Kekacauan di rapat dewan kota

1956 Words
Ravenwood, 2033 ASAEL ''Wanita itu harus di usir dari sini. Aku tidak ingin wanita itu ada di sini,''kata Abillio Wurtenbard yang tak lain adalah ketua dewan kota . Aku menatap marah kepadanya. Ya sekarang ini aku sedang berada di balai kota sedang melakukan rapat dengan anggota para dewan lainnya . Kami sedang membahas kedatangan Sebille di Ravenwood. ''Abillio benar. Wanita itu harus di usir dari sini. Dia akan membawa bencana lagi bagi kita semua,''seru seorang wanita penyihir bernama Fayden Ruthermore. Perkataan mereka disetujui oleh anggota para dewan lainnya dan mendengar banyak gumaman. ''Wanita itu berbahaya harus disingkirkan.'' ''Dia akan membunuh kita semua.'' ''Benar.'' ''Harus diusir dari sini sebelum terlambat.'' Aku menghembuskan napas panjang, memperhatikan mereka satu persatu-satu, menahan marah yang aku tahan sejak dari tadi. Aku memukul meja, membuat mereka terkejut dan mereka terdiam. ''Lady Sebille bukanlah wanita jahat. Sekarang dia bukan Lady Sebille Drewin, tapi Lady Sebille Levrand. Mereka adalah dua orang yang berbeda.'' ''Tapi Wanita itu reinkarnasinya,''seru George Wreden salah satu anggota dewan yang paling muda di sini. ''Percayalah! Lady Sebille tidak akan berbuat jahat di sini. Sekarang ini dia hanya seorang wanita biasa yang hidupnya dalam bahaya. Adam ingin membunuhnya,''kataku. ''Itu masalahnya. Adam akan mencarinya sampai ke sini dan dia akan menghancurkan kota ini,''seru Fayden. ''Itu benar,''seru seluruh anggota dewan. ''Bukannya kalian sudah menyetujuinya sebelum Lady Sebille datang ke sini? Kenapa kalian sekarang tidak menyetujuinya?'' ''Kami merubah pikiran kami. Kami memikirkan kembali keselamatan kota ini dan semua penghuninya,''kata Abillio. Aku kembali mengembuskan napas panjang. Tanganku sudah terkepal kuat melihat kekeraskepalaan mereka tidak mau menerima Sebille. Sebille tidak seperti yang mereka sangka. Aku lebih mengenalnya dari pada mereka. ''WANITA ITU PEMBAWA SIAL,''teriak George.''Aku tak ingin dia ada di sini. Aku tidak ingin ada manusia di sini.'' Seruan lain kembali terdengar menyetujui perkataan George.''Usir dia...usir dia...usir dia...usir dia....'' ''MANUSIA YANG TIDAK BERHARGA. DIA PANTAS MATI DI TIANG PEMBAKARAN,''teriak George. ''SUDAH CUKUP!!''teriakku. Semua dinding ruangan balai kota bergetar dan beberapa kaca jendela pecah, karena kekuatan sihirku dan mengenai beberapa tubuh anggota dewan kota lainnya . Liesel yang baru saja datang sangat terkejut dengan apa yang terjadi di dalam. Dia menatapku dengan pandangan menuduh kalau aku yang melakukan semua ini. Ya itu memang benar, aku yang telah membuat kaca-kaca itu pecah . Liesel berjalan cepat menghampiriku, tatapannya sangat marah.''Lihat! Apa yang sudah kamu lakukan? Kamu sudah melukai Mr. Wurtenbard salah satu tetua penyihir di sini.'' ''Dia pantas mendapatkannya,''ujarku kesal. Aku pun pergi meninggalkan anggota dewan lainnya yang terluka, karena pecahan kaca. ''ASAEL, KAMU KETERLALUAN!'' Aku tidak menghiraukan teriakannya. Aku sudah terlalu marah kepada mereka. Mereka sudah menghina dan menjelek-jelekan Sebille. Liesel terus saja meneriakiku dari belakang, mengikuti setiap langkahku. ''ASAEL, KAMU JANGAN PERGI BEGITU SAJA. KAMU...KAMU HARUS KEMBALI KE BALAI KOTA UNTUK MEMBERESKAN APA YANG SUDAH KAMU PERBUAT. '' Aku sudah terlalu marah dan muak dengan semuanya. Sampai kapan mereka mau menyimpan dendam ? Kenapa mereka tidak bisa melupakan masa lalu yang sudah terjadi. Mereka benar-benar keteraluan. ''ASAEEEEEELLLLLL.'' Liesel masih saja terus berteriak di belakangku. Aku juga tidak mempedulikan sapaan para penyihir lainnya ketika berpapasan denganku di jalan. ''Asael marah...Asael marah...Asael marah...''kata bunga-bunga di pinggir jalan dan mereka tertawa cekikikan. Aku berhenti sebentar dan menoleh ke arah mereka , menatap mereka dengan tatapan marah. ''Tutup mulut kalian!'' Bunga-bunga itu langsung ketakutan dan suara-suara mereka langsung berhenti. Sepertinya aku harus menutup mulut mereka dengan plester. Aku kembali berjalan menuju rumahku. Aku berhenti sebentar di depan rumah yang sekarang ditempati Sebille. Aku memandang sedih ke arah rumah di depanku. Apa gadis itu sudah sadar? Sebelum Sebille pingsan, ia sempat meminta maaf kepadaku dan terus mengeluarkan air matanya. Hatiku pun ikut sedih melihatnya seperti itu. Kenapa para penyihir harus selalu menyalahkannya atas apa yang dilakukannya di masa lalu? Bukankah setiap orang memiliki kesalahannya di masa lalu. Aku pun juga memiliki kesalahan di masa lalu, bahkan aku lebih buruk dari Sebille, tapi mereka mau mencoba memaafkanku, tapi kenapa mereka tidak mau mencoba memaafkan Sebille juga. Aku mengacak-acak rambutku dan mengerang frustasi. Baru saja aku akan membuka pintu pagar rumah Sebille untuk melihat keadaannya, karena sejak tadi aku begitu mencemaskannya, ibuku berteriak memanggilku dari pintu depan dengan tatapan marah. Aku menelan ludah dengan susah payah dan segera menghampiri ibuku. Habislah aku! Ibuku langsung menjewer telingaku dan menyeretku masuk ke dalam rumah. Aku mengernyit kesakitan .''Sakiiit, Bu.'' ''Jadi sakit ya?'' Aku mengangguk cepat. Ibu melepaskan jewerannya dan memukulku dengan sapu . Aku berusaha menghalau pukulannya dengan kedua tanganku. ''Kenapa Ibu memukulku?'' ''Rasakan ini. Rasakan.'' ''Hentikan, Bu!'' ''Anak kurang ajar! Ibu harus memberimu pelajaran.'' ''Ini namanya tindak kekerasan terhadap anak. Untung aku tidak melaporkan Ibu kepada polisi .'' ''Kamu ini.'' Ibuku berkata dengan sangat kesal dan masih memukuliku dengan sapu. ''Sebenarnya aku ini salah apa? Kenapa Ibu marah kepadaku dan memukulku?'' Ibuku berhenti memukulku. Wajahnya memerah, karena marah dan napasnya tersengal-sengal. Dadanya naik turun dengan cepat. ''Kamu sudah melakukan hal buruk. Ibu sudah tahu apa yang terjadi ketika rapat dewan kota. Kamu...kamu melukai Abillio dan yang lainnya . Kamu tidak berbuat apa-apa untuk menolong mereka dan pergi begitu saja. Bukannya kamu ini seorang dokter? Tapi kenapa kamu tidak menolong mereka. Sekarang ayahmu dan Mr. Wayden pergi ke sana untuk mengobati mereka. Ayo jelaskan pada ibu! Ibuku masih menatapku marah. ''Kenapa kamu diam saja?" ''Aku sangat marah kepada mereka. Ibu tidak tahu apa yang dikatakan oleh mereka tentang Sebille.'' Ibuku berkacak pinggang.''Oh jadi ini karena wanita itu. Kamu ini .Kamu benar-benar keterlaluan.'' Ibuku ingin memukulku lagi, tapi tidak jadi.''Kamu harus mengendalikan rasa marahmu itu. Ibu tak ingin kamu berubah jahat seperti dulu lagi.'' Raut wajah ibuku menjadi sedih dan pikirannya melayang ke masa lalu. ''Seharusnya kamu tidak membawa wanita itu ke sini. Kamu kan tahu mereka membencinya.'' ''Tapi Lady Sebille tidak jahat. Mereka tidak bisa melihat itu. Mereka sudah mau mencoba memaafkanku kenapa mereka tidak mau mencoba memaafkan Lady Sebille juga. Gara-gara perbuatan mereka Lady Sebille terluka.'' Ibuku menghela napas panjang.'' Ya kamu benar. Seharusnya mereka juga mencoba memaafkannya. '' Ibuku menatapku dengan pandangan menyelidik.''Apakah kamu masih mencintai wanita itu?'' Aku langsung menegakkan tubuhku. Pertanyaan ibuku membuatku terkejut. ''Jika kamu tidak ingin mengatakannya, tidak apa-apa. Meskipun kamu mencintainya, kamu tidak boleh bersamanya. Lady Sebille adalah tunangan Adam. Kamu harus ingat itu.'' Aku mengigit bibir bawahku dan mengepalkan kedua tangaku dengan sangat erat sampai aku merasakan kuku-kukuku menancap ditanganku. ''Lady Sebille bukan tunangan Adam lagi. Mana ada calon suami yang ingin membunuh calon istrinya. Adam tidak berhak atas Lady Sebille lagi. Dia sudah melepaskan gadis itu beratus-ratus tahun lamanya.'' ''Sekarang kamu harus kembali ke sana dan meminta maaf kepada mereka.'' ''Apaa? Aku tidak mau.'' Ibuku mulai memukulku lagi dengan sapu. ''Kamu harus minta maaf kepada mereka . Ayo cepat pergi sana! Jangan kembali ke rumah sebelum kamu meminta maaf kepada mereka.'' ''Baiklah. Aku akan meminta maaf kepada mereka. Apa Ibu sudah puas?'' Aku pergi keluar dengan membanting pintu di belakangku. Di luar aku berusaha menenangkan diriku kembali. Apa yang dikatakan ibuku benar dan aku harus menyelesaikan kekacauan yang sudah kuperbuat. Aku segera bergegas ke sana, saat aku akan pergi, aku melihat Amerthya keluar dari rumah. Aku segera menghampirinya. ''Bagaimana dengan Lady Sebille? Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah sadar?'' ''Lady Sebille baik-baik saja. Tadi dia sudah sadar, tapi sekarang sedang tidur.'' Aku mengembuskan napas lega.''Syukurlah! Kalau terjadi sesuatu kalian bisa menghubungiku kapan saja.'' ''Baiklah.'' ''Aku permisi! Ada urusan yang harus aku selesaikan.'' ''Tentu saja. Silahkan!'' Aku pergi ke balai kota dengan hati yang sudah tenang dan berharap luka mereka tidak terlalu parah. Seharusnya aku mengendalikan rasa marahku kepada mereka, tapi mereka juga salah sudah membuatku marah. Aku melihat bunga-bunga sedang menggosipkan diriku dan bunga itu langsung terdiam ketika aku lewat. Sepertinya aku memang harus membungkam mulut mereka dengan plester. Balai kota masih terlihat ramai banyak penyihir yang berkumpul di sana . Aku menerobos kerumanan itu dan masuk ke dalam. Ruangan rapat masih terlihat sangat berantakan. Pecahan kaca di mana-mana. Semua terdiam saat melihatku masuk dan mereka terlihat ketakutan. Ayahku dibantu oleh Flavio memandangku dengan kesal. ''Maafkan aku!'' Aku terdiam sebentar untuk melihat reaksi mereka. Mereka hanya memandangku dalam diam. ''Aku mengakui kesalahanku yang menyebabkan kalian terluka. Seharusnya aku dapat mengendalikan marahku. Aku benar-benar menyesal. Sekali lagi maafkan aku!'' Ayahku mengembuskan napas lega dan tersenyum kepadaku. Mrs. Fayden Ruthermore sekretaris ketua dewan kota yang tangannya terkena pecahan kaca berdiri dan menepuk bahuku.''Kami sudah memaafkanmu. Aku tahu kamu tidak bermaksud melukai kami.'' ''Terima kasih, Mrs. Ruthermore. Ini tidak akan terulang lagi.'' Aku melihat ke seluruh ruangan , tapi aku tidak melihat Mr. Wurtenbard di mana pun di ruangan ini. ''Di mana Mr. Wurtenbard?''tanyaku. ''Oh Abillio, dia ada di ruangannya,''kata Mrs. Ruthemore. ''Aku akan menemuinya dulu.'' Aku menaiki tangga yang berada di ujung ruang rapat dengan cepat. Ruang ketua dewan tepat berada di ujung tangga. Aku melihat pintu ruangan itu sedikit terbuka dan aku mendengar suara perdebatan antara seorang wanita dan pria. Aku berhenti di depan pintu dan mengintip ke dalam ruangan itu. Aku terkejut melihat Liesel berada di sana. ''Liesel!''gumamku. Aku mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu. Tak seorang pun yang menyadari kehadiranku di sini. ''Kamu seharusnya sudah dapat membuat manusia itu pergi dari sini. Dengan kekuasanmu sebagai dewan kota seharusnya kamu mudah mengusirnya.''Liesel berkata dengan nada suara marah. ''Manusia itu ada dalam perlindungan Asael. Aku tidak bisa mengusirnya begitu saja. Apa kamu tidak lihat apa yang dia lakukan kepadaku.'' ''Asael selalu melindunginya. Sepertinya dia belum bisa melupakan manusia itu. Aku sudah membuat mereka percaya kalau manusia itu sangat berbahaya, tapi Asael merusak semuanya.'' Aku tidak percaya dengan semua ini, jadi Liesellah yang sudah menghasut semua penduduk di sini dan anggota dewan kota untuk mengusir Sebille. Aku mengepalkan kedua tanganku dengan sangat erat, menahan kemarahan kepada Liesel. ''Apa rencana Anda sekarang untuk mengusir manusia itu dari sini, Mr. Wurtenbard? Aku tak ingin manusia itu berada lebih lama lagi di sini.'' Aku tidak memberi kesempatan Mr. Wutenbard untuk menjawabnya, karena aku memutuskan untuk masuk dan mereka berdua terkejut saat melihatku. ''Asael,''seru Liesel terkejut. Aku menatap dingin Liesel , lalu mengalihkan pandanganku ke Mr. Wurtenbard. Luka-luka di wajah dan tangannya sudah mulai sembuh. Itu sangat bagus. ''Aku datang ke sini untuk minta maaf kepada Anda atas insiden tadi. Maafkan aku! Ini tidak akan terulang lagi.'' ''Jadi kamu sudah menyadari kesalahanmu?'' ''Benar. Tapi aku tetap tidak setuju mengusir Lady Sebille dari sini.'' Aku melirik sebentar ke arah Liesel. ''Lady Sebille akan tetap berada di sini bersamaku. Suka atau tidak. Aku harap Anda mengerti. Aku yang akan bertanggung jawab atasnya. Hanya itu saja yang ingin aku sampaikan. Maaf sudah mengganggu pembicaraaan kalian. Permisi!'' Aku keluar dari ruangan dan Liesel menyusulku di belakang. ''Asael tunggu!'' Aku tidak menghiraukan panggilannya bahkan aku mempercepat langkahku agar Liesel tidak bisa menyusuku, tapi dia berlari dengan cepat menyusulku dan menahanku di ujung tangga. ''Aku bilang tunggu. Kenapa kamu tidak mendengarkanku?'' ''Cepat sekarang apa mau?''tanyaku dengan kesal. ''Apa kamu mendengar semuanya?'' ''Ya. Aku mendengar semuanya. Aku tak percaya kamu menghasut semua penyihir di sini agar membenci Sebille dan mengusirnya dari sini.'' ''Aku lakukan semua ini demi kedamaian dan keselematan kita. Cepat atau lambat manusia itu akan mendatangkan banyak masalah. Asael, manusia itu berbahaya. Aku tidak ingin kamu dekat-dekat dengannya. Aku sangat menyayangimu, jadi jauhilah dia! Lupakan dia! '' ''Kamu masih saja membencinya. Apa salah Sebille kepadamu ? Aku rasa Sebille yang sekarang tidak mengenalmu.'' Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya.''Atau kamu membencinya, karena kamu belum bisa memaafkan kalau Sebille sudah merebut Adam darimu?'' Liesel terdiam, wajahnya pucat. Dia terlihat sangat kesal. Aku menyunggingkan senyuman kemenangan.''Benarkan apa yang aku katakan?'' ''Itu sudah lama berlalu.'' Liesel menuruni tangga dengan cepat dan dia lari keluar dari balai kota dengan tergesa-gesa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD