Episode 6

1606 Words
Sabrina menarik tangan Amanda keluar dari Mansion. Amanda tentu saja kaget dengan sikap sepupunya itu. "Sabrina, kenapa kamu menarikku seperti ini?" tanya Amanda. Sabrina menghempaskan tangan Amanda dan menatap sepupunya itu dengan tatapan tajam. Sabrina merasa emosi setelah mendengar ucapan Paman-nya yang mengatakan bahwa Alan telah melamar Amanda. "Amanda, katakan padaku apa benar yang di katakan Paman bahwa Alan Abraham Smith telah melamarmu?" tanya Sabrina berusaha menahan emosinya. "Sabrina, tenangkan dirimu, kamu tahukan aku belum lama kembali dari Indonesia, bahkan orang yang bernama Alan Abraham Smith saja awalnya aku tidak kenal, memangnya kenapa Sabrina?" tanya Amanda penasaran. "Alan itu adalah pacar ku, mana mungkin dia melamar mu, tapi Paman mengatakan bahwa dia adalah putra dari Bryan Abraham Smith? sebenarnya siapa yang melamarmu Amanda?" Amanda sedikit terkejut mendengar ucapan Sabrina yang mengatakan bahwa Alan adalah pacarnya, apa benar itu Alan yang sama? Amanda benar-benar tidak bisa berpikir untuk saat ini. "Sumpah aku beneran gak tahu, aku juga marah sama Papa karena menerima lamaran dari seseorang tanpa meminta persetujuan ku terlebih dahulu, Sabrina,, di sini sebenarnya aku adalah korban," jawab Amanda sendu. Sejujurnya dia memang belum mengenal Alan dengan baik, pria itu bagaikan angin yang tiba-tiba datang begitu saja di kehidupannya. Amanda benar-benar belum tahu seluk beluk pria itu, pria yang datang padanya dan belum lama ini mengatakan cinta. Sosoknya memang sangat mempesona, Amanda mengakui itu. Tapi apa sebenarnya niat dia melamar Amanda kalau dia sudah memiliki kekasih. "Tapi tadi Paman yang mengatakan sendiri, bahwa Alan Abraham Smith telah melamar mu." Ujar Sabrina. "Iya, tapi belum tentu dia adalah kekasih mu, kan?" Sabrina sedikit menurunkan tensi emosinya kala mendengar jawaban dari Amanda. Apa benar bahwa Alan bukan kekasihnya, tapi misalkan itu benar, bisa jadi karena perjodohan orang tua mereka tanpa di ketahui oleh anak-anak. Mungkin bisa juga itu adalah keputusan para orang tua yang suka menjodohkan anak-anak mereka karena ingin mengembangkan bisnis mereka agar tambah maju dan menjadi nomer satu karena kedua keluarga besar bersatu. "Maaf Amanda, aku tadi sedikit terkejut dan emosi mendengar ucapan Paman, kamu tahu kalau aku sangat mencintai Alan, hanya aku wanita yang bisa dekat dengannya, aku yakin Alan juga sangat mencintaiku," ucap Sabrina menunduk. Amanda berjalan mendekat dan memeluk Sabrina erat. "Iya Sabrina, gak apa-apa kok, nanti kita akan mencari tahu apakah Alan yang melamarku adalah Alan kekasihmu itu? lagi pula aku juga tidak akan bisa mencintai orang yang masih memiliki kekasih," ucap Amanda. Sabrina melepaskan pelukan itu. "Aku tahu kamu masih mencintai Aaron bukan? sekarang dia sudah menjabat sebagai CEO Carter GROUP, Amanda sebenarnya Aaron juga mencintaimu, tapi dia tidak berani mengungkapkan perasaannya itu padamu," ucap Sabrina. Ya, Sabrina memang tahu bahwa Aaron dan Amanda sebenarnya saling mencintai, tetapi entah kenapa semuanya sama-sama saling diam dan tidak berani mengungkapkan kata cinta. Sama-sama memiliki ego besar karena tidak ingin persahabatan mereka hancur karena perasaan itu. Aaron sendiri terlalu takut untuk mengungkapkan, sedangkan Amanda dia sebagai seorang wanita gengsi kalau harus menyatakan cintanya terlebih dahulu. "Entahlah Sabrina, aku suka pria yang pemberani, kalau memang dia mencintai ku seharusnya Aaron mengatakan perasaannya padaku dari dulu," jawab Amanda. Sabrina memegang tangan Amanda menyemangati. "Mungkin saja dia belum siap, sebaiknya di tunggu saja pernyataan cintanya, tetapi kamu juga harus sedikit memberikan kode pada Aaron agar dia tahu kalau kamu pasti menerima nya," ucap Sabrina menasihati. Amanda hanya diam, dia tidak mau menyimpulkan sendiri keputusan ini, wanita itu lebih memikirkan Alan yang masih memiliki kekasih tetapi dengan berani melamarnya. Amanda harus menginterogasi pria itu. ### Malam itu Aaron menjemput Amanda di Mansion, mereka berdua memang berjanji akan keluar bersama untuk makan malam, Aaron memang sudah kenal baik dengan keluarga Amanda, pria itu termasuk salah satu putra orang kaya di kota itu. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil, Aaron begitu senang bisa bertemu dengan wanita yang sampai saat ini masih di cintai nya itu. "Bagaimana kabarmu my Princess? apa kamu akan lama di London?" tanya Aaron. Amanda tersenyum. "Sepertinya aku akan tinggal di sini selama setahun dan setelah itu aku akan kembali ke Indonesia, bagaimana dengan jabatan barumu itu Aaron? sekarang kamu sudah menjadi orang nomer satu di CARTER Group?" tanya Amanda. "Yang pasti tanggung jawabnya semakin banyak dan harus menghadapi para kolega yang terkadang sangat menyebalkan," jawab Aaron terkekeh. "Semangat terus donk," ucap Amanda menyemangati sahabatnya itu. "Tentu saja My Princess, pasti lebih semangat lagi kalau kamu yang menyemangati ku." Jawab Aaron sambil melirik Amanda. Biasanya kalau Aaron sedang menggoda atau merayu dengan gombalan recehnya Amanda pasti akan langsung baper, tapi entah kenapa sekarang rasanya biasa saja. Amanda benar-benar tidak mengerti dengan perasaan nya saat ini. Di sebuah restoran. Alan dan Sabrina sedang menikmati makan malam mereka, semenjak tadi sebenarnya Sabrina sangat ingin menanyakan perihal lamaran yang di katakan oleh Pamannya Jhonatan yang tidak lain adalah Papa dari Amanda. Sikap Alan yang menjadi pendiam sedari tadi membuat Sabrina tidak berani menanyakan hal itu, pasti pertanyaan nya akan membuat Alan tersinggung. Tapi tentu saja wanita itu masih penasaran dengan perubahan sikap Alan dan juga berita tentang lamaran tersebut. Memikirkan hal itu membuat Sabrina sangat pusing, sedari tadi sebenarnya dia sudah tidak napsu untuk makan. "Sabrina, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ucap Alan tiba-tiba. Membuat Sabrina langsung menatap Alan dengan debaran jantung yang kuat. "Katakanlah, sayang," jawab Sabrina tersenyum, berusaha menutupi kegugupannya dengan mengendalikan diri sebaik mungkin. Sepertinya Alan akan mengatakan hal yang mengejutkan. Alan mengelap bibirnya dengan tissu, pria itu menarik napas panjang dan membuangnya kembali. Sepertinya dia harus menyiapkan mental untuk berbicara dengan wanita di hadapannya itu. Alan sudah memutuskan untuk berpisah dengan Sabrina karena dia harus menjalankan rencananya dari sekarang untuk balas dendam dengan Amanda. Alan tidak ingin usahanya sia-sia karena statusnya dengan Sabrina akan menjadi penghalang sendiri untuk menjalin hubungan lebih serius dengan Amanda. Bagi Alan, lebih penting membalaskan dendam Sofia dari pada mempertahankan hubungannya dengan Sabrina. Karena di hati pria itu hanya Sofia yang menjadi prioritas utama. Sabrina masih menunggu apa yang akan di katakan oleh Alan, wanita itu sedari tadi menampilkan senyumannya yang semanis mungkin. "Sabrina, sebenarnya malam ini aku sangat senang bisa makan malam denganmu, tapi aku rasa ini akan menjadi makan malam terakhir kita sebagai kekasih, Sabrina aku ingin kita mengakhiri hubungan ini," ucap Alan serius. Sabrina melotot sempurna kala mendengar ucapan Alan itu. "Apa? apa maksudmu ingin mengakhiri hubungan kita? Alan kamu hanya bercanda kan? pasti kamu hanya nge-prank aku kan?" ucap Sabrina tertawa hambar. Menurutnya guyonan Alan itu tidaklah lucu. Alan memandang wajah Sabrina yang berusaha mengalihkan perhatiannya itu. "Aku serius Sabrina, hubungan kita cukup sampai di sini saja," jawab Alan serius. Sabrina merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar. "Tidak, aku tidak mau Alan, aku tidak ingin kita putus!!" seru Sabrina marah. Wanita itu tidak terima kalau Alan memutuskan hubungannya begitu saja. Tiba-tiba dari arah depan Sabrina melihat Amanda dan Aaron yang baru saja masuk ke dalam restoran itu. "Apa alasan kamu memutuskan ku sayang?" tanya Sabrina masih menatap ke arah Amanda. Alan mengambil minuman di meja dan meminumnya sampai habis. Sabrina menarik sudut bibirnya ke atas, wanita itu telah memberikan sebuah obat perangsaang pada minuman Alan. Rencananya harus berhasil, malam ini dia harus mendapatkan Alan seutuhnya. Sebelumnya Sabrina pernah hampir bisa mendapatkan pria itu tapi Alan selalu memakai pengaman. Namun entah kenapa Alan selalu menolak saat Sabrina menyuruhnya untuk memasuki dirinya akhir-akhir ini. "Sabrina, alasanku untuk memutuskanmu karena aku akan menikah sebentar lagi," jawab Alan jujur JEDER!! Bagai di sambar petir, Alan mengatakan akan segera menikah? tapi kenapa tidak menikah dengannya? lalu dengan siapa Alan akan menikah? Sabrina tidak bisa berkata apa-apa lagi. Seakan tubuhnya terasa kaku, hatinya seperti di hantam batu besar, jantung terasa sesak. "Sabrina? kamu juga ada di sini?" seru sebuah suara dari arah belakang. Alan menoleh saat mendengar suara wanita yang sangat familiar. "Amanda, Aaron? apakah kalian sedang berkencan?" tanya Sabrina berusaha tersenyum. Amanda menatap seorang pria yang ternyata adalah Alan itu, mata mereka saling beradu pandang. Sabrina yang melihat hal itu menjadi tidak suka. "Amanda, perkenalkan, ini adalah kekasihku, Alan." Ucap Sabrina berdiri dan berjalan ke arah Alan sambil merangkul bahunya. Amanda sangat terkejut, ternyata memang benar bahwa Alan yang di maksud Sabrina adalah Alan yang sama, orang yang sama dan telah melamar nya, mengatakan cinta padanya. Entah kenapa Amanda merasa cemburu, gadis melengos tidak peduli dengan tatapan Alan yang sangat mengintimidasi nya. Rasanya hatinya begitu kesal karena telah di bohongi oleh pria itu. Alan merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya, apalagi saat Sabrina mencium pipi Alan di hadapan Amanda, pria itu merasa ada sebuah hasrat yang tiba-tiba bangkit dari dalam tubuhnya. Tapi mata Alan masih terus menatap Amanda yang sudah berpamitan duduk di meja sebelah mereka. Amanda sudah tidak peduli lagi dengan pria yang bernama Alan itu. Gadis itu memutuskan untuk lebih fokus pada pria yang datang bersama tadi. Sabrina sudah mencak-mencak marah dan emosi, tetapi Alan menghiraukannya, pria itu lebih memilih menatap Amanda yang sejak tadi mengabaikannya. Amanda terlihat tertawa bersama Aaron. Entah kenapa Alan tidak suka melihat hal itu. "Sabrina, maafkan aku, aku akan menemui calon istriku," ucap Alan bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Amanda. Sabrina mengepalkan tangannya, benar dugaannya bahwa Alan yang melamar Amanda adalah Alan Abraham Smith kekasihnya. "Amanda, ayo ikut aku," ucap Alan sambil menarik tangan Amanda. Membuat wanita itu sangat terkejut. "Hei, siapa kamu, owh bukanlah kamu Tuan Alan Abraham Smith? kenapa kamu membawa paksa Amanda?" seru Aaron. "Tuan Aaron Carter, wanita ini adalah calon istriku, Amanda aku ingin bicara sesuatu padamu," ucap Alan menahan sebuah hasrat di tubuhnya yang semakin panas itu. "Alan, lepaskan!!" seru Amanda. Sabrina datang dan menarik tangan Amanda kasar. "Amanda, Alan adalah kekasihku!" seru Sabrina. "Tapi kita sudah putus Sabrina, ayo sayang kita pergi dari sini," ucap Alan memeluk pinggang Amanda dan memaksa wanita itu ikut dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD