Help me

1038 Words
"Saya tidak mau," kata Zara dengan nada satu oktaf. Yudha mendudukan dirinya di sofa dengan santai. "Baiklah kalau tidak mau, tidak apa-apa, Baby, saya tidak memaksa. Kamu bisa pulang sekarang," perintah Yudha. Zara menatap Samantha berkaca-kaca. Ia pikir Samantha bisa membantunya berbicara dengan Yudha tapi ternyata ia ke sini seperti akan menjual dirinya saja. "Tuan Yudha, saya minta tolong untuk membantu Zara sekali saja. Nanti saya yang akan membantu melunasinya," kata Samantha sambil berjalan mendekati Zara lalu merangkulnya. Yudha menatap Samantha dan Samantha mengedipkan matanya ke Yudha. "Baiklah, karena temanmu ini ingin bertanggung jawab atas hutang kamu pada saya, saya akan memberikannya tapi kamu harus ingat untuk menggantinya," kata Yudha. Yudha melambaikan tangannya ke Yohan yang tidak jauh dari mereka. Yohan membawa beberapa dokumen lalu ia membuka dokumen itu di hadapan mereka. "Ini dokumen untuk kalian tanda tangani karena saya tidak mau tiba-tiba ada orang yang membawa kabur uang saya. Jadi kita perlu hitam di atas putih," kata Yudha. Zara menatap samantha, dan diangguki oleh Samantha. Zara menandatangani dokumen itu satu per satu sesuai arahan Yohan. Setelah selesai, Zara mengembalikan dokumen itu. "Mari kita urus semua biaya rumah sakit ibumu sampai kelar. Saya akan menanggung biayanya sampai selesai," kata Yudha tersenyum ramah kepada Zara. Zara mematung mendengar semuanya. Dia sempat berpikir bagaimana dirinya bisa melunasi semuanya nanti tapi yang terpenting ibunya sekarang selamat. "Zara," panggil Samantha membuat Zara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lagi mikirin apa kamu? Mikirin jorok ya," ejek Samantha. Zara mencubit lengan Samantha. "Aduh sakit, Say," kata Samantha. "Maaf," kata Zara. "Mari Nona, kita berangkat. Kamu ikut Samantha?" tanya Yudha. "Zara, aku enggak ikut ya ke rumah sakit soalnya aku ada kerjaan hari ini. Maaf banget," kata Samantha dengan wajah memelasnya. "Tapi aku gimana?" tanya Zara. "Kamu akan baik-baik saja. Percaya deh, Pak Yudha bakal jagain kamu dan membantu kamu," kata Samantha meyakinkan Zara dan menggenggam tangan Zara. "Baiklah kalau gitu. Doakan mamaku baik-baik saja ya, Mantha. Terima kasih banyak," kata Zara lembut. "Iya pastinya, Zara. Pak Yudha jagain teman saya ya," kata Samantha dengan senyum manisnya. "Pasti, Mantha. Tenang saja," balas Yudha. Samantha sudah melepaskan genggaman tangannya pada Zara. Zara berjalan di samping Yudha menuju mobil Yudha. Di depan mobil sudah ada Udin yang menyambut tuannya dan Zara, sedangkan asisten Yudha berjalan di belakang tuannya. Yohan akan menggunakan mobil sendiri mengikuti tuannya dari belakang bersama beberapa pengawal lainnya, sedangkan Samantha sudah berada di dalam mobil. Mobil yang dikendarai Samantha mulai keluar dari mansion Yudha, Samantha tidak ikut ke rumah sakit. Yudha mengulurkan tangannya menyuruh Zara untuk masuk ke mobil terlebih dahulu. Zara masuk ke dalam mobil disusul Yudha di belakangnya. Udin menutup pintu mobil lalu berjalan memutar menuju kemudi mobil kemudian Udin masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil. Brum brum Mobil yang dikendarai Udin perlahan mulai keluar dari mansion Yudha. Yudha menatap gadis di sampingnya yang memiliki beda usia 23 tahun dengannya, seumur dengan putrinya. Entah kenapa ia menyukai gadis ini sekarang. "Apa ini karma karena aku selalu mengejek Theo yang memiliki sugar baby," gumam Yudha. Zara matanya melirik ke arah samping lewat ujung matanya. Ia tahu pria matang di sebelahnya melihat ke arahnya terus-menerus. Baby, kamu tidak perlu melirik seperti itu. Tatap aku saja langsung," kata Yudha memegang dagu Zara dengan jarinya dan menarik dagu zara agar Zara menatapnya. Zara memegang tangan Yudha dan menurunkan jari yang menyentuh dagunya. "Maaf, Pak. Ingat umur," kata Zara dengan nada ketusnya. Yudha memandang Zara dengan tatapan sinis dan memaksakan sudut bibirnya terangkat sedikit. Mereka saling berdiam di dalam mobil sejak Zara mengatai Yudha. Yudha yang penasaran dengan gadis di sampingnya akhirnya membuka suaranya. "Boleh saya bertanya tentang keluargamu?" tanya Yudha. "Untuk apa?" kata Zara dengan raut wajah datarnya. Yudha tersenyum dan menghelakan napasnya. "Saya hanya ingin tahu kenapa tidak ada keluarga yang membantumu, Zara?" tanya Yudha. "Aku tidak punya keluarga, Pak," jawab Zara lirih. "Oke, lalu papamu ke mana?" tanya Yudha. "Entah ke mana aku tidak pernah tahu," kata Zara sambil membuang mukanya ke jendela. Zara tidak biasa bercerita soal kehidupan pribadinya pada seseorang yang baru dikenal walaupun ingin membantunya tapi dia tidak bisa membuat nama keluarganya menjadi semakin tercoreng. "Baiklah, Zara. Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau bercerita, saya senang mendengar suaramu," kata Yudha. Zara hatinya terenyuh, belum pernah ada laki-laki yang begitu mendengarnya seperti ini. Ya dia baru ingat Pak Yudha ini sudah punya anak dan istri dan pastinya jiwa kebapakannya tentu sangat melekat. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit bunda kasih. Mobil tersebut berhenti di depan lobby rumah sakit. Udin turun dari mobil lalu ia membukakan pintu mobil tuannya. Setelah terbuka Yudha turun bersama Zara di belakangnya. Yudha berjalan di samping Zara diikuti Yohan serta beberapa pengawal lainnya di belakangnya. Semua orang di sana yang mengenali Yudha menyapa Yudha dan memberikan hormat karena Yudha merupakan Investor di rumah sakit Bunda kasih juga. "Pak, maaf. Bapak kenal orang-orang di sini?" tanya Zara. "Iya saya mengenal mereka, Zara. Rumah sakit ini merupakan proyek saya juga," jawab Yudha. "Oh gitu," balas Zara. Beberapa petinggi yang melihat Yudha datang menyapanya. Yudha yang malas menanggapi mereka hanya tersenyum dan langsung berlalu bersama Zara menuju ke tempat mamanya Zara dirawat diantarkan oleh suster. "Kenapa sekarang mamaku sudah pindah saja ke kamar lainnya, sebelumnya kan harus operasi dulu," gumam Zara sambil mengernyitkan dahinya. Dokter yang ikut berjalan dengan Yudha dan Zara menuju kamar rawat mamanya Zara berbicara pada zara dan Yudha. "Pak Yudha dan Nona Zara, Nyonya Aina sudah kami pindahkan ke kamar rawat VVIP," kata sang dokter membuat Zara agak terkejut mendengar ucapan sang dokter. "Aku baru datang ke rumah sakit dan mamaku sudah ditolong. Apa Samantha sudah bicara duluan pada Pak Yudha?" gumam Zara. Saat sudah sampai di depan pintu kamar VVIP mamanya Zara, mereka langsung masuk ke dalam. Hanya Yudha, Zara dan dokter yang masuk, sisanya menunggu di luar. Zara melihat mamanya masih terbaring di ranjang rumah sakit matanya berkaca-kaca lalu ia menghampiri mamanya. Yudha hanya menatap Zara yang sudah duduk di samping mamanya, ia tidak tega mengganggu anak dan ibu itu. "Nyonya Aina belum sadar sekarang karena dia masih terpengaruh obat bius saat operasi tadi, Nona," kata James. "Baiklah, berikan obat yang terbaik dan pelayanan yang terbaik juga," pinta Yudha. "Baik, Tuan Yudha," balas James. "Nak," panggil Aina yang tersadar dan pandangan matanya masih mengabur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD