bab 19 : Berkas Peralihan

1107 Words
Terik sinar matahari siang ini tidak menyurutkan Adi untuk membersihkan perkarangan rumahnya. Terlebih lagi keadaan taman belakang yang cukup semak dengan rumput liar yang mulai meninggi. Kebetulan hari ini adalah hari Minggu, jadi Adi tidak berangkat ke sekolah dan tidak memiliki kegiatan lain nya. Perihal mimpi tadi malam, ia sudah membicarakannya dengan Kevin yang kebetulan masih berada di rumah nya sampai sekarang. "Di, ikut gak?" Tanya Kevin yang muncul dari pintu penghubung dapur dengan taman belakang rumah. Adi yang semula menunduk memangkas tanaman pagar rumah melihat ke arah Kevin yang berada di depan rumah. "Ke mana?" Tanya nya dengan tangan yang lanjut memangkas tumbuhan pagar hingga rapi. "Mau ke basecamp, mau ikut?" "Enggak lah, gue banyak kerjaan," jawabnya menolak saran dari Kevin. Lagian ia tidak mengenali teman Kevin yang lain, bisa jadi kambing conge dirinya di sana nanti. Kevin hanya mengangguk lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Adi untuk bersiap-siap. Ia berencana akan nongkrong bersama teman-teman nya di basecamp biasanya mereka berkumpul. Cuma tadi dirinya berniat untuk mengajak Adi paling tidak sepupunya itu tidak merasa kesepian di rumah yang besar ini. Tapi menang dasarnya Adi yang anti keramaian. Adi yang melihat kepergian Kevin tidak peduli dan memilih melanjutkan acara bersih-bersih nya. Setelah melihat halaman belakang rapi, ia bergegas menuju ruang kerja ayahnya yang tadi malam ia berantakin bersama dengan Kevin. Hingga setelah ia sampai di ruang tengah, keadaan rumah sudah dalam keadaan sepi yang sepertinya Kevin sudah pergi sehingga hanya ada dirinya saja di dalam rumah ini. Adi hendak melangkah menuju ruang kerja itu, namun tertunda lantaran bel rumah berbunyi. Membuka pintu Adi dikejutkan dengan kotak besar yang ukurannya mungkin sebesar kotak tv tabung, besar! Ia dengan ragu menarik kota yang terbungkus dengan Buble crap itu masuk ke dalam rumah. Karena rasa penasaran yang cukup tinggi, pada akhirnya Adi membuka kotak itu, padahal semula ia ingin membuang kotaknya. "ANJING!" Teriaknya begitu kotak terbuka dan ia melihat isi dari kotak itu. Jantungnya berdegup kencang Lantaran terkejut melihat isi yang keluar. Ada selembaran foto dengan objek yang berbeda, ada boneka beruang besar yang sudah tercabik-cabik dengan lumuran darah yang bau amisnya membuat perut Adi bergejolak hendak memuntahkan isinya. Di dalam kotak itu juga terdapat sepatu dengan model yang berbeda akan tetapi hanya ada bagian sebelah kanan saja, entah apa maksud dari pengirim ini, yang jelas semuanya semakin menjadi abu-abu. Dan kenapa ia malah merasa semua yang terjadi kepadanya hari ini kejadian di kehidupan nya di dunia satu lagi, terlebih kotak paket yang berisi teror. Seolah setiap kejadian di dalam mimpi aneh itu akan beneran terjadi. Ia harus segera memecahkan mimpi itu sebelum semua terlambat, terlebih lagi dengan adanya kejadian ini. Siapa musuh nya yang tahu alamat rumah ini ? Sejauh ini ia tidak pernah memberitahukan alamat rumahnya kepada siapa pun kecuali keluarganya saja. Sedangkan untuk teman-teman yang memang kurang akrab dengannya ia sengaja tidak pernah memberitahu kan alamatnya, dan membiarkan publik beranggapan jika ia tinggal bersama di mansion utama milik keluarga pamungkas. Lantas ini semakin menguatkan praduga Adi jika keluarganya sendirilah yang mengirimkan teror ini. Tapi siapa? Adi berjalan menarik kotak itu ke belakang rumah, ia akan membakarnya nanti setelah selesai membereskan ruang kerja ayahnya dan membuang berkas-berkas yang tidak berguna. Selanjutnya Adi sudah berkutat dengan lembaran kertas yang menggunung tinggi. Ia meneliti satu persatu berkas yang ada di tangan nya, takut-takut jika berkas itu merupakan berkas penting perusahaan. Adi beralih membersihkan lemari pojok ruangan yang sepertinya berisi berkas-berkas istimewa, terbukti dengan beberapa box berkas memiliki kode nomor. Itu juga diletakkan di lemari yang memiliki kunci. Sedangkan Adi tidak memiliki kuncinya. Dengan mengandalkan keberuntungan Adi mencoba mencari Kunci lemari itu di sekitar ruangan ini, hingga ketika ia membuka laci meja sebelah kanan, di sana terdapat beberapa kunci yang sudah tergantung rapi. Segera ia mencoba semua kunci yang tergabung di dalam darah simpul tali itu. Percobaan pertama dan kedua gagal, dan ketika percobaan ketiga kalinya barulah lemari itu terbuka. Adi meneliti berkas yang ada di hadapannya. Berkas pertama mengenai keuangan perusahaan pamungkas. Adi yang penasaran akhirnya menarik berkas tersebut, karena tidak hati-hati maka lembar berkas yang semula disusun rapi sedikit berserak, beberapa jatuh ke lantai yang semakin membuat Adi kesal. Sebuah berkas yang terdapat materiai, dan juga tanda tangan yang familiar berada di genggamannya. Di dalam berkas itu jelas tertera pemindahan kepemilikan saham antara ayahnya dengan pamungkas. Dengan kata lain sebelum memimpin perusahaan itu, berarti pamungkas sudah lebih dulu menduduki jabatan pimpinan. Lantas kenapa pamungkas harus membunuh ayah dan bundanya? Seharusnya jika ingin menguasai harta bisa saja itu tidak mengalihkan hartanya kepada ayahnya. Maka dengan begitu pamungkas tidak perlu repot-repot membunuh kedua orang tuanya itu. "Sebenarnya ada apa ini? Jelas di surat pengalihan harta tertera tanda tangan dan stempel langsung kakek. Terus kenapa malah om Rendy bilang kakek terlibat dalam kecelakaan ayah bunda?" Pikirnya heran. Adi membuka lembaran berikutnya dan semakin terkejut begitu melihat surat warisan dengan nama yang berbeda, yaitu Widyo Nugroho Pamungkas dan ini bukan nama kakeknya yang sekarang, akan tetapi kenapa Marga keluarganya sama yaitu pamungkas? Apa mungkin mereka kakak beradik? Keheranan Adi semakin bertambah kuat ketika matanya menemukan sebuah foto usang yang dibaliknya terdapat tulisan yang menunjukkan urutan foto tersebut. Di sana tampak jelas jika Widyo Nugroho pamungkas dengan kakeknya pamungkas yang menjadi kakeknya adalah orang yang berbeda, tugasnya sekarang mencari tahu siapa sebenarnya pamungkas yang berada di sekitarnya ini. Dan alasan sang kakek melakukan konspirasi kecelakaan itu. Adi terus membalik berkas yang berada di map merah itu dengan teliti, di sana juga ada beberapa foto-foto ayah dan bundanya saat ia masih kecil, tampak ia yang berada di gendongan sang ayah dan bundanya yang tersenyum lebar. Oh tuhan, betapa Adi sangat rindu dua orang itu. "Di, lagi ngapain?" Tanya Kevin yang secara tiba-tiba muncul di depannya. Adi tentu saja.merasa terkejut terlebih Kevin yang tadinya sudah berangkat kenapa kembali lagi? "Bukannya udah pergi?" Tanya Adi heran, Kevin menggeleng sembari masuk ke dalam ruangan yang ia duga adalah ruang kerja om nya. Ia kemudian meraih berkas yang berada di samping Adi dan membacanya dengan seksama. Adi yang memang sudah percaya dengan Kevin memberikan lembaran berkas yang tadinya ia baca. "Baca, di sana ada kejanggalan." Kevin menerimanya, lalu membaca berkas tersebut sesuai dengan perintah Adi. Hingga Adi bisa melihat wajah Kevin yang mengkerut keheranan. Persis seperti dirinya tadi yang juga heran dan bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Ini... Kok bisa?" Adi menggeleng tidak tahu. Lalu memberikan foto yang tadi ia lihat dan Kevin semakin kebingungan dibuatnya. "Anjir, ini keluarga banyak banget teka teki nya, lama-lama gila gue, Di." Rutuk kevin mengusap rambutnya kasar. Sedangkan Adi sendiri sudah tertawa di sebelah Kevin ketika melihat wajah sepupunya yang absurd. "Gue mau cari tahu tentang kakek, semoga aja ada titik terang."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD