Snowdrop

1589 Words
Ravenwood, 2033 SEBILLE Sejak aku tersadar dari pingsanku, aku hanya menatap langit-langit di kamarku . Aku masih merasa shock dengan ingatan masa laluku yang tiba-tiba muncul . Kepalaku terasa sangat sakit dan pusing. Dadaku sesak. Aku tidak percaya apa yang aku lihat dalam ingatanku. Aku telah membunuh banyak orang oleh suatu kekuatan sihir yang berasal dari tongkat yang aku pegang. Sampai sekarang aku masih merasakan kekuatannya menjalari tubuhku. Aku belum menceritakan tentang ingatan yang aku lihat kepada mereka, karena aku tidak sanggup untuk mengatakannya mungkin mereka akan menganggap diriku sebagai pembunuh yang keji. Air mataku tidak mau berhenti mengalir. Hatiku terasa sakit dan terkoyak oleh ingatan masa laluku. Seolah-olah sebagian jiwaku terserabut dan diambil paksa dalam tubuhku. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa sejahat itu dan siapa pria yang bersamaku waktu itu. Aku sama sekali tidak mengingatnya. Pintu kamar terbuka, membawaku kembali ke masa kini. Amertyha datang membawakanku makanan dan dia menyunggingkan senyuman lembutnya. ''Ayo makan dulu! Sejak tiba di sini kamu belum makan sama sekali.'' ''Aku tidak lapar.'' ''Tapi kamu harus makan. '' ''Aku sama sekali tidak ingin makan.'' ''Ayolah jangan seperti ini! Kalau kamu sakit bagaimana? Pasti Ibu dan kakakmu akan merasa cemas. Makanlah walaupun hanya sedikit!'' Amertyha duduk di pinggir tempat tidur, lalu mengusap kepalaku.'' Aku tinggalkan baki makanan di sini ya,''katanya sambil meletakkan baki makanan di samping nakas tempat tidur. Aku akan segera kembali untuk melihat keadaanmu.'' Amerthya kemudian meninggalkan kamar . Aku menyibakkan selimut dengan malas dan mengambil baki makanan, membawanya ke meja. Makanan itu akhirnya masuk ke dalam mulutku dan menelannya dengan susah payah. Masakan Amerthya sangat enak, tapi dengan suasana hatiku yang sedang buruk makanan ini menjadi terasa sangat pahit. Aku memperhatikan keadaan di luar melalui jendela kamarku. Di luar sangat sepi. Langit sudah nampak kemerahan pertanda sebentar lagi malam akan tiba. Aku kembali menyuapkan kentang tumbuk tepat pada saat ada hantu masuk ke kamarku. Hantu itu adalah hantu seorang penyihir, karena dia memakai pakaian abu-abu lusuh dan topi kerucut yang sudah banyak tambalannya. Hantu wanita muda itu nampaknya sedih. Dia terus saja diam di samping tempat tidurku sambil memperhatikanku. Entah apa yang diinginkannya dariku. Aku menyimpan sendok di piring dan menatap hantu itu. Aku tidak suka diperhatikan oleh hantu. Itu membuatku merasa tidak nyaman. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri ,menghadap hantu wanita itu.''Apa yang kau inginkan dariku?''tanyaku. Hantu wanita itu terkejut saat aku mengajaknya bicara. Mungkin hantu itu tidak menyangka aku dapat melihatnya. Hantu itu masih terdiam. Dia tiba-tiba memberikanku sekuntum bunga snowdrop dan menyimpannya di telapak tanganku. Aku tercengang mendapatkan bunga itu. ''Bunga yang sangat indah,''komentarku. ''Apa yang kamu inginkan?''tanyaku lagi, tapi hantu itu tetap diam.'' Aku bisa mendengarkan suara orang yang sudah mati,''kataku kemudian. Hantu itu masih tetap diam. Aku menarik napas panjang , merasa kesal, karena aku diacuhkan oleh hantu yang sudah berbaik hati sudah menawarkan pertolonganku kepadanya. ''Baiklah terserah kamu saja. Aku mau tidur.'' Aku kembali naik ke tempat tidur dan pura-pura tidak melihat hantu wanita itu. Hantu itu melayang keluar menembus dinding kamarku dengan raut wajah sedih. Aku yang melihatnya menjadi bingung. Sebenarnya apa yang diinginkan hantu itu dariku? Apa dia datang ke sini hanya untuk memberikan bunga ini? Aku mencoba untuk tidur kembali, tapi perasaanku gelisah gara-gara kedatangan hantu wanita tadi. Aku bangun, menyibakkan selimutku dan turun dari tempat tidur. Aku mendapatkan Amerthya dan Ethan berada di dapur sedang membuat makan malam. Mereka terkejut melihatku.''Aku akan mencari udara segar di luar.'' Amerthya dan Ethan nampak cemas.''Aku tidak akan pergi jauh-jauh hanya di sekeliling rumah ini saja.'' ''Baiklah. Jangan pergi jauh-jauh! Aku tak ingin mereka memukulimu lagi.'' ''Aku tahu.'' Angin sepoi-sepoi berhembus ketika aku membuka pintu. Aku berjalan ke depan rumah dan memperhatikan suasana di sekeliling yang begitu sangat sepi dan hanya ada bunyi lolongan angin . Aku menoleh ke samping melihat rumah Asael . Suasana di rumah itu pun nampak sepi. Sejak aku datang ke sini, aku belum sempat berbicara banyak dengannya dan belum sempat mengucapkan terima kasih kepadanya, karena sudah menolongku dan melindungiku selama ini. Suara isakan tangisan anak kecil membuatku tersentak. Aku melihat anak laki-laki berjalan sambil menangis. Aku cepat-cepat menghampirinya dan anak laki-laki itu terkejut melihatku, lalu dia mundur ketakutan. Aku berjongkok di depannya.''Aku tidak akan meyakitimu,''kataku. Anak laki-laki itu sedikit tenang.''Kenapa kamu menangis? Apa sesuatu yang buruk terlah terjadi?'' ''Ibuku menghilang.'' ''Menghilang?'' Anak laki-laki itu mengangguk.''Aku tidak dapat menemukannya di mana pun. Seharusnya ibu sudah pulang dari pasar sejak tadi , tapi sampai sekarang ibuku belum pulang.''Anak laki-laki itu kembali menangis. ''Jangan menangis lagi!'' Aku merasa iba melihatnya dan aku memeluknya. ''Kita akan cari ibumu bersama-sama, bagaimana?'' Anak laki-laki itu kembali mengangguk. Aku menggandeng tangannya. ''Siapa namamu?'' ''Fred Brody.'' ''Aku Sebille.'' Fred mendongkak ke atas dan tersenyum. ''Di mana ayahmu?'' ''Ayahku pergi dan tidak pernah pulang ke rumah.'' Raut wajah Fred kembali sedih. ''Oh. Maafkan aku.'' Fred mengelengkan kepalanya.''Tidak apa-apa.'' ''Apa kamu tahu kemana biasanya ibumu pergi? Mungkin saja ibumu pergi menemui temannya tanpa memberitahumu.'' ''Kalau ibuku akan pergi menemui temannya pasti dia akan memberitahuku.'' ''Baiklah. Kamu ingin mencari dari mana? Pasar atau taman?'' ''Taman saja. Karena pasar sekarang sudah tutup.'' ''Baiklah kita ke taman saja.'' Taman yang dimaksud Fred bukanlah taman yang pernah aku datangi sebelumnya, tapi taman kecil yang berada di dekat pemakaman . Fred membuka pintu gerbang yang sudah karatan termakan usia menimbulkan deritan yang cukup memekakkan telinga. Fred langsung memanggil-manggil ibunya. Suasana taman yang banyak ditumbuhi oleh bungan mawar ini terlihat sangat sepi. Sepertinya Ravenwood bukanlah kota yang memiliki jumlah penduduk yang banyak Fred masih berteriak memanggil ibunya. Tak lama kemudian Fred kembali terisak menangis.''Ibuku tidak ada di taman ini,''katanya. ''Kita coba cari sekali lagi .'' Fred menangguk dan menyeka air matanya dengan lengan bajunya. Tangan Fred menyentuh tanganku dan melihat bunga snowdrop di tanganku. ''Dari mana bunga ini?''tanyanya lagi. Aku memandang bunga di tanganku.''Oh ini ada seseorang yang memberikanku. Memangnya kenapa?'' ''Ibuku sangat menyukai bunga snowdrop dan biasanya ibuku selalu membawa bunga-bunga itu ke rumah.'' Aku memandang kembali bunga yang ada ditanganku.''Begitukah? Di mana ibumu mengambil bunga ini?'' ''Di taman ini di dekat kolam. Bunga snowdrop tumbuh subur di sana. Ibuku sering membawaku ke sana.'' ''Mungkin ibumu ada di sana. Antarkan aku ke sana!'' Fred berjalan di depanku. Kolam itu letaknya tepat di tepi bukit berbatasan dengan pagar pemakaman. Di sekitar kolam bundar itu memang banyak tumbuh subur bunga snowdrop. Fred mulai memanggil ibunya. Aku mencarinya ke arah lain di sekitar kolam. Tiba-tiba Fred berteriak . Sepertinya Fred sudah menemukan ibunya. Aku berlari menghampiri Fred dan aku langsung menutup mulutku dengan satu tangan, mataku membelalak saat melihat seorang wanita muda tak sadarkan diri di bawah pohon ek yang jaraknya lima meter dari kolam agak tersembunyi karena banyak rumput liar tinggi yang tumbuh sekitar pohon ek. Fred menguncang-guncang tubuhnya sambil menangis. Aku berjongkok di samping Fred dan mulai memeriksa keadaannya. Tubuhnya masih hangat , tapi sudah mulai dingin. Aku memeriksa denyut nadinya, tapi denyut nadinya sudah tidak ada lagi. Fred masih terus memanggil ibunya. Aku tidak tega mengatakan kepada Fred, ibunya telah meninggal. Aku kemudian memperhatikan ibu Fred sepertinya wajahnya tidak asing lagi bagiku. ''Ya Tuhan.'' Aku memekik ngeri saat aku menyadari hantu yang mendatangiku tadi adalah ibu Fred. Fred mendongkak kepadaku. Air mataku perlahan-lahan menetes. Fred menyentuh lenganku dan anak itu menatapku dengan pandangan nanar. Hatiku mencelus melihat Fred. Aku memeluknya berusaha membuatnya tenang. ''Apa ibuku baik-baik saja?''tanyanya. Aku melonggarkan pelukanku dan menatap Fred dengan iba. Aku menggelengkan kepalaku dan Fred langsung memeluk tubuh ibunya. ''Ibu jangan tinggalkan aku sendirian. Ayo bangun!'' Fred mengguncang tubuh ibunya. Aku berusaha menghentikannya, tapi Fred menepis tanganku dengan kasar dan dia memeluk ibunya dengan erat. Suara pekikan seorang wanita di belakangku membuatku terkejut. ''Francesca!'' Wanita itu langsung menjatuhkan keranjangnya yang berisi bunga, lalu ia menatapku dan matanya berkilat-kilat penuh dengan berbagai macam emosi. Ia menghampiri tubuh ibu Fred, menyenggol tubuhku dengan keras sampai aku terjatuh ke tanah. ''Apa yang terjadi padamu , Francesca? Kenapa jadi begini?'' Wanita itu kembali menatapku. Kali ini tatapannya itu penuh kemarahan.''Apa yang kamu lakukan kepadanya? Kamu telah membunuh keponakanku,''teriaknya. Aku mengelengkan kepala dengan cepat.''Bukan. Aku tidak membunuhnya.'' Wanita itu mencengkeram kausku dengan kuat.''BOHONG! KAMU YANG TELAH MEMBUNUHNYA.'' ''Tidak. Bukan aku.'' Wanita itu mengeluarkan tawa sinis.''Kamu masih saja berbohong. Kamu akan mendapatkan balasan atas perbuatanmu ini.'' ''Nenek Aubrey , jangan sakiti kak Sebille!''kata Fred dan dia berusaha menyingkirkan tangan neneknya. ''Fred, menyingkirlah!'' ''Kak Sebille tidak bersalah. Lepaskan dia!'' Fred masih berusaha membuat neneknya melepaskan diriku.''Aku mohon. Jangan sakiti kak Sebille!'' Wanita itu menatap Fred dengan raut wajah sedih, lalu ia melepaskan cengkeraman tangannya dari kausku. Aku mundur ketakutam, menjauhinya. Wanita itu memeluk Fred, menatapnya, memeluknya lagi, lalu mencium pipi Fred.''Kamu baik-baik saja, Fred?'' ''Aku baik-baik saja, nenek Aubrey.'' Fred menoleh ke arahku sekilas, lalu menatap neneknya.'' Kenapa nenek Aubrey ada di sini?'' ''Tadi aku melihatmu berjalan tergesa-gesa dengan seorang manusia,''katanya sambil menunjuk ke arahku. ''Aku mengikutimu, karena aku merasa cemas.'' Wanita itu menoleh ke arahku .''Aku takut dia akan menyakitimu.'' ''Kak Sebille tidak menyakitiku atau Ibu. Kak Sebille membantuku mencari ibu.'' ''Dia jahat. Dia sudah membunuh ibumu.'' ''Kak Sebille bukan yang membunuh ibuku.'' Wanita itu mengembuskan napas panjang, berdiri dan berjalan mendekatiku, lalu berjongkok di depanku, mendekatkan wajahnya ke telingaku. ''Aku tahu kamu yang telah membunuh Francesca. Aku tidak tahu apa yang sudah kamu katakan kepada Fred untuk meracuni isi kepalanya bahwa bukan kamu yang membunuh ibunya,''bisiknya. Wanita itu berdiri membersihkan diri dari kotoran yang tak kasat mata. ''Fred, tunggu di sini! Jaga ibumu! Aku akan mencari bantuan.'' Fred mengangguk. Setelah neneknya pergi, Fred datang menghampiriku dan dia duduk di sebelahku.''Maafkan nenek Aubrey . Dia tidak bermaksud untuk menyakitimu.'' Aku tersenyum, mengacak-acak rambut Fred.''Aku tahu.''
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD