Kedua mata Keysa membulat menatap Hasan. “Dia hanya orang asing. Ingat itu ....”
Hasan termenung menatap Keysa yang berapi-api. “Kenapa kamu sangat marah Key?” tanyanya mulai merasa ada yang janggal.
Keysa menghela nafas panjang. Buru-buru mengendalikan dirinya yang mungkin di mata Hasan terlihat aneh. “Kamu tahu kan Hasan, jika aku tidak suka ada orang lain yang menyelinap ke dapurku,” dalih Keysa mencari alasan.
Hasan menganggukkan kapalanya. “Ya, betul. Kamu selalu bilang dapur adalah wilayahmu. Lalu ...? Aku kira semua yang kamu katakan itu hanya sebuah gurauan.”
Keysa langsung menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak ... Kata siapa aku hanya bercanda?” jawabnya sambil tersenyum tipis. “Aku serius dengan apa yang aku katakan. Makanya aku tidak suka jika Adam sedang memasak di dapurku.” Keysa melanjutkan langkah kakinya keluar kamar menuju dapur.
Dengan langkah lebar dan teburu-buru Keysa berjalan. Tapi belum juga ia sampai di dapur untuk memarahi Adam, ternyata Adam telah selasai membuat sarapan.
Semua hidangan telah tersaji di atas meja makan. Nasi goreng kesukaan Keysa telah tersedia. Dengan aroma khas nasi yang sedikit gosong. Juga asparagus panggang dengan aroma mentega yang sangat harum.
Adam terdiam melihat Keysa yang berjalan memasukkan ruang makan. Lagi-lagi mereka terjebak diam dan saling melempar pandangan.
Hasan merasa tidak enak hati pada Adam, jika Keysa melampiaskan amarahnya, bisa-bisa Adam akan menarik donor invetasi pada usahanya yang kini sangat membutuhkan tambahan modal. "Wah Adam, kenapa kamu repot-repot membuat sarapan? Sepertinya ini enak," kata Hasan tersenyum.
Adam menatap wajah Keysa. Ia tahu jika Keysa tidak menyukai apa yang dilakukannya. "Maaf jika aku berbuat lancang. Tapi aku melakukan ini semua untuk menunjukkan rasa terima kasihku,” katanya dengan sorot mata yang tulus.
Keysa menghela nafas panjang. Ia berharap jika Adam tidak ada di sini. Semua basa basi yang ditunjukkannya membuat dirinya muak.
Hasan menarik Keysa untuk duduk di salah satu kursi makan. Lalu tidak lama kemudian suara derap kaki berlari terdengar gaduh menuju ke arah ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. “Pagi, Mama ... Papa ...,” sapa Hawa dengan wajah ceria seperti biasa.
“Pagi sayang,” balas Hasan sambil mengecup pipi gadis kecilnya itu.
“Pagi juga Wawa,” sahut Keysa ketus. Ia masih kesal pada Adam dan tidak bisa dengan mudahnya kembali tersenyum.
Adam menatap Hawa. Hatinya terasa bahagia begitu saja melihat wajah Hawa. Rasanya ia pun ingin mengecup pipi Hawa seperti Hasan. Namun hal itu tidak bisa dilakukannya.
“Om yang buat masakan ini?” tanya Hawa dengan suara khas cadel anak-anak yang menggemaskan. “Hm ... harum ....” Hawa menghirup aroma nasi goreng dan asparagus yang terpanggang. Aroma lelehan mentega yang khas itu menbuatnya seketika kelaparan. Dengan lahap Hawa mulai menyantap sarapannya.
“Ini makanan yang tidak boleh ada di meja makan,” kata Hawa memecah keheningan.
Adam terkejut mendengar suara anak polos itu. “Maksudnya?” tanya Adam sambil mengerutkan dahinya.
Keysa menatap ke arah Hawa dan mendelikkan kedua matanya, agar Hawa tidak banyak bicara dan mengatakan hal-hal yang seharusnya.
Melihat sikap Keysa, membuat Adam semakin penansaran. “Makanan apa yang tidak boleh ada di meja makan?” tanya Adam. Berharap Keysa akan menceritakan hal yang sejujurnya. “Bukannya ini makanan kesukaan Mama kamu? Kenapa makanan ini tidak boleh ada di meja?”
Harusnya saat Adam mengatakan hal ini, Hasan menyadari jika Adam mengenal Keysa sebelumnya. Tapi sayang sikapnya yang tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil membuat Hasan tidak terlalu menyimak dengan jelas.
“Ya, nasi goreng memang makanan favorti Mama. Tapi asparagus engga boleh di panggang dan beraroma mentega kaya gini. Pernah Papa masakin Mama seperti ini, Mama langsung marah,” kata Hawa mulai bercerita.
Kini Hasan yang merasa tidak nyaman dengan celoteh anaknya. “Hawa ...,” tegurnya dan kemudian Hawa langsung diam.
Adam menatap Hasan yang merasa tidak nyaman.
“Maaf, bukan berarti kami tidak menyukai masakanmu. Tapi Keysa, istriku pernah mengalami masa lalu buruk dengan aspargus panggang,” kata Hasan dengan senyuman simpulnya.
Adam menatap Hasan dan kemudian Keysa yang kini sedang menuangkan ssu murni dari botol besar ke gelasnya. Keysa meminumnya sekali tenggak dan kemudian di sekitar mulutnya menyisakan bekas ssu berwarna putih.
“Ada apa menatapku?” tanya Keysa ketus. “Aku memang memiliki kenangan buruk dengan asparagus. Hingga aku tidak ingin memakanannya.”
“Memang kenangan apa yang membuatmu sampai tidak ingin ada menu ini di dalam daftar masakanmu?” Adam bertanya walau sudah tahu jawabnya. Keysa pasti sangat membenci dirinya hingga tidak ingin melihat asparagus di menu makanannya.
Asapargus panggang yang memiliki sebuah cerita. Di masa Adam dan Keysa masih bersama, Adam sering membuatkan makanan dengan menu ini. Pasti karena hal itu Keysa tidak mau melihat sayuran ini di menunya, pikir Adam menerawang.
“Adam?” panggil Hasan.
Suara Hasan membuyarkan lamunan Adam. “Hm, ya?” tanyanya gelagapan.
“Maaf jangan terlalu dirisaukan dengan menu makanan yang dilarang di rumah ini,” kata Hasan. “Kami sangat menghargai atas penghormatan rasa terima kasihmu. Jadi ceritanya, dulu saat Keysa masih kecil, ketika Keysa menyantap asparagus panggang dengan aroma mentega seperti ini, anjing kesayangannya meninggal mendadak. Seperti tersedak sesuatu. Semenjak itu Keysa tidak mau memakan asparagus.”
Adam mengatupkan bibirnya. Ia terdiam menyimak. Walau sebetulnya ia tidak tahan untuk tertawa karena apa yang diceritakan Keysa pada suaminya itu adalah kebohongan. Jika Keysa sampai membenci asparagus karena dirinya. Jadi sebetulnya Keysa sangat mencintainya dan kesulitan melupakannya.
‘Sepertinya aku ada harapan untuk merebut hati Keysa kembali,’ batin Adam.
Tiba-tiba Hasan mengecup pipi Keysa tepat di depan mata Adam. Hasan berusaha agar Keysa tidak berwajah muram.
Keysa yang masih berwajah datar, menyandarkan punggungnya pada sandaran meja makan dan melipat kedua tangannya di depan d**a. Keras kepala Keysa masih sama seperti dahulu. Tapi Keysa yang sekarang bukanlah Keysa yang dulu, Keysa miliknya. Adam lagi-lagi merenungi kesalahan fatalnya yang telah mencampakkan Keysa.
“Hei jangan cemberut terus. Nanti malam kita akan makan malam di luar,” ucap Hasan mulai merayu.
Keysa yang semula masih memanyunkan bibirnya dan berwajah kaku kini mulai kembali tersenyum.
“Begitu dong. Jangan suka ngambek cuma karena asparagus,” ujar Hasan sambil mengusap kepala dan rambut Keysa.
“Semua hal tentang asparagus, aku membencinya. Melihat asaparagus di dekatku membuatku kembali terluka. Maaf jika aku terlalu mendramatisir semuanya,” kata Keysa sambil membalas pelukan Hasan.
Keysa sengaja memperlihatkan kemesraannya pada Hasan di mata Adam, agar Adam cepat keluar dari rumahnya. Tapi sayang Adam yang melihat semua itu, justru semakin ingin memisahkan Keysa dan Hasan. Ia ingin merebut Keysa dan juga Hawa kembali.
Wajah Adam tersenyum melihat keharmonisan yang diperlihatkan di depan matanya. Tapi tangannya yang sedang memengang sendok dan garpu meremas dan mengepal.
Pemandangan yang tidak ingin Adam lihat, sebuah keluarga bahagia yang memuakkan.
Keysa merangkul lengan Hasan sambil melirik ke arah Adam yang tersenyum terpaksa. ‘Aku akan membuatmu pergi dari rumahku secepatnya. Tidak peduli kamu adalah pendonor modal invesati di perusahaan kami,’ kata Keysa di dalam hati.
Bersambung