Siapa Wanita Itu?

994 Words
Keyna menyajikan makanan yang diambilnya dari depan pintu. Setelah beberapa waktu menekan bel dan tidak ada respons dari Keyna, kurir meletakkan pesanannya di sana dan mengirimkan sebuah pesan singkat di aplikasi yang baru Keyna balas beberapa waktu usai percintaannya. Semua gara-gara ulah Calvert. Meletakkan dua piring dan dua pasang sendok dan garpu di meja, Keyna mengembuskan napas pelan. Sementara, benaknya berkelana ke berbagai arah. Masih memikirkan perihal kenikmatan yang diberikan oleh Calvert beberapa saat lalu. Perasaan yang membuatnya terasa begitu penuh, tetapi juga agak membingungkan. Selain itu, sebuah nama yang keluar dari bibir Calvert tadi membuatnya tidak tenang. Benarkah Calvert hilang ingatan? Lantas kenapa dia memanggil sebuah nama yang tidak Keyna kenal di alam bawah sadarnya? Mungkinkah pria itu adalah penipu yang berpura-pura hilang ingatan? Lelaki itu mencari kesempatan di dalam kesempitan. Atau justru, nama wanita yang Calvert panggil adalah seseorang yang berhubungan dengan dirinya? Yang meski dia kehilangan ingatan, tetapi tubuh dan jiwanya tetap mengingat orang itu? Di tengah pemikiran yang membuatnya sakit kepala, Keyna merasai sesuatu yang cair keluar dari balik k*********a. Mungkin, sisa pelepasan dirinya, atau cairan yang Calvert semburkan di dalam dirinya. Entahlah. Wanita itu buru-buru berjalan ke toilet dengan langkah yang sedikit tidak nyaman. Ini adalah kali pertama dirinya bercinta, sehingga rasanya agak menyakitkan. Wanita itu menyeka cairan yang keluar dengan tissue dan memakai kembali celana dalamnya sebelum keluar. “Kau sudah bangun?” Keyna berjalan ke meja makan dan duduk di kursi yang kosong, agak jauh dari Calvert. Wanita itu sedikit waspada pada suaminya. Sesaat tadi dirinya disadarkan, bahwa dia tidak mengenal Calvert. Siapa lelaki itu, dari mana asalnya, bagaimana kepribadiannya. Meski Dokter mengatakan dia hilang ingatan, tetapi Keyna tidak tahu apakah itu benar adanya atau tidak. “Ya. Kau baik-baik saja?” Calvert bertanya sambil melirik pada bagian bawah tubuh Keyna, yang jelas saja membuat Keyna menyadari maksud dari pertanyaan tersebut. Mengangguk canggung, Keyna berdeham. “Sedikit perih, tetapi tidak apa-apa,” balasnya pelan. Calvert menatapnya dengan intens. Ada gurat khawatir yang tergambar samar di wajahnya. “Maaf, aku tidak begitu peka sebelumnya bahwa itu adalah kali pertama untukmu,” gumam lelaki itu menyesal. “Aku pikir, kita sudah pernah ‘melakukannya’.” Rasa panas merayap di wajah Keyna, sehingga pipinya kini berwarna merah mendengar ucapan Calvert. Memang, tidak ada yang salah dengan pemikiran Calvert. Lagipula, pasangan gila mana yang tidak melakukan seks sementara mereka tinggal di Amerika? Bahkan pria dan wanita yang bertemu sekali di kelab malam saja bisa langsung melakukannya. Astaga, ya, Keyna yang gila. Sebutan perawan tua rasa-rasanya memang cocok disematkan oleh teman-teman padanya. Di usianya yang cukup matang, Keyna hanya pernah berkencan beberapa kali ketika dia duduk di bangku SMA. Sialnya, waktu itu dia cukup konservatif dan tidak pernah b******u melebihi batas. Keyna muda benar-benar takut masa depannya kacau jika melakukan seks bebas, seperti yang terjadi pada beberapa temannya. Sementara, dia memiliki misi besar yang harus dia selesaikan. Sehingga memasuki usia dewasa, dia mulai kehilangan minat untuk berkencan. Ambisinya yang besar membuatnya berpikir tidak memerlukan lelaki mana pun, sampai … surat wasiat sialan itu dibacakan. Keyna menyuapkan suapan pertama makanannya. “Tidak masalah. Lagipula aku yang lupa memberitahumu bahwa hubungan kita memiliki batasan dalam kontak fisik,” ujar Keyna, mulai merangkai lagi kebohongannya. “Kau menganut paham no s*x before marriage?” “Ya. Bisa dibilang seperti itu,” jawab Keyna. “Aku hanya tidak mau kita membuat kesalahan dan pada akhirnya menghancurkan beberapa rencana yang sudah disusun rapi.” Calvert tersenyum kecil. “Ternyata kau wanita yang disiplin dan tegas, bahkan pada dirimu sendiri.” “Aku hanya benci jika rencana-rencana yang kubuat gagal hanya karena kesalahan kecil. Bukannya itu akan sangat menyebalkan?” Suaminya mengedikkan bahu. “Mungkin?” dia jawab. Lelaki itu lantas menyadari jarak antara dirinya dan Keyna terasa agak jauh. Lantas Calvert menggeser kursinya hingga berada tepat di sisi Keyna. Membuat Keyna menoleh ke arahnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. “Kau tidak lelah?” tanyanya kemudian. “Sedikit,” Keyna jawab. Calvert mengangguk pelan. Diraihnya pisau dan garpu milik wanita itu, kemudian meletakkannya, mengundang tatapan tanya dari Keyna. “Kau—” “Biar aku menyuapimu.” Belum sampai Keyna menyuarakan tanya, Calvert sudah memberikan jawaban. Lelaki itu memotong steik dengan pisaunya. Mencelupkan daging tersebut pada saus special, kemudian menyodorkannya pada Keyna. Untuk sesaat, Keyna tidak lekas menyambut suapan yang diberikan oleh Calvert. Wanita itu justru diam sambil menatap lelaki itu aneh. Namun pada sekon berikutnya, dia membuka mulut dan menyantap steik tersebut, masih dengan raut wajah bingung. “Aku sudah membuatmu kelelahan. Jadi mulai sekarang, biar aku yang melayanimu.” “Aku tidak bilang bahwa aku kelelahan?” Keyna melirik lelaki itu. “Kau tetap lelah meski tidak bilang,” tandas Calvert. “Biarkan aku melakukan pekerjaan untukmu.” Keyna mengerutkan kening menatap Calvert. “Meski lelah, aku masih biasa menyantap makananku sendiri, Cal. Tidak perlu berlebihan,” ucapnya. Meski di dalam sana, jantungnya lagi-lagi berdebar secara abnormal tanpa diminta. “Aku tahu. Tapi aku tetap ingin melakukannya.” Calvert menjawab amat santai, sembari menyuapkan satu suapan penuh ke mulutnya, kemudian menyuapkan satu suapan lagi pada Keyna. Kali ini, Keyna menerimanya segera. “Bahkan jika perlu, aku juga akan membantumu mandi.” Uhuk! Keyna tersedak steik di mulutnya. Untungnya, Calvert segera memberikannya segelas air mineral. Meski begitu, tetap saja Keyna kesal dengan candaan yang Calvert lontarkan saat dia sedang makan. “Itu tidak lucu sama sekali, Cal!” decak Keyna pelan. Wanita itu mencebikkan bibir. “Maafkan aku,” sesal Calvert. Menghapus sisa-sisa makanan di bibir Keyna dengan sapu tangan. Begitu lembut, sampai Keyna merasa tersentuh dengan perhatiannya. “Tapi aku tidak bercanda,” lanjut Calvert sesaat kemudian. Membuat Keyna membulatkan mata dengan sempurna mendengar kalimat tersebut. Tak hanya itu, lelaki tersebut bahkan meninggalkan kecupan singkat di bibirnya! Membuat jantung Keyna benar-benar nyaris berhenti berdetak saat itu juga. Astaga, apakah lelaki itu adalah buaya di kehidupan nyatanya? Pikir Keyna. Lelaki itu seolah tidak memberinya napas! Mulut manis dan sikap nakalnya benar-benar di luar prediksi. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD