Bab 12: Bertemu saksi bisu

1014 Words
Penelurusan Adi mengenai kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya diawali dengan kecocokan data yang dimiliki kepolisian dengan jam dan tanggal tepat kematian kedua orang tuanya menurut penuturan sahabat serta keluarga satu-satunya yang ikut dalam rombongan kecelakaan dan berhasil selamat bersama dirinya. Ia adalah ayah Kevin, yang tak lain tak bukan adalah adik dari ayah Adi. Satu-satunya saksi mata yang tahu bagaimana sebenarnya kejadian itu. Tapi tidak mudah menemui paman nya itu sebab ayah Kevin selalu menyibukkan diri setelah kematian kedua orang tuanya, yang dalam artiannya kesibukan itu seperti disengaja untuk menutupi satu hal yang tentunya berkaitan dengan kecelakaan itu. Pagi ini Adi memberanikan diri membolos sekolah, ia dengan Kevin langsung memesan tiket pesawat dengan penerbangan menuju Malaysia tempat kedua orang tua Kevin menetap. Dengan melakukan penerbangan tanpa pengetahuan sang kakek, ini untuk pertama kalinya Adi melakukan hal demikian. Semoga saja ia bisa mendapatkan kejelasan mengenai semua yang ia alami ini. Karena jujur saja ini sangat mengganggu. "Vin, kira-kira kakek bakal tahu gak?" Tanya Adi memecah keheningan di dalam pesawat. Kevin yang tengah bersantai bahkan hampir terlelap menatap sepupunya dengan geli. "Gini nih, didikan nya si tua Bangka. Hidupnya lempeng gak ada belok kanan kiri nya, kebanyakan nurut sih jadi bocah, yah jadinya gini." Adi melihat ke arah Kevin dengan bingung. Ia memang tidak sebebas Kevin dan sepupunya yang lain. Selama ini ia selalu berpergian atas ijin pamungkas dan jika tidak diberi ijin maka ia akan membatalkan itu, begitu patuhnya ia dulu. "Lagian kita pergi gak lama, cuma dapet keterangan dari bokap gue langsung balik lagi ke indo, toh udah pesan tiket pulang juga. Semoga aja tua Bangka itu gak nyari sampai di rumah elu." Adi mengangguk, kalau sampai sang kakek tahu kepergian nya kali ini, mungkin akan terjadi perang dunia ke tiga. "Aku harap sih gitu." Keduanya memilih diam dan fokus dengan kegiatan nya masing-masing, Adi sendiri tengah menatap hamparan awan yang membentang di atas. Seolah bagai permadani yang terhampar luas menyambut kedatangan nya. Andai saja saat itu kedua orang tuanya tidak memaksakan diri untuk pergi ke luar negeri, mungkin kecelakaan itu bisa terelakkan atau bahkan sampai saat ini ayah dan bundanya masih berada di sisinya. Sesampainya mereka di Malaysia tanpa membuang waktu keduanya langsung berjalan menuju luar bandara dan pergi menuju kediaman orang tua Kevin yang berjarak setengah jam lebih dari Bandara. "Assalamualaikum... Pak, Bu. Kevin datang!" Teriak Kevin sembari mengetuk pintu. Sebuah pemandangan yang mungkin biasa menurut orang lain tapi sangat luar biasa sesak bagi Adi sendiri. Pasalnya ia tidak pernah melakukan itu, setelah pulang sekolah ia akan membuka pintu itu sendiri tanpa berteriak memanggil ayah dan bunda seperti yang dilakukan Kevin. "Waalaikumsalam, eh... Pulang kok gak ngomong dulu, kan bisa dijemput." Seorang wanita yang masih keliatan cantik di usia yang tak mudah datang menghampiri mereka dan langsung memeluk Kevin. Adi membayangkan jika saja kejadian nahas itu tidak menimpah ayah dan bunda nya. Mungkin ia tidak akan merasa se sesak ini melihat pemandangan seorang ibu yang bertemu lagi dengan anaknya. "Bu, Kevin bawa Adi." Setelah mengucapkan itu Kevin berbalik menghadap Adi yang sedari tadi terdiam menatap ke arah ibunya dengan pandangan sendu, Kevin dapat mengerti apa yang tengah dirasakan oleh sepupunya itu . Pasti ada setitik rasa iri apa lagi rindu kepada kasih sayang orang tua dan keutuhan keluarga nya. Terlebih lagi Adi sudah sendiri sejak umur belia, bahkan di saat ia belum mengerti apa arti kehilangan yang tengah di rasakan nya. "Adi ya Allah, apa kabar, Nak? Kenapa gak pernah main ke sini?" Ujar ibu Kevin yang langsung memberikan sebuah pelukan hangat kepada Adi dan dibalas tak kalah erat oleh Adi sendiri. Dalam pelukan hangat itu Adi merasakan sebuah kasih sayang yang selama ini tidak ia dapatkan, rasanya begitu menenangkan sampai ia lupa jika air matanya sudah menetes pilu. Sebuah tangan terulur mengusap pipinya yang basah akibat air mata. Hingga sebuah ciuman hangat mampir ke keningnya barulah ia tersadar jika itu adalah paman nya, atau ayah dari Kevin. " Anak cowok gak boleh nangis. Harus kuat, kamu kan power ranger nya om." Adi langsing tersenyum cerah dan beralih memeluk sang paman dengan erat, sosok yang selama ini selalu melindunginya, menjadi tameng dan berperan layaknya seorang ayah. Paman nya ini pula yang telah merawatnya sampai remaja dan entah karena alasan apa memutuskan untuk menyendiri ke negara tetangga ini yang bahkan jika kumpul keluarga tidak akan pernah datang dengan alasan sibuk dan lain-lain. "Adi, jangan biasakan melamun. Ayo masuk." Adi melihat ke arah lebih yang sudah merangkul ibunya dengan erat, sambil sesekali bercanda ria. Ayah Kevin yang melihat itu langsung menghampiri keponakan nya dan merangkulnya seperti sang istri yang merangkul anaknya. "Jangan pernah ngerasa sendiri, ada om di sini. Jadi jangan sedih lagi, oke?" "Oke, om." "Bagus, sekarang ayo kita makan. Kayaknya tadi Tante udah siap buat makan siangnya. Eh kamu nginap kan?" Adi tampak menatap pamannya dengan ragu, ia ingin sekali tinggal lebih lama di sini, tapi apa boleh buat keadaan membuat ia tidak bisa melakukan hal itu. "Pengennya sih iya om, tapi Adi ke sini ada tujuan tertentu. " "Kalau itu om tahu, ya kali kamu datang sejauh ini dan lari dari kakek kamu cuma buat jumpa om doang, gak mungkin lah." Adi terkekeh mendengar hal itu,.ia segera bergabung bersama tantenya dan bercanda ria. Menikmati momen sakral di mana setelah ini mungkin tidak akan pernah ia temukan lagi. sebab di seberang sana ternyata sang kakek mengetahuinya ke mana ia pergi . Beberapa kali ponsel miliknya berdering memperlihatkan nama sang kakek dan juga Tante marla yang berada di Indonesia. "Kenapa? Kamu ada yang sedang ingin di obrolkan?" Adi mengangguk, dengan terduduk kaku ia mulai menceritakan maksud dan tujuan serta semua kejadian aneh yang menimpahnya beberapa waktu belakangan ini. Tampak beberapa kali paman nya menghela nafas kasar dan mendesah pelan seolah tengah merasakan sesak yang tidak terkira di rongga dadanya. "Di, om gak tahu maksud kamu datang ke sini untuk hal ini, yang jelas, udah biarin aja. Tutup masalah ini sampai di sini saja..om gak mau kehilangan untuk kesekian kalinya. Om mohon!" Sontak ucapan pamannya ini membuat Adi semakin yakin jika ada yang tidak beres terhadap keluarganya, dan itu berasal dari sang kakek.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD