Terpana Melihatnya

431 Words
Keluar dari butik, Bian menyuruh pak Arya menuju salon langganan mamanya. Salon ini milik sahabat mamanya Bian yang bernama tante Adel. Selain mama, Ristie juga langganan dari salon ini. Ketika Bian memasuki salon itu sambil menggandeng Mumut, beberapa karyawan yang mengenal Bian segera menyapanya. Ada pertanyaan di benak mereka karena bukan Ristie yang datang bersama Bian tapi seorang gadis lugu dan imut. penampilan gadis itu terlihat malu-malu dan tidak percaya diri, tidak seperti Ristie yang anggun dan berkelas. Bian segera menuju resepsionis dan memesan ruangan VIP, seorang karyawan kemudian mengantar mereka ke ruang VIP. Di depan ruangan, mereka bertemu dengan tante Adel. "Bian?" "Tante Adel," Bian tersenyum menyalami perempuan setengah baya yang terlihat cantik dan a wet muda. "Ini..." tante Adel menatap Mumut, mengamatinya dari atas ke bawah membuat Mumut merasa canggung. "Mutiara, tante. ini calon istri saya," kata Bian memperkenalkan Mumut kepada tante Adel. Mumut menganggukkan kepalanya sambil tersenyum canggung, ia merasa sangat gugup. Mumut masih belum bisa membayangkan bagaimana gugupnya dia saat bertemu dengan mama Bian nanti. "Cantik sekali," puji tante Adel. Mumut segera diajak karyawan yang mengantarnya tadi memasuki salah satu ruangan VIP sementara Bian berbincang dengan tante Adel di ruang tunggu VIP sambil menikmati segelas orange squash yang segar. "Tadinya tante pikir kamu sama Ristie," kata tante Adel sambil menatap Bian. Bian tersenyum, menutupi kepedihannya. "Kami sudah putus, tan," "Wah, sayang sekali pada hal kalian terlihat sangat cocok. Tapi Mut.. siapa tadi Mutiara juga cantik banget. Kalau menurut tante sih lebih cantik dia dibanding Ristie." Bian menghela nafasnya yang terasa sesak. Hampir semua orang yang melihat mereka mengatakan kalau Mumut sangat cantik. Bian tak pernah memperhatikan gadis itu karena selain hatinya sudah tertuju pada Ristie juga karena gadis itu hanya seorang Cleaning service di kantornya. Setelah berbincang beberapa lama, akhirnya tante Adel berpamitan karena harus menemui pelanggannya yang lain. **** Sementara di dalam ruangan Mumut merasa canggung dengan semua perawatan yang diterimanya. Jangankan menerima perawatan seperti ini, membayangkan pergi ke tempat ini tak pernah sedikitpun terlintas di fikirannya. Setelah menikmati pijatan dari karyawan salon, Mumut merasa lebih rileks, ia kemudian berusaha menikmati perawatan yang diterimanyaditerimanya, ia mengikuti semua yang diperintah karyawan karyawan. Setelah rangkaian perawatan yang memakan waktu cukup lama, akhirnya Mumut keluar dari ruangan itu. Wajahnya yang sudah cantik terlihat makin menawan dengan make up yang natural. **** Saat pintu ruangan Mumut mendapat perawatan terbuka, Bian segera memutar kepalanya dan melihat ke arah Mumut. Bian segera membelalakkan matanya tak percaya. Ia menatap gadis itu tak berkedip, Mumut terlihat seperti seorang bidadari yang begitu cantik dengan wajah imut. Wajah Mumut bersemu merah saat menyadari tatapan Bian ke arahnya yang membuat Bian makin terpana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD