Keysa menarik tangannya dengan cepat. “Tidak!” serunya tegas. Adam menatap nanar Keysa dengan sepasang mata sembab. “Kenapa kamu tidak memberikanku kesempatan sama sekali?! Kenapa?! Aku sudah menderita dan menyesali semuanya! Apa ini belum cukup? Bahkan Hasan saja sudah memaafkan Dewi. Lalu kenapa kamu tidak memaafkanku?” “Jangan berpikiran aneh-aneh dan membuat aku membencimu!” hardik Keysa sambil berdiri. “Sekarang kita pulang saja. Kalau kamu merindukan anak kita, datanglah ke mari. Biar anak kita tahu, jika ayah kandungnya telah menyesali semuanya.” Adam menarik nafas panjang. Ia kembali memandangi batu nisan yang bertuliskan nama Hawa. Terlihat sorot mata mengandai-ngandai. Adam terus mengandai-ngandai jika dahulu dia tidak meninggalkan Keysa dan calon anaknya yang masih dalam k