Bab 5: Pelakor

1012 Words
"Apalagi mulutku, lebih gatal karna nggak makan. aku lapar-ini udah siang, tau!" rengeknya dengan wajah memelas yang terlihat imut Davendra mengulum senyum memandang cantiknya wanita ini. "Mau makan apa? masakan chef atau-makan adikku?" Davendra mengerlingkan sebelah matanya "Is, nakal!" ia mencubit kecil perut kekasihnya. kemudian ia menaruh botol wine diatas nakas, lalu tubuhnya berpindah posisi menduduki paha Davendra. Davendra terkesiap, seringaian m***m jelas terpatri di wajahnya Hanya percintaan sesaat demi melepaskan dahaga dan itu pun dikendalikan oleh wanita itu, menyenangkan kelelakian Davendra yang butuh indahnya surga dunia. kini mereka telah berada disebuah Restoran yang biasa mereka tempati, duduk menanti waitress membawakan pesanannya. "Sayang, kamu yakin nggak pending dulu ketemu aku? takutnya malah berpapasan dengan orang yang kamu kenal, kan bahaya. apa lagi ketemu orang tuamu." bisik perempuan berwajah cantik dan bertubuh indah yang diidamkan banyak pria. ya, bohay dan montok, memperjelas harta karunnya tampak mencolok dari balik dress ketat yang dikenakan Sungguh jauh berbeda dengan tubuh Lavanya, berbadan lebih kurus cenderung langsing, d**a yang sedikit datar dan b****g--tidak seperti selera Davendra. sedangkan wajahnya lumayan cantik dalam standar tipe kaum pria. namun ada suatu hal--mengapa Davendra menjadikannya seorang kekasih lalu menikahinya? jika pada akhirnya ia selingkuh dibelakang sang istri. "Kamu tenang saja, yang jelas jangan pernah datang ke Kantorku. hubungan kita ini backstreet, paham?" "Baiklah. tapi katanya kamu janji bakal bawa aku tinggal di rumahmu?" "Iya, Sayang. kebetulan orang tuaku akan menetap di Paris, dan mereka akan berangkat esok hari." "Ohya?" perempuan itu tampak semringah mendengarnya, dan inilah jalan untuk selalu bersama dengan kekasihnya "Huum, dan besok kamu sudah bisa tinggal bersamaku." ucap Davendra sembari mengulum senyum, membuat wanita yang bersamanya tampak antusias dan semringah Disisi lain Lavanya tengah menyusun pakaian mereka ke dalam lemari di ruang walk in closet, satu koper pakaian miliknya dan dua koper pakaian milik suaminya. ada satu lagi, satu koper berisi sepatu milik Davendra. Lavanya menyusunnya dengan rapi sesuai tempat yang tersediakan. "Alhamdulillah, selesai juga." gumamnya bersyukur, ia mengulum senyum melihat lemari telah berpenghuni dan tidak kosong melompong seperti sebelumnya Lavanya mengernyitkan dahi kala indra pendengarannya menangkap suara tawa renyah yang berasal dari bawah. Lavanya yang sedang bersantai di balkon kamar sembari menikmati pemandangan sekitar, sontak saja ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dengan kepala sedikit menunduk untuk melihat sang pemilik suara tersebut. Seketika tubuhnya menegang, hatinya berdenyut sakit seperti tengah dicubit kasar oleh sesuatu yang ditangkap indra penglihatannya. Davendra dan seorang wanita yang berpakaian seksi dengan mini dress membaluti tubuh bohay nya, canda tawa yang dipamerkan berhasil mengiris luka direlung hati milik Lavanya. Lavanya terdiam untuk beberapa saat, menyerap apa yang dirasakannya. hancur, sakit, sang suami yang selalu mengatakan cinta kepadanya dan telah menikahinya, langsung menggaet seorang wanita asing ke rumah mereka. Lavanya mengerjap-ngerjapkan kedua matanya kala mendapati mereka masuk melewati pintu utama, segera ia seka air mata yang sudah memupuk di permukaan bola matanya, lalu tanpa banyak berpikir lagi Lavanya berlekas menyusul suaminya ke lantai bawah. "Selamat datang di istana kita, Sayang." ucap Davendra, merangkul pundak kekasihnya, sedangkan tangan lain melambai ke udara Perempuan itu tampak semringah, sepasang matanya menilik lebih dalam design interior dari kediaman ini "Bagus banget." Ia kagum Lavanya memerhatikannya dari anak tangga, ia juga mendengar kalimat yang diutarakan suaminya kepada wanita asing itu. sesuatu terasa ngilu saat melihatnya, pemandangan buruk terpampang jelas di indra penglihatannya "Siapa dia, Mas?" tanya Lavanya ketika ia telah tiba dihadapan dua orang b***t ini "Oh, istriku ... perkenalkan, dia Kanaya, calon madumu." ujar Davendra Lavanya menatap kesal pada suaminya, tampang tidak bersalah memamerkan senyum merekah padanya. bahkan Davendra tidak paham apa yang dirasakannya saat ini. Sakit, perih, sedih, semua itu bercampur aduk menjadi satu. berusaha ia tahan air suci nan berharga agar tidak tumpah menyaksikan kebersamaan dua iblis ini. Kemudian Lavanya beralih menoleh menatap wanita itu, dia memang terlihat sangat cantik, nyaris sempurna. memiliki bentuk tubuh yang diidamkan para pria nan mampu mengundang syahwat siapa saja saat menatapnya. seketika Lavanya teringat akan ungkapan yang meluncur dari mulut suaminya, tubuhnya jelek dan cocok dijadikan pembantu. Lavanya menghirup udara sebanyak-banyaknya kala paru-parunya terasa sesak. ada satu yang buruk dan sangat buruk dari wanita ini, yaitu sikapnya, mencuri hati suaminya dari tangan seorang istri. "Jadi ini tipemu?" "Kau sudah menebaknya sendiri rupanya." Davendra tergelak, "Dia memang tipeku, dan aku mencintainya dibandingkan kamu." sambungnya lagi, kemudian Davendra melenggang pergi bersama selingkuhannya, meninggalkan Lavanya yang hanya diam termanggu. Kanaya menarik sebelah sudut bibirnya keatas membentuk senyum menyeringai kepada wanita kurus dihadapannya. Ia mengikuti langkah Davendra dan dengan sengaja menubruk pundak Lavanya sampai perempuan malang itu hampir kehilangan seimbang. Lavanya bergeming, masih mencerna kalimat menyakitkan yang dilemparkan kepadanya. bagaikan belati panjang menusuk keras dadanya sampai tertembus, rasa sakit itu membuat tubuhnya menjadi kaku nyaris tak berdaya. tak sanggup lagi berdiri, tungkai kakinya sudah melemas menelan derita yang baru sehari menjadi istri sah Davendra. dan langsung dihadapi dengan kenyataan pahit, adanya pihak ketiga perusak rumah tangganya. Lavanya terduduk diatas lantai, air mata yang ia tahan sedari tadi akhirnya tidak bisa terbendung lagi. Seketika tumpah membasahi wajahnya, air mata suci telah terbuang menangisi lelaki bertopeng itu. sangat disayangkan sekali, ia benar-benar telah menjadi perempuan yang rugi memiliki suami seperti Davendra. Lavanya merutuki dirinya sendiri, terlalu bodoh menelan sikap manis palsu yang ditunjukkan Davendra semasa pacaran dulu, terbujuk rayu oleh kata-kata gombal yang dilemparkan padanya. Hingga hati ini dengan gampangnya berkembang membentuk bunga bermekaran. "Woi!" tegur perempuan jalang itu dengan cara yang jauh dari kata sopan Lavanya menggertak giginya, tatapannya menghunus tajam menatap wanita sialan itu. "Woi! kalau dipanggil itu nyahut dong! bukan cuma ngeliatin aja, tuli apa lo!" cacinya Habis kesabaran, Lavanya kemudian bangkit dari duduknya diatas keramik marmer rumah ini. segera, dengan cepat ia mendekati perempuan itu, menarik rambutnya yang panjang dengan sangat keras, hingga terdengar rintihan yang keluar dari mulutnya. "Oh, sakit! lepas!" "Lancang kau, Jalang! merebut suamiku sendiri dan berani menginjak rumah ini, hah!" erang Lavanya, ia sangat murka sekali "Dasar wanita bodoh! justru kau yang merebut kekasih ku!" Kanaya langsung menginjak kaki Lavanya ketika otaknya berfungsi untuk menghajar balik perempuan ini. Lavanya meringis kesakitan, belitan rambut digenggamannya seketika terlepas dan beralih memegang kakinya yang kemerahan akibat ulah pelakor itu. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD