Chapter 1
Satu
Nancy kamu ini gimana sih, jadi nggaaak, aku udah sejam ini nunggu di mall, mana tadi nunggu angkot lama juga pas mau ke sini, heran deh kamu kalo gak ditelepon mesti gak ada tanda-tanda kehidupan
....
Loh kok malah nangis sih
Raga nolak aku Meeeet
Ya Allah segitu bucinnya kamu sama cowo cantik itu
Aku kan nembak dia duluan, eh dia bilang gak suka sama cewek yang nembak duluan dan ... dan dia bilang suka sama cewek kayak kamu huaaaaa
Ya Allaaaahu Rabbiii Nancyyy ambil dah tuh cowo aku ogah, lah trus gimana ini jadi nggak ngemallnya?
Nggaaak, aku bete gini
Yaelaaaa pake acara nangis cuman gara-gara cowok kayak gitu innalilahi deh, sebel aku jadinya, dah niat banget ngemall yaudah selamat menikmati bucin sengsara, sebel deh
Meti memasukkan ponsel ke sling bagnya, ia benar-benar kesal, inginnya hari ini refreshing eh malah gagal gara-gara Nancy sedang merayakan hari paling bete sedunia. Meti memutuskan membeli minuman, lalu berjalan-jalan sendiri sambil sesekali melihat-lihat gerai pernak-pernik cewek. Saat sedang menikmati minumannya tiba-tiba ...
"Aduuuh ... ck gimana sih nabrak sembarangan gak liat apa?" Meti menatap kesal pada orang yang tanpa sengaja menabraknya hingga minuman yang ia pegang tumpah ke bajunya, kekesalannya sejak awal karena sahabatnya yang tiba-tiba menggagalkan rencana ngemall bareng justru setelah ia sampai di mall yang dituju menambah kekesalannya.
"Eh adik kecil, maaf ya, gak sengaja, jangan cemberut dong." Steve menatap wajah belia mungil di depannya, penuh amarah tapi Steve malah ingin tertawa, semua yang ada di wajah gadis yang ada di depannya serba mungil.
"Pokoknya ganti minuman Meti, Om," Meti menatap marah pada orang yang ada di depannya, tinggi besar dengan kulit agak kecoklatan dan yang jelas wajah tampan serta senyum memikat.
"Om?" Laki-laki itu tertawa lagi.
"Iyaaa pokoknya ganti, kan memang Om-om, nanti aku panggil Tante malah marah." Steve terkekeh lalu mengusap kepala Meti, Meti menepis tangan Steve.
"Ok, aku minta maaf, akan Om ganti, minumanmu dan bajumu yang sudah Om buat kotor." Laki-laki itu mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang pada Meti.
"Ini cukup lima ratus ribu?"
Dan mata Meti terbelalak, lalu menggeleng, ia merasa itu terlalu
"Nggak, Om, ini terlalu banyak, minuman ini cuman lima belas ribu, bajuku paling seratus ribu lebih dikit, kasi seratus lima puluh ribu aja Om."
Laki-laki itu menatap gadis belia di depannya, tidak banyak gadis belia yang jujur dan polos seperti gadis di depannya. Seketika ia tersenyum dan mengelus kepala Meti lagi dan lagi-lagi Meti menepisnya.
"Untuk gadis sebaik kamu, aku gak merasa rugi ngasih ini, ambillah Om ikhlas, ambillah, Om terburu-buru karena kekasih Om menunggu untuk ketemuan di sini, semoga kita bisa ketemu lagi ya gadis kecil, eh namamu siapa?"
"Aku Meti, Om."
"Nama yang manis, ini ambillah." Dengan ragu Meti menerima uang itu, laki-laki itu berlalu sambil melambaikan tangan pada Meti.
"Oooom, nama Om siapaaa," teriak Meti, Meti baru sadar setelah laki-laki itu berlalu.
"Steve, Steven, sampai jumpa maniiis."
Sekali lagi laki-laki itu melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar.
Meti masih menatap uang lima ratus ribu yang ia terima, dengan wajah riang ia masukkan ke dalam slingbag warna biru dan melangkah ringan di sepanjang mall yang harusnya, Nancy saat ini bersamanya. Akhirnya Meti memutuskan untuk pulang mengingat baju yang ia pakai sudah terlihat aneh dengan bekas tumpahan minuman tadi.
Sepanjangan perjalanan pulang, di dalam angkot Meti berpikir, uang yang ia dapat dari laki-laki bernama Steve akan dijadikan modal tambahan dagangan onlinenya. Meti tersenyum puas meski ia tak jadi jalan-jalan dengan Nancy tapi tanpa sengaja ia mendapat rejeki dadakan.
Hmmm ... lumayan nih buat nambah modal dagang, bisa nambah uang jajan dan nggak usah minta ke ibu dan kakak lagi, asik juga rejeki hari ini ...
Sesampainya di rumah, ibu dan kakaknya menatap Meti dengan pandangan aneh.
"Hei dari mana ni anak? Baju sampe kotor gitu, katanya ngemall kok malah kayak anak kecil habis main, kotor tuh baju kamu bagian depan."Meti hanya tersenyum lebar dan terlihat berwajah ceria.
"Ini yang namanya sial membawa berkah," sahut Meti, sedang Meli dan Ratna saling pandang tak mengerti.
"Bingung kaaan, Meti jelasin, tadi aku nunggu Nancy lama eh ternyata dia nelepon gak jadi ngemall apa gak kesel, yaudah aku jajan sendirian dari pada kesel, lah pas jalan sambil minum eh ada om-om nabrak Meti apa gak makin kesel tuh mana baju putih ketumpahan minuman berwarna coklat, ngamuklah Meti sama tuh Om, gak peduli dia ganteng, eh si Om baik hati aku dikasi uang sebagai ganti." Meti nyerocos menjelaskan apa yang terjadi. Dan Meli terlihat tak suka.
"Kamu jangan gampang mau dikasi uang sama om-om kayak gitu, udah tahu sekarang semua serba nakutin, kamu tahu kan wajah kamu itu masuk katagori cantik, jangan sembarangan nerima uang dari orang yang nggak jelas." ujar Meli.
"Lah dia nabrak aku, baju aku kotor, minuman tumpah, ya aku minta ganti kak, aku cuman minta ganti seratus lima puluh ribu eh si Om maksain ganti lima ratus ribu, aku dah gak mau loh, eh kata si om dia gak rugi ngasi uang segitu buat aku, yaudah aku ambil."
"Tapi kamu gak diapa-apain kan sama si om?" tanya Meli khawatir.
"Nggak laaah, si om malah keburu kok tadi dia jalan kayak dikejar setan," sahut Meti.
"Udah-udah, masuk aja yuk," ajak Ratna pada kedua anaknya.
***
Met sorry ya aku nggak bisa ngemall, jangan marah yaaa, aku sakit hati gara-gara si Raga
Wahahahah ... bocah ngeselin kamu taksir aku aja gak mau, dia tuh posesif tauuuu
Biarin aku maunya dia, kamu bodoh amat sih kok malah nolak cowok keren
Keren apaan? Keren peng hahahah
Udah ah aku jadi kesel ngobrol sama kamu
La ngapain juga kamu nelepon aku aku ni laju sibuk ngerekap dagangan tauuu
Ih kayak emmak-emmak
Ya biarin yang penting kan dapat uang hasil jerih payah sendiri
Ke sini dong Met, aku sakit
Lah katanya aku ngeselin
Iyaaa tapi cuman kamu yang mau dengerin aku curhat
Iyaaa ntar ah kalo dah selesai urus dagangan
Iya maaak
Ih dasar
Meti membanting kesal ponselnya ke kasur, Nancy adalah sahabat sekaligus teman bertengkar yang mengasikkan. Ia lanjutkan merekap apa saja yang telah terjual dan berapa keuntungan yang ia dapatkan. Saat sedang asik menghitung ponselnya berbunyi lagi. Dengan kesal Meti menatap ponselnya.
"Siapa sih ah lagi asik-asik ngitung kekayaan."
Meti meraih ponselnya dan mengernyitkan keningnya saat ada nama Raga di sana.
Ngapain nelepon?
Kamu gak usah nyuru-nyuru teman kamu yang gatel itu buat deketin aku, aku tahu kamu nyoba ngalihkan perhatian aku
Heh kunyuk, setan, bikin marah aja, nuduh sembarangan, si Nancy tu tulus sama kamu, dasar orang gak tau diri, untung aku gak mau cowo kayak kamu
Aku kurang apa?
Kurang ajar mulut kamu
Aku cuman pingin tau cowok kayak apa pilihan kamu?
Suara Raga menghilang dan Meti kembali mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Dasar gila ni cowo ntar aku lihatin ya cowo pilihan aku, eh tapi kan aku gak punya cowo wkwkwkwk ya Allah mimpi apaaa aku semalam kok dapat telepon dari pasangan pocong dan kuntilanak."