Setelah obrolan yang serius dengan sang Daddy membuat Arsen menjadi memikirkan ucapan sang Daddy. Selama ini ia memang terlalu tenggelam dalam pekerjaan dan juga tenggelam dengan rasa sakit yang ia rasakan karena kehilangan wanita yang begitu ia sayangi. Selama ini Arsen tak pernah begitu merasa sakit jika berkaitan dengan sosok wanita karena dulu baginya wanita hanya penghangat ranjangnya saja. Tapi semuanya berubah ketika ia bertemu dengan wanita bernama Cellia. Wanita yang lembut dan juga murah senyum. Bagi Arsen senyum yang ditunjukkan oleh Cellia benar-benar membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Bahkan sejak itu ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri akan menikahi Cellia sesegera mungkin. Tapi takdir berbicara lain, ketika semuanya persiapan sudah selesai bahkan hanya tinggal menghitung hari lagi bagi Arsen untuk bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Cellia semuanya hancur lebur ketika sebuah kecelakaan membuatnya kehilangan wanita yang paling ia cintai di dunia ini.
Kata-kata sang Daddy terus terngiang-ngiang di otak Arsen ketika sang Daddy mengatakan kepada dirinya untuk move on dan mulai mencari wanita lain. Bahkan sang Daddy mengultimatum dirinya jika dalam waktu dekat tak memperkenalkan calon istri dihadapan Daddy dan Bundanya maka sang Daddy yang akan mencarikan istri untuk dirinya.
Arsen tampak sedang duduk santai di kamarnya ketika tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Apa Bunda boleh masuk?" tanya Davina sambil tersenyum.
Saat ini Arsen masih berada di villa milik keluarganya setelah semalam mereka merayakan ulang tahun seorang Rafael Douglas. Dan Arsen memilih untuk tinggal satu malam sebelum besok ia harus kembali bekerja.
"Boleh Bunda," jawab Arsen yang sudah berdiri dari kursinya.
Davina masuk kedalam kamar sang putra dan langsung duduk di kursi yang ada di kamar itu.
"Sudah lama Bunda gak duduk santai berdua dengan kamu seperti ini. Apalagi setelah mengambil alih semua bisnis keluarga Douglas kamu benar-benar sangat sibuk. Kamu baik-baik saja kan?" tanya Davina sambil mengelus wajah lelah Arsen.
Walaupun usia Arsen tak lagi muda tapi bagi Davina Arsen tetap menjadi putra kecilnya.
"Maaf Bunda jika aku jarang bertemu dengan Bunda. Seperti apa yang Bunda katakan tadi setelah aku mengambil alih kepemimpinan semua bisnis milik keluarga kita, sejak itu juga aku sibuk sekali. Tapi Bunda gak perlu khawatir dengan keadaan aku karena aku akan selalu baik-baik saja," jawab Arsen sambil mengelus tangan sang Bunda.
Davina bisa melihat wajah lelah sang putra. Ia tahu jika sang putra benar-benar kerja keras untuk tetap menjalankan bisnis milik keluarga. Tapi Davina juga tahu jika sang putra sengaja bekerja dengan keras karena ia ingin melupakan seseorang. Davina tahu siapa seseorang itu tapi ia tak mau menyebutkannya di depan sang putra karena tak ingin membuat sang putra bersedih.
"Boleh Bunda tanya sesuatu sama kamu?" tanya Davina perlahan.
Arsen menganggukkan kepalanya ketika mendengar sang Bunda ingin bertanya kepada dirinya.
"Apa kamu benar-benar tak ada rencana untuk menikah? Dan apa kamu masih mengingat wanita itu?" tanya Davina hati-hati.
Walaupun Davina penasaran dengan jawaban dari sang putra tapi ia tak mau mendesak sang putra untuk segera menjawab pertanyaan yang ia tanyakan.
"Maksud Bunda apa bertanya seperti itu? Apa Bunda ingin menjodohkan aku seperti apa yang Daddy katakan?" tanya Arsen balik.
Davina memang meminta kepada sang suami untuk bertanya kepada sang putra tentang masa depannya dan juga tentang perjodohan yang ia katakan sebelumnya. Dan sekarang ia mencoba ingin mengatakan kepada sang putra.
"Kalau boleh Bunda jujur, Bunda gak suka kamu larut dalam kesedihan terus menerus. Bunda tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang berarti didalam hidup kita. Tapi bukan berarti jika kehilangan orang itu maka hidup kita juga ikut berakhir. Bunda bukan bermaksud untuk mencampuri kehidupan pribadi kamu tapi Bunda hanya ingin putra satu-satunya yang Bunda miliki tak larut dalam kesedihannya. Dan soal apa yang Daddy katakan sebelumnya sebenarnya dulu Bunda pernah memiliki janji dengan sahabat Bunda jika nanti kita melahirkan anak yang beda jenis kelamin dan belum menikah maka kita akan menjodohkan anak-anak kita itu. Jadi jika kamu belum punya seseorang yang spesial Bunda berencana untuk menjodohkan kamu dengan anak sahabat Bunda itu." Davina pun mengatakan maksudnya.
Arsen memandang sang Bunda dengan lekat. Ia benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang Bunda. Arsen tahu jika niat Bunda dan juga Daddynya hanya untuk kebaikannya. Tapi apakah ia benar-benar bisa membawa wanita lain masuk dalam kehidupannya? Walaupun wanita itu adalah wanita yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya? Entahlah sampai detik ini Arsen belum menemukan jawaban yang pasti.
Davina yang tahu jika sang putra belum bisa menemukan jawaban yang tepat pun memilih untuk mengelus tangan sang putra lembut sambil menunjukkan senyum manisnya.
"Bunda tak akan memaksa kamu tapi pesan Bunda hanya satu, jangan terlalu tenggelam dalam kisah masa lalu yang sudah selesai. Kamu boleh mengingatnya tapi bukan berarti kamu terus terpaku kepada orang itu karena kamu juga berhak bahagia," pesan Davina.
Arsen masih tak menjawab perkataan dari sang Bunda karena ia benar-benar bingung harus berbuat apa. Tapi ia harus benar-benar mulai mendengarkan perkataan sang Bunda.
Setelah itu Arsen mengobrol ringan dengan sang Bunda. Hal yang sudah jarang ia lakukan semenjak ia mengambil alih semua bisnis keluarga Douglas. Dulu ketika ia belum menjadi seorang CEO, ia banyak meluangkan waktu bersama dengan sang Bunda. Bahkan Arsen tak masalah ketika sang Bunda meminta dirinya untuk mengantarkan dirinya ke supermarket untuk belanja. Bagi Arsen sang Bunda adalah satu-satunya wanita yang sampai kapanpun tak akan pernah tergantikan dan sebisa mungkin Arsen akan memenuhi keinginan sang Bunda walaupun sampai detik ini ia belum bisa memenuhi keinginan sang Bunda untuk menikah. Entah kapan ia bisa memenuhi keinginan sang Bunda tapi yang pasti bukan dalam waktu yang dekat.
Tak terasa ini waktu berlalu dengan cepat dan Arsen harus kembali untuk bekerja. Ia pulang lebih awal daripada ketiga adik perempuannya yang memilih untuk menghabiskan waktu di villa milik keluarga Douglas. Sedangkan Arsen tak bisa lagi untuk berada disini jadi ia pun memilih untuk kembali.
Hari sudah hampir menjelang sore ketika Arsen sampai di sebuah area pemakaman yang sudah lama tak ia datangi. Pemakaman dimana wanita yang paling ia cintai berada. Dengan membawa sebuket bunga Lily yang merupakan bunga favoritnya.
"Halo, my love...."
Arsen terduduk pilu ketika menatap makam wanita yang sangat ia cintai itu. Wanita yang membuat seorang Arsen Felix Douglas benar-benar tak bisa mengalihkan hatinya kepada wanita lainnya.
"Sudah lama aku tidak datang kesini dan rasanya baru kemarin aku kehilangan kamu. Rasanya baru kemarin aku memandang wajah kamu dan bicara sama kamu tapi sekarang aku tak bisa memandang wajah kamu yang cantik dan juga senyum kamu yang sangat rindukan." Arsen meluapkan rasa rindunya.
Walaupun dari luar Arsen terlihat tak memiliki ekspresi apapun tapi bila ada kaitannya dengan seorang Cellia Wiguna maka semuanya berubah. Ia memakai sosok laki-laki yang sedih dan bahagia dalam waktu yang bersamaan. Sedih karena harus kehilangan wanita yang paling ia cintai di dunia ini tapi dilain sisi ia juga merasa bahagia karena ia mengingat masa-masa indahnya bersama dengan wanita itu.
"Aku masih tak percaya jika kamu pergi meninggalkan aku begitu cepat padahal kita sudah menyusun masa-masa indah bersama tapi pada kenyataannya kita dipisahkan oleh takdir. Apa kamu sudah bahagia disana?" tanya Arsen masih memandang kearah makan Cellia.
Arsen kembali ke rutinitasnya ketika berada di makam Cellia. Ia lebih sering menghabiskan waktu hanya duduk sambil mengobrol dengan Cellia. Walaupun ia tahu jika tak ada jawaban dari Cellia tapi setidaknya Arsen merasa lebih lega. Ketika Arsen sedang berbicara dengan Cellia, ia teringat akan pembicaraannya dengan sang Bunda. Apakah ini saatnya ia mengucapkan kata perpisahan kepada Cellia?