3. Hah?

1100 Words
Di siang minggu ini, kayanya sayang banget untuk melewati masa tidur yang nyenyak bagi seorang gadis. Kamar bernuansa biru yang begitu elegan bikin gadis ini enggan untuk bangun. Tapi tidurnya terganggu oleh suara bel kamarnya. "Eughhhhh" erang gadis itu "Tiaaa, ibu tunggu dibawah 15menit. Kalo gak kebawah, ibu potong uang jajan kamu" ucap caca "Iya iya" teriaknya dengan malas "Kalo dipotong juga gak papa, tia kan punya bisnis online shop" batinya tia Setelah merapihkan kamarnya, ia segera turun untuk menemui ibunya "Anak botoh jam segini baru bangun" ucap revano "Biarin wle" ucap tia sambil meledek menjulurkan lidah nya "Ada apa si bu?" ucap tia menanyakan kepada ibunya, karena tidak biasanya minggu gini ibunya memaksanya ngobrol "Tia, kamu kan tau ibu udeh tua.." ucap bubu "Tapi masih cantik ko" ucap ayah "Iya terus?" "Boleh gak, kamu yang jadi CEO di perusahaan ibu" ucap bubu "WHAT?! kemaren ayah suruh tia ngurus ausi sekarang bubu nyuruh jadi ceo. Aku ini masih kecil tau" ucap tia kaget bukan main, Yaallah dia masih sekolah, masih gadis, masih manja, disuruh pimpin perusahaan. Bukannya bener malah ancur kali, memang dia sudah mempelajari dunia bisnis tapi kan gak secepat ini pikirnya "Oya terus nih, ayah mau ngenalin anaknya temen ayah hehe. Cocok deh kaya nya sama kamu" ucap ayah "Ayah sama ibu, lagi gak berusaha ngerjain tia kan" ucap tia curiga "Enggak ko, tapi ayah ibu niat jodohin kamu" ucap caca, dan berhasil membuat tia melotot tak percaya. "HAHAHAHAHAHA Anjir de, lu mau nikah" ucap revano ngeledek. Tak percaya ayah nya akan menjodohkan adik nya yang manis ini "Ayah, tia masih 1 sma loh yah" ucap tia "Tia gak mau punya anak pas sekolah, tia gak mau punya anak buru-buru" ucap tia "Kan bisa ditunda" ucap bubu "Tunda tunda, kalo kebablasan keenakan gimana" batin tia "Calon kamu kaya nya juga bakal satu sekolah deh" ucap ayah "Yaallah kurang nikmat apalagi ini, ceo, jodoh, satu sekolah pula. Ayah bubu mencoreng nama cantik tia tau gak" ucap tia, dengan nada ngambek . "Hahaha de, calon lu ntar suruh temenan ama gue ya" ucap revan meledek "Abang ih" "Hehe bercanda cantik" ucap revan "Ini mimpi" ucap tia, sambil menyubit tangannya sendiri "Aw" ia merasa sakit, sendiri ternyata nyata. "Yah, bu coba pikirkin lagi. Tia masih kecil 17 aja baru besok" ucap tia polos "Kalo soal ceo tia masih bisa terima ko, tapi kalo perjodohan?" Lanjut tia,  sambil merenung. "Demi kebaikan kamu sayang" ucap ayah "Tapi aku liat dulu jodoh aku. Kalo gak sesuai aku gak mau" ucap tia "Iya" ucap ayah dan bubu "Oya soal ceo, kamu hari ini mumpung karyawan pada libur. Kamu main-main ke kantor aja. Untuk melihat-lihat" ucap bubu "Okey, tia prepare dulu gais" ucap ria sambil berdiri untuk melangkah untuk keatas. "Revan temenin tia" ucap raya "Ashiaaappp, asal ada uang keamanan" ucap revan sambil tersenyum manja, ayah nya hanya mengelengkan kepala lalu memperlihat kan hape nya, yang bertanda ia sudah transfer. Tak lama kemudian tia menuruni tangga dengan baju yang telah ia ganti "Yuk cus bang" ucap tia, dengan celana pendek, baju panjang dan tas selempang kesukaan nya. Simpel dan sangat, cocok untuk tia. "Yakin lu begitu?" Ucap revan "Yamau gimana emang, kan hari ini libur kantor, gak ada karyawan yang dateng. Jadi pake baju gini aja" ucap tia "Eh mampir mall yak bang ntar" lanjut tia, sambil mata memohon "Iyaiya ratu" ucap revan yang memang pada dasarnya tidak bisa menolak permintaan adiknya. ---- Setelah berapa menit, mereka sampai lah di sebuah kantor megah, disegani, ditakuti, dan berkuasa didunia. "Gue kira kecil, et gede juga" ucap tia polos "Haha lu lahir dikeluarga bergengsi. Ibu cantik, pinter, jago bela diri, bahkan penguasa, ayah ganteng, pinter, tegas, berkarisma, nah dan abang lu nih ganteng, kece, keren, thebest pokonya" ucap revan, dengan pede nya. Memang revan sangat lag pede jika sudah berada di temannya dan keluarga nya Pletak "Mimpi lu ketinggian, lu ganteng karena gen dari ayah. Kalo kaga ancur muka lu" ucap tia sambil tertawa, lalu mereka masuk kedalam perusahaan untuk melihat dan mengenali "Bang" "Hah" "Kenapa gak lu aja yang jadi ceo? Tingkat pede lu kan parah abis. Bisa ngecengin cewe pula lu kalo jadi ceo" ucap tia "Lu mau gue mampus? Gue udeh jadi ceo di perusahaan gue sendiri" ucap revan, tia lupa bahwa abangnya ini mendirikan perusahaan sendiri. Walau awalnya ia meminjam uang kepada ibu dan ayah untuk membangun perusahaannya, tapi sekarang ia sudah mengembalikan modal dengan sangat cepat. Bahkan perusahaan revan tertinggi di asia, melakoni bidang apasaja membuat perusahaannya berkembang pesat. Club, game, mall, karoke, restauran. Namun sekarang perusahaannya lagi di handel oleh orang kepercayaan nya. "Hahaha siapa tau bang" ucap tia, sudah 2 jam mereka mengelilingi perusahan tersebut. "Bang mall yuk" ucap tia "Mau beli apa si lu" ucap revan "Mau beli eskrim" ucap tia, dan dianggukan oleh abangnya. Lalu mereka menuju tempat parkir dan melaju untuk menuju ke mall. Sepanjang jalan, mereka bercanda, tia jelas bahagia punya abang seperti revano, yang perhatian, sayang, bahkan menuruti maunya. "Bang, kalo gue nikah lu tetep jagain gue gak?" Ucap tia tibatiba, ditengah candaan mereka "Lu adek kecil gue, sampai kapan pun gue bakal jaga" ucap revan, sambil tersenyum membuat hati tia tenang "Kalo gue disakitin sama calon gue gimana bang?" Ucap tia "Gue bakal bunuh yang berani nyakitin fisik atau hati lu" ucap revan tegas "Yeuuhh gak bunuh juga oon" ucap tia "Bang lu jomblo mulu, gak mau gitu kenalin cewe ke gue" ucap tia "Jomblo gue go ganteng de" ucap revan santai "Bang, kirakira calon gue ganteng gak ya?" Ucap tia, sambil memikirkan. Bagaimana kalo calon nya itu banyak kutil? Banyak koreng, item, dekil, buruk, terus jahat, playboy. "AAHHHH GAMAUUUU" ucap tia, sambil teriak membuat revan reflek ngrem. Jduk "Bang ko rem mendadak" ucap tia sambil memegang keningnya yang terbentur "Lah lu ngapaiin teriakk, bikin gue kaget" ucap revan "Gue lagi ngbayangin calon gue gak sesuai ekspetasi gue" ucap tia "Hahaha, kalo lu dapet jelek gue tawain seumur hidup de" ucap revan meledek, dan membuat wajah tia berubah cemberut "Eh jangan cemberut dong, gue bercanda" lanjut revan "Yang gue tau, dia juga ceo loh de" ucap revan "Masa?" Ucap tia "Kalo badboy gimana?" Lanjutnya "Ya kenapa kalo badboy, yang penting ceo banyak duit" ucap revan "Iyasi" ucap tia. Setelah ngobrol, tak berasa mereka sampai disebuah mall yang di dirikan oleh revano. Mall ini sangat megah, banyak kalangan atas yang memilih mall ini untuk style atau sekedar bergaya. Mereka berjalan menuju lantai 2 dimana semua makanan tersedia disana. Banyak yang menatap iri kepada adik kaka itu, terlihat mesra bahkan cukup serasi untuk menjadi pasangan. "Mau rasa coklat" ucap tia, rujuknya kepada revan "Iya sayang" ucap revan "Ganteng banget" "Gila si ini pangeran dari mana" "Eh eh itu kan ceo tau" "Dia bukannya anak sekolahan fanca ya" "Ganteng bgt" "Ka minta nomornya dong" "Ka ig nya apa" "Padahal dia jelek" ucap tia pelan. "Apa de?" Ucap revan "Ah kaga hahaha" ucap tia. Setelah menuruti apa mau adiknya itu, mereka pun balik kanan untuk pulang kerumah karena waktu sudah menunjukan sore hari. --- home ---- "Aaahhh akhirnya rebahan juga" ucap tia, sambil menjatuhkan badannya ke kasur empuk yang tak bisa bikin moveon
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD