KEMBALI KE DUKUPUNTANG

661 Words
Sumi seolah sedang bermimpi saat melihat siapa yang pulang datang mengetuk pintu rumah. Putri bungsunya yang sudah hilang selama hampir 3 bulan kembali dalam kondisi sehat tak kurang suatu apapun. Bahkan terlihat lebih cantik meski sedikit kurus. “Allahu Akbar, Paak! Lihat ini siapa yang pulang!” jerit Sumi pada Dahlan yang sedang berada di halaman belakang. Sumi langsung memeluk Winarsih dengan erat seolah takut sang putri akan kembali pergi. Dahlan yang melihat Winarsih yang sedang berada di dalam pelukan sang istri langsung bersujud syukur. “Alhamdulillah, kau kembali dengan selamat, Neng. Bapak dan Ibu sudah mencarimu ke sana kemari. Sekarang istirahatlah, bapak mau ke kolam menangkap ikan. Biar kakangmu nanti menyembeih ayam, nanti selepas maghrib kita adakan syukuran atas kepulanganmu,” kata Dahlan. “Terima kasih,Pak.” Sumi membawa Winarsih masuk ke dalam kamarnya yang selalu dirapikan. Sumi selalu merasa bahwa putri bungsunya itu akan pulang, sehingga ia pun selalu merapikan kamar Winarsih. “Kau ke mana saja selama tiga bulan ini? Sebenarnya apa yang sudah terjadi kepadamu,Nak?” tanya Sumi di dalam kamar. “Aku mengalami musibah,Bu. Aku terjatuh di sungai dan aku hanyut. Untunglah ada seseorang yang menolongku dan merawat Lukaku hingga aku sembuh,” kata Winarsih. “Jangan bohong pada ibu, tiga hari setekah kau hilang, bapak dan ibu pergi ke rumah Mbah Broto. Dan beliau mengatakan bahwa kau mengalami kecelakaan, kau diperkosa orang dan tubuhmu dibuang. Ibu mencarimu bersama Marni dan kami menemukan keranjang berisi pakaian yang kau cuci. Juga kain jarik yang kau pakai.” Winarsih menghela napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. “Iya, Ibu benar. Pagi itu, aku pulang dan di perjalanan pulang aku bertemu dengan tiga serdadu Belanda. Mereka masih sangat muda, aku di cegat kemudian mereka menodaiku secara bergantian, kemudian membuangku begitu saja.” “Kau masih mengenali wajah mereka?” tanya Sumi. Winarsih tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya, “Tidak,Bu,” jawabnya lirih kemudian menundukkan wajahnya. ‘Tentu saja aku masih mengenali mereka berempat,Bu. Soal Kang Toriq,ibu tidak perlu tau, biar aku yangb akan membalaskan sakit hati ini kepada mereka semua,’ batin Winarsih berkata lirih. “Ya sudahlah nak, biarkan ini menjadi rahasia kita saja. Kau tidurlah, ibu akan memasak dan mepersiapkan untuk selamatanmu sore nanti,” kata Sumi Sore itu tetangga- tetangga Winarsih datang ke acara selamatan yang diadakan secara mendadak oleh Sumi dan Dahlan karena kepulangan Winarsih. Tak lupa Dahlan juga mengundang Mbah Broto. Dahlan ingat pada waktu itu Mbah Broto mengatakan bahwa Winarsih akan pulang dan ternyata perkataan Mbah Broto terjadi. Winarsih pulang. “Kami waktu itu mencarimu ke mana-mana,Win. Tiba-tiba saja kau pulang mendadak dan kau tambah cantik begini,” kata Marni. “Iya,terima kasih kau sudah membantu ibuku selama ini ya,Mar,” kata Winarsih. Marni dan Surti bahagia melihat sahabat mereka pulang. “Win, ini kau salim dulu pada Mbah Broto,” tiba-tiba Dahlan menyela pembicaraan ketiga gadis itu. Winarsih menoleh lalu bangkit berdiri dan langsung menyalami Mbah Broto. Mbah Broto hanya menatap Winarsih, lelaki tua itu tau bahwa Winarsih yang saat ini berdiri di hadapannya bukan gadis yang ‘biasa’. “Hati-hati dengan apa yang saat ini kau miliki,cah ayu. Jika kau tidak hati-hati hanya akan membuatmu celaka.” Winarsih hanya menatap tajam pada Mbah Broto sambil tersenyum sinis. Mbah Broto hanya sebentar mampir, tak lama ia langsung pulang. Ada sesuatu dalam diri Winarsih yang ia tau tidak dapat ia lawan karena tingkat ilmu mereka tidak sebanding. “Neng Win,besok kebetulan ada hajatan, pak lurah anaknya menikah. Pak lurah mau ngadain acara ronggeng dan jaipong sebagai hiburannya. Bagaimana kalau Neng Win menari lagi seperti dulu ikut akang?” tiba-tiba Kang Supardi yang biasa mengadakan pertunjukan tari untuk acara hajatan di desa menghampiri Winarsih. Sumi dan Dahlan yang kebetulan mendengar perkataan Supardi langsung menatap Winarsih khawatir. “Boleh kang, saya tentu mau. Apa lagi ini acara Pak Lurah,” jawab winarsih. “Tapi,Win ….” “Tenang saja,Bu. Saya nggak akan apa-apa. Saya akan baik-baik saja,” kata Winarsih. Sumi hanya menghela napas panjang dan menganggukkan kepalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD