Selena mondar-mandir di kamarnya. Dia tampak sangat gelisah. Davin tidak juga kembali, sementara pesannya hanya dibaca. Bukan takut mobilnya akan dibawa kabur oleh lelaki itu, Selena justru mengkhawatirkan dia. Gadis itu mengetuk-ngetukkan sisi ponselnya ke telapak tangan sambil mempertimbangkan langkah apa yang harus dia ambil. Dia memutuskan untuk melakukan panggilan suara. Nada sambung berbunyi Davin tidak juga mengangkat teleponnya. Selena semakin khawatir, dia yakin ada hal yang tidak beres menimpa sopir pribadinya. Gadis itu sedikit lega setelah mendengar kata “Hallo.” Dari ujung sana. Suara Davin terdengar parau dan sedikit bergetar. Sekilas saja Selena sudah sangat yakin kalau Davin sedang sakit. “Ka-kamu sakit Vin? Sakit apa? Kamu di mana sekarang? Aku boleh jenguk kamu?” tanpa