiyyu bertanya kembali dengan lebih antusias.           Oh...anak basket juga nih anak, bakalan lebih rame pendukung basket putra. Jangan saja membuat latihan menjadi ajang temu fans. Q membatin sebelum menjawab pertanyaan Abiyyu dengan nada cueknya. “Sabtu sore dan Minggu Pagi.” Karena perjalanan mereka sudah sampai di kantin. Q berusaha menarik Sabrina dengan tidak kentara untuk kabur dari Abiyyu. Yang ditahan Sabrina dengan bisikan penuh tusukan rasa bersalah kepada Q.           “Lo mau pergi begitu saja. Anak ini baru di sekolah, bukan berarti dia bakalan susah mendapatkan teman, tetapi itu tidak sopan tau.”           Q hanya nyengir kuda kepada Sabrina karena niatnya untuk meninggalkan Abiyyu sendirian gagal. “Kalau ada orang yang lain mendekat berkenalan dengan dia baru kita bisa pergi. Tidak bakalan lama kok, mengingat reputasi di kelas tadi.” Bisik Sabrina. “Itu ada yang kosong, kita ke sana saja yuk.” Sabrina mengajak Abiyyu bersama mereka untuk bergabung.           Belum sempat mereka duduk, berita anak baru kelas 2B yang super ganteng sepertinya sudah menyebar sehingga tempat meja yang mereka duduki penuh dalam sejekap. Q dan Sabrina terdorong sedikit, sebelum mereka kena lindas Q pamit kepada Abiyyu.           “Abiyyu, kami berdua mau beli makanan duluan ya?” Q tersenyum simpul sambil berdiri untuk meninggalkan Abiyyu sendirian menghadapi gerombolan baru fans Abiyyu yang diiringi dengan tatapan tajam Abiyyu yang tidak begitu senang dengan keadaannya tanpa kentara tetapi ada di dalam matanya. Jam istirahat selesai, Q dan Sabrina sudah lama kembali ke kelas dengan membawa minuman yang mereka beli ke kelas. Sedangkan Abiyyu masuk dengan sedikit kesal melihat tingkah laku siswa cewek yang sedikit berlebihan terhadapnya. Saat memasuki kelas pandangannya langsung kearah Q duduk dan melihat Q dan Sabrina tertawa geli dengan lelucon mereka sendiri.             Pelajaran ketiga dan keempat berjalan dengan baik tanpa insiden saat pelajaran pertama. Bel pulang terdengar disambut seruan gembira semua orang. Tetapi sekali lagi Abiyyu membuat semua anak satu sekolah geger, karena dia dijemput menggunakan mobil bersama dengan sopir pribadi. “Wau... nih anak bukan hanya tampang keren tetapi tajir juga.” Mata anak perempuan yang silau akan semua itu semakin berbinar terang. Kebanyakan anak satu sekolah hanya menggunakan motor ke sekolah bahkan lebih banyak lagi yang berjalan kaki atau naik sepeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD