43. Titik Lemah

1843 Words

Aku masih gemetaran sampai sekarang. Aku mencoba menyembunyikan ini dari Mas Fathan dan berusaha terlihat biasa-biasa saja. Ponselku sedikit tergores karena jatuh adi. Aku benar-benar sangat kaget sampai reflek melepaskan tangan. Untungnya aku sedang duduk. Kalau berdiri, bisa-bisa layar ponselku retak. Untungnya, sejak kemarin malam aku mengubah pengaturan baca pesan. Aku yang biasanya menyalakan notifikasi centang biru, kemarin tiba-tiba ingin mematikannya. Tujuanku sebetulnya hanya satu, yakni aku sedang membatasi interaksi dengan orang-orang. Kalau sudah terlanjur baca pesan yang masuk dan tidak langsung balas, rasanya tidak enak. Aku yakin, aku bukan satu-satunya yang merasa begitu. “An, kok diam aja dari tadi?” tanya Mas Fathan yang membuatku menoleh. “Enggak papa, Mas. Aku

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD