bab 18: Paket misterius

1023 Words
Adi sampai di rumah nya dalam keadaan super lelah ditambah lagi dengan suasana rumah yang sangat sepi sekali. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tengah dan menatap sebuah figuran besar yang menunjukkan keharmonisan dan kehangatan yang berada di rumah ini. Matanya menelisik semua bingkai foto yang tertempel di dinding. Semua foto yang menjadi kenangan terakhir yang ia punya. Kematian bunda dan juga ayahnya membawa dampak yang sangat besar atas keberlangsungan kehidupannya. Ia memilih masuk ke dalam kamar di bandingkan tetap berada di ruangan penuh kenangan yang membuatnya sesak. Namun bukan masuk ke dalam kamar miliknya, Adi memilih masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya yang masih dalam keadaan yang tetap seperti semula seperti tiga belas tahun silam. Ia membuka kain gorden untuk memasukkan sinar cahaya matahari. Seketika kamar yang tadinya gelap menjadi terang benderang. Susunan kamar yang masih rapi dan bersih menjadi pemandangan paling enak bagi Adi pandang saat ini. Apalagi terlihat meja kerja sang ayah lengkap dengan komputernya. Ia melirik lemari yang berada di sebelah meja kerja itu. Di dalamnya terdapat susunan berkas berkas lama terkait dengan pekerjaan ayahnya. Tangan Adi meraih beberapa lembar berkas yang merupakan dokumentasi kegiatan perusahaan raksasa milik ayahnya yang kini sedang berada di tangan pamungkas. Di dalam lembaran berkas itu terdapat beberapa foto tentang perjalanan dinas ayahnya ke luar kota atau dinas di dalam kota dengan berbagai jenis kegiatan. Hingga matanya menangkap sebuah foto yang terpampang di bagian sudut kanan berkas. Sebuah foto yang di dalamnya terdapat sang ayah dengan beberapa orang penghianat yang tak lain dan tak bukan adalah bagian keluarga nya sendiri. Di dalam foto itu posisi ayah Adi diapit oleh pamungkas dan juga pamannya Rendy. Di sebelah Rendy ada ayah Jefri dan juga tantenya dan dari semua orang ini hanya Rendy yang belum bisa ia pastikan terlibat atau tidak. Tapi sejauh ini belum ada bukti yang merujuk kepada Rendy yang bahkan ada di dalam kecelakaan itu. "Bund, sampai hari ini Adi masih bertanya-tanya siapa aja yang terlibat dalam kecelakaan itu. Andai saat itu Adi sudah besar dan bisa memecahkan ini secepat nya, mungkin sekarang Adi sudah puas melihat mereka membusuk di dalam penjara." Batin Adi sembari mengusap potret ayah dan juga bunda nya yang berada di balik lembaran foto itu dan tidak tertempel. Di dalam foto itu Adi melihat sang bunda yang tampak cantik mengenakan dress dengan motif bunga-bunga, sedangkan ayahnya memakai kemeja planel dengan celana jeans khas anak muda jaman dulu. "Bunda cantik banget, Ayah juga ganteng. Sayang Adi cuma bisa liat semua ini lewat potret kalian, Adi rindu, Yah, Bund. Rindu banget sampai rasanya Adi pengen nyusul kalian." Setitik air mata Adi menetes membasahi foto itu, jika melihat foto ayah bundanya Adi tidak akan sanggup menahan gejolak emosi yang pada akhirnya hanya mampu ia tunjukkan dalam bentuk air mata. Hingga suara ketukan pintu membuat Adi langsung bangkit dari duduknya. Sebelum membuka pintu ia sedikit melihat ke luar jaga-jaga jika yang datang adalah musuhnya di jalanan. Begitu melihat siapa yang datang, Adi mendengus kasar lalu membuka pintunya dan langsung disambut dengan teriakan heboh khas Kevin sepupu yang paling dekat dengan dirinya. Kevin merupakan anak om nya, Rendi. "Woy! Buka pintu aja lama, gimana mau buka hati," celoteh Kevin tanpa memperdulikan Adi yang sudah berjalan menjauhi Kevin dan bersikap bodo amat dengan apa yang pemuda itu katakan. "Anjim, malah ditinggal!" Kevin memilih mengikuti Adi ke mana pun pemuda itu pergi. Bahkan sampai Adi hendak menuju kamar mandi. Adi berdiri menjulang tinggi di depan pintu sembari mengangkat alisnya menatap Kevin dengan tajam. "Mau ngapain ?" Kevin menggeleng pelan sembari cengengesan. "Hehehehe... Iya iya gak gue ikutin, yaudah sok mangga masuk ke dalam, selamat perpisahan Adi." Adi menggeleng pelan lalu menutup pintu kamar mandi dengan keras sebagai bentuk pelampiasan amarahnya. Jangan tanya kenapa ia bisa akrab dengan Kevin, sebab dari sekian banyak sepupunya hanya Kevin saja yang bisa mengerti dirinya dan tidak banyak tanya. Meskipun orang nya slengekan. "Adi, ini ada paket tapi gak tau dari siapa, diterima enggak?" Adi dapat mendengar suara Kevin dari dalam kamar mandi. "Terima aja, tapi jangan dibuka dulu. Paham?" "Oke!" Menunggu beberapa menit pada akhirnya Adi selesai dengan urusannya. Ia melangkah ke ruang keluarga dan dapat melihat Kevin tengah rebahan bagai kerbau yang berada di kubangan lumpur. Di samping Kevin terdapat sebuah bingkisan besar berbentuk seperti karton yang Adi duga jika itulah paket yang dimaksud. Adi mengambil paket tersebut dan merasakan beban yang berat, karena merasa penasaran ia segera membukanya sengaja sedikit menjauh dari Kevin, tapi yang namanya manusia tetap aja ingin tahu nya tinggi. Kevin malah mengikuti Adi yang pergi menuju taman belakang. Begitu paket di buka alangkah terkejutnya mereka melihat isi yang berada di dalam kotak itu. Kevin bahkan sampa menjerit ketakutan di sebelah Adi. Sedangkan Adi sendiri sebenarnya sudah menduga hal ini. "I-itu gak dibuang dulu, Di?" Tanya kevih begitu melihat Adi berlalu dari sana tanpa niat untuk membuang paket yang berisi miniatur mobil yang sudah rusak dengan darah yang menghiasinya. Adi menggeleng, lalu melenggang pergi tanpa menghiraukan teriakan Kevin yang menggema di taman belakang rumah. Ia harus segera mencari tahu pengirim paket ini, yang pasti pengirim paket tersebut mengetahui peristiwa kecelakaan itu, terbukti dengan miniatur mobil yang ringsek di dalam nya. "Siapa yang neror gue?" Pikirnya, tapi bisa jadi ini juga merupakan petunjuk tentang kecelakaan itu. Dengan kekalutan praduga nya, Adi memilih untuk menidurkan dirinya sendiri di atas ranjang dengan posisi bersandar di boneka besar milik ibunya. "Siapa yang ngirim paket itu? Ada maksud apa? Dan apa tujuannya?" Adi kebingungan, hingga hanya ada satu nama yang ada di otaknya saat ini, satu nama yang menjadi tersangka utama akan kecelakaan itu, Pamungkas. Si tua Bangka yang tidak memiliki otak itu, dan Adi yakin sekali jika semua ini ulah nya. "Tua Bangka sialan!" Makinya sebelum rasa kantuk menyerang dan benar saja, gak lama kemudian ia sudah tertidur terbuai dalam mimpinya. Hingga beberapa menit kemudian ia terbangun dengan keringat dingin yang membasahi nya. Begitu melihat di samping, ternyata yang berada di samping nya adalah Kevin yang juga tengah tertidur. "Paket misterius?" Batinnya, ia segera bangkit dari tidurnya begitu melihat jam dinding. dan sepanjang hari itu ia masih memikirkan paket yang seolah menunjukkan sesuatu. semoga saja praduga nya tidak meleset.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD