Bab 5: Penderitaan Dimulai

1050 Words
Tak sampai disitu, Lavanya kembali meringis kala rambutnya juga ditarik keras olehnya. sebagai pembalasan dendam karna telah membuat rambut indah milik Kanaya sudah rusak dan sangat berantakan. padahal ia baru saja pergi ke salon, dan gara-gara Lavanya mahkota miliknya telah kusut tak beraturan. "Plis, lepas!" mohon Lavanya "Plis?? enak saja ngomong plis, plas, plus, ya! setelah lancangnya kau hancurkan rambut cantikku ini! Kau tahu nggak, berapa perawatannya, hah? jelas kau nggak tahu, karna kau nggak pernah ke salon." Kanaya terus mencaci makinya dengan perkataan kasar dihunuskan ke wajah rivalnya. Sepasang mata tengah menyaksikan pergulatan mereka ditengah-tengah ruang keluarga yang begitu luas itu, bagaikan menonton aksi smackdown ia tersenyum iblis melihat hebatnya sang kekasih dalam menghajar istrinya. entah setan apa yang merasuki hati Davendra hingga ia berbuat sekeji ini kepada istrinya sendiri. Dan ini terlihat menyenangkan menonton dari lantai dua, apa lagi mendengar suara penuh iba dari mulut Lavanya. "Kau harus bertanggung jawab atas rambutku, mulai malam ini kau harus menggantikan posisiku bekerja di Klub malam! tau tugasmu? melayani lelaki hidung belang!" "A-a-apa?" Lavanya tertegun "Ya! dasar bodoh!" seketika tubuh Lavanya didorong ke depan menyebabkannya terhuyung dan membentur tembok "Oh iya, ini, tugas-tugasmu di rumah yang luas ini! jangan harap bisa duduk santai saja sebagai Nyonya rumah, ya! gue lah Nyonya rumah dikediaman ini. dan lo jangan berharap banyak!" kecam Kanaya, melempar selembar kertas folio di wajah perempuan malang itu Kemudian ia pergi meninggalkan sejuta kegembiraan telah mengerjai Lavanya, walau pada akhirnya ia harus menanggung kerugian pada tatanan rambutnya yang berantakan. namun tidak masalah, Kanaya bisa meminta sejumlah uang kepada kekasih hatinya, Davendra, pria kaya yang sudah ia rebut hatinya. "Mas Davendra, hiks hiks hiks ... mengapa kau lakukan ini padaku?" lirih Lavanya sembari membaca daftar tugas-tugasnya yang tertera rapi dalam bubuhan tinta hitam Lavanya bukanlah sosok pribadi pemalas yang merasa keberatan sama tugasnya di rumah ini, hanya saja ia merasa shock dan terkejut sama perilaku Davendra yang berubah drastis seratus delapan puluh derajat kepadanya. Lavanya mau saja bila harus melakukan tugas istri dalam mengurus rumah, tapi dengan cara kasar seperti ini, bergerak pun rasanya susah. Hati dan raganya terasa sakit dan ngilu, jantungnya seperti diremas kuat bila kerap kali melihat kebersamaan dua b******n itu. Hati istri mana yang tidak terluka, melihat suaminya jalan dengan wanita lain bahkan menjadikannya ratu di rumah ini. Padahal--yang menyandang status sebagai istri dan Nyonya di tempat ini adalah Lavanya sendiri. Namun kini telah berbanding terbalik, pelakor itulah yang menguasai wilayahnya, dan dirinya pula lah yang merangkap sebagai pembantu, sekaligus tukang kebun, dimana--telah tertulis diselembaran kertas ini. Lavanya memerhatikan mereka berdua dari tempat ia berpijak, belum beranjak sekali pun. memandang Davendra dan Kanaya yang saling merangkul dengan mesra memasuki kamar mereka. Kamar mereka? kamar dirinya dan Davendra? ruang itu pula yang akan dikenakan pelakor itu. oh, tidak! Lavanya bahkan tidak bisa berkutik sedikit pun atas mereka. Mengapa dirinya sangat lemah? apakah karena tubuhnya kurus tidak bertenaga dalam menghajar mereka? Ataukah mungkin karena rumah ini pemberian orang tua Davendra? sehingga Lavanya tidak berhak dalam mengatur dan menguasai. tapi--milik suami adalah miliknya juga, bukan? namun cobaan ini teramat berat untuk ia pikul seorang diri, belum ada kemampuan dalam merebut suaminya lagi. "Bersabarlah, Lavanya. mungkin sekarang kau turuti saja permainan mereka, ada saatnya pula kau membalas perbuatan pelakor itu." gumamnya geram Lavanya bangkit, kembali melangkah dengan gontai sembari membaca ulang daftar tugasnya. Ia harus bangun pagi pukul lima dan memulai tugasnya hingga sore menjelang. menyiapkan sarapan, menyiram tanaman, mengurus kebun, menyapu, mengepel, dan tugas lainnya layaknya seorang pembantu yang bekerja dengan baik dan tekun. Disisi lain, Davendra mengecup-ngecup wajah kekasihnya. Ia begitu senang telah melihat pertunjukkan gratis secara live dari hasil karya kekasihnya sendiri. "Aku suka sama kegalakkan kamu, sepertinya--ada baiknya selama aku bekerja, kamu yang menangani dia." ujar Davendra seraya menyeringai "Tugas yang mudah, Sayang. asalkan kamu menjadikan aku ratu di rumah ini, dan--bolehkan dia menggantikanku bekerja di klub?" tanya Kanaya, mengelus-elus bulu halus di d**a kekasihnya. "Tentu saja, itu akan menyenangkan. Aku akan menghubungi Boss mu, rencana ini berjalan sangat mulus karna pemilik Klub adalah temanku." "Hmm, yeah." *** Lavanya merasa sangat lelah telah mengerjakan tugas rumah yaitu mengepel lantai hingga hari telah menunjukkan waktu pukul tiga sore. sesekali ia menyeka keringat yang membasahi kulit tubuhnya. tersisa lantai atas yang belum ia jamah, Lavanya bergegas ke atas untuk melanjuti tugasnya yang belum kelar. Suara erotis terdengar jelas di indra pendengaran milik Lavanya, terasa sakit saat mendengar rintihan desah mendayu-dayu yang keluar dari mulut wanita itu. Lavanya masih diam terpaku meresapi suara mereka berdua, sedang diambang kenikmatan mengejar yang namanya surga dunia. Lavanya memejamkan mata kala suara itu semakin jelas, kemudian sepersekian detik ia kembali membuka kelopak matanya. pintu kamar itu terbuka sedikit, memberikan celah agar orang lain dapat melihat apa yang terjadi didalam sana Ngilu, perih, tak ada luka lain selain sesakit ini. walau tidak berdarah, tapi meninggalkan bekas luka teramat dalam. sangat dalam, saking dalamnya obat apapun tidak akan bisa menyembuhkan luka ini, bahkan mengeringkannya. hasrat ingin tahu merasuki diri Lavanya, tanpa sadar langkah kakinya berpacu pelan tanpa terdengar bunyi derap langkah. ya, Lavanya melakukannya dengan hati-hati, tidak ingin mengganggu aktivitas menjijikkan didalam sana. jika itu terjadi, mungkin dirinya akan mendapat cacian lagi. Hati Lavanya sangat lembut, mudah teriris oleh hinaan dan cacian seseorang. tapi hatinya juga bisa menyimpan dendam yang akan ia balas nanti berupa perbuatan. entah kapan itu, Lavanya masih berpikir keras untuk melakukannya. Lavanya berdiri diambang pintu, mengintip isi dalam bilik dari balik celah. seketika ia menelan salivanya dengan susah payah tatkala mendapati mereka tengah melakukan hubungan terlarang diatas ranjang yang seharusnya ia tempati. sangat menjijikkan, Lavanya memejamkan mata agar mata sucinya tidak lagi terkontaminasi oleh hal buruk. Sakitnya hati melihat pemandangan itu, buliran air mata kembali menumpuk di bola matanya. berusaha lolos keluar dari kelopak yang terpejam erat. Lavanya kembali membuka netra, sepasang bola mata putihnya telah memerah dan air mata langsung berderai deras "Sudahlah!" gumamnya pada diri sendiri, ia melenggang pergi meninggalkan sejuta kepedihan didalam sana. Bruk! Sial sekali, ember yang ia genggam terpentok daun pintu ketika Lavanya ingin meninggalkan tempatnya berpijak selama mengintip. membuat mereka kaget dan langsung menghentikan kegiatan panasnya. "Lain kali kalau buat dosa jangan di rumah pemberian orang tua kamu, Mas Davendra. kasihan sekali mereka, ladang sedekahnya telah tercoreng dosa oleh perbuatan b***t kalian. dan perempuan kotor itu sudah merusak sedekah orang tuamu, permisi!" pamitnya Bersambung ....

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD