Setelah diberikan berbagai penjelasan terkait dunia Labeldo oleh Karlia, Sakugo akhirnya bisa mengerti dan memahami dan tentunya dia jadi semakin tertarik untuk mendalami ke dalam dunia tersebut. Sebenarnya dunia Labeldo memang sangat mengerikan karena dipenuhi dengan hal-hal gelap dan berbahaya, tapi mengingat ayahnya pernah mengalami hal serupa, mungkin Sakugo tidak ingin kalah dari ayahnya itu. Selain itu, Sakugo juga penasaran pada beberapa hal yang masih mengganggu seperti mendapatkan kekuatan sakti yang dapat menghancurkan alam semesta, itu benar-benar aneh dan menyeramkan, itulah kenapa ia juga ingin mengetahuinya dan berusaha semaksimal mungkin untuk menghalangi labeldo-labeldo lain yang hendak mendapatkan kekuatan tersebut, karena tidak bisa dibayangkan bagaimana jika itu sampai terjadi dan dimiliki oleh tangan orang lain. Sesuatu yang lebih mengerikan dari kiamat mungkin terjadi.
Kini, Sakugo dan Karlia sedang berbelanja di supermarket untuk keperluan bulanannya, anak itu menemani dan membantu si gadis mungil yang hendak membeli banyak barang yang berat-berat, karena Sakugo memiliki badan yang cukup kekar dan kuat, Karlia bisa menggunakannya untuk mengangkat-angkat barang yang berat. Sangat berguna dan bermanfaat, Karlia senang anak dari sahabatnya adalah lelaki kekar seperti Sakugo.
“Kau mau belanja apa, Karlia?” Sakugo bertanya dengan mengernyitkan alisnya karena dia tidak pernah paham apa yang harus dibeli saat melakukan pembelian belanja bulanan atau bisa juga disebut sebagai keperluan bulanan. Namun, Karlia tidak menjawab atau merespon pertanyaan itu, mungkin dia terlalu fokus pada apa yang akan dibelinya sehingga dia tidak mendengar apapun selain suara hatinya. Karena itulah, Sakugo hanya menghela napas dan mengelap keringat di dahinya. Suasana di supermarket saat ini sangat ramai, banyak sekali orang yang berlalu lalang hendak membeli barang, sepertinya mereka juga hendak membeli keperluan bulanan, sama seperti Karlia.
“Sakugo, tolong bawa keranjang dorong, aku akan membeli banyak barang soalnya.”
Mendengar perintah dari Karlia, Sakugo mengangguk dan menuruti kemauan dari gadis itu, lelaki remaja itu pun berjalan pelan menyusuri area-area depan di dalam supermarket untuk mencari keranjang dorong, dan saat menemukannya, ia segera mengambil dan mendorongnya menuju tempat Karlia berada. Baru saja sampai di dekat Karlia, gadis itu segera memasukan banyak sekali barang ke dalam keranjang tersebut, berbagai hal dibeli oleh gadis itu, dari hal yang biasa, sampai hal yang menurut Sakugo, tidak penting. Sakugo tidak mengerti jalan pikiran dari Karlia, mungkin ada maksud kenapa gadis itu ingin membeli barang-barang aneh itu, tapi ia yakin itu bukan hal yang perlu dipikirkan berlarut-larut.
Singkat cerita, Karlia sudah puas dalam memasukan semua barang-barang yang dibelinya ke dalam keranjang dan dia hendak mengirimkannya ke meja kasir, tapi sebelum itu, gadis mungil itu menawari Sakugo untuk bebas membeli apapun yang diinginkannya, dan karena Sakugo bingung ingin apa, akhirnya secara acak dia hanya mengambil kotak permen untuk menjadi barang beliannya. Menyetujuinya, Karlia pun menyuruh Sakugo untuk memasukan barang yang dibelinya ke dalam keranjang, bergabung dengan barang-barang lain milik Karlia di sana. Sakugo terkejut saat monitor dari kasir menunjukkan jumlah harga seluruh dari semua barang-barang yang dibeli mereka, dan itu benar-benar sangat mahal. Keterkejutan Sakugo semakin menjadi saat Karlia dengan santainya memberikan sebuah kartu pada sang kasir dan semuanya sah dibeli hanya dengan kartu tersebut sebelum akhirnya kartu itu dikembalikan kepada si gadis mungil.
Di perjalanan pulang, Sakugo, dengan dua tangan membawa dua buah plastik besar, bertanya pada Karlia. “Kenapa kau bisa membeli hal-hal yang mahal seperti ini? Maaf jika aku sedikit lancang, tapi aku penasaran, apa pekerjaanmu sehingga mampu membeli barang-barang mahal seperti ini, Karlia?” Mendengar pertanyaan dari Sakugo benar-benar membuat Karlia terkikik-kikik sejenak, gadis itu tampak geli saat seorang remaja bertanya-tanya pada orang dewasa yang bisa membeli banyak barang mahal.
“Pekerjaanku? Tentu saja aku seorang Labeldo, memangnya kau pikir pekerjaanku apa?”
“Labeldo? Jadi, kita juga digaji dengan menjadi seorang Labeldo? Tapi bukankah—” Karlia langsung memotong perkataan Sakugo dan kembali menjelaskan sesuatu mengenai pekerjaan seorang Labeldo agar anak itu bisa paham dengan baik. “Labeldo itu pekerjaan, nak. Sama seperti karyawan pabrik atau pekerja kantoran. Meskipun kita tidak berhasil mendapatkan tujuan yang kita tentukan, kita masih mendapatkan gaji yang fantastis. Bahkan jumlah gajinya lebih besar dari pekerjaan mana pun di dunia ini, sebab yang kita pertaruhkan adalah nyawa kita sendiri. Itu wajar, kan?”
Sekarang, bola-bola mata Sakugo berbinar-binar, dia sangat terkagum-kagum dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Karlia, dia tidak pernah menyangka bahwa menjadi seorang labeldo dapat digaji besar seperti itu, bahkan meskipun kita tidak berhasil mendapatkan tujuan akhir. Itu sangat luar biasa, jauh di lubuk hati Sakugo yang terdalam, ia kini sangat tidak sabar ingin menjadi seorang labeldo karena dia ingin memiliki pendapatan yang besar seperti Karlia agar dia bisa hidup mandiri dan tidak perlu lagi mengkhawatirkan hari esok dia harus makan apa atau menunggu pemberian dari bantuan sosial pemerintah.
“Aku tebak,” kata Karlia dengan tersenyum tipis pada wajah Sakugo. “Ketertarikanmu pada labeldo jadi semakin besar, aku benar, kan?” Tanpa basa-basi, Sakugo menganggukkan kepalanya dengan semangat yang membara, dan Karlia kembali terbahak-bahak melihat reaksi yang ditunjukkan oleh anak remaja lelaki itu. Sungguh, menggemaskan sekali melihat anak-anak yang begitu bersemangat soal uang. Yah, tapi itu wajar, karena semua orang di dunia ini, pasti akan bereaksi begitu saat membicarakan soal uang.
Sesampainya di rumah Karlia, Sakugo dengan sigap meletakkan semua plastik besar berisi barang-barang yang dibeli oleh Karlia di meja, kemudian ia kembali membantu Karlia di kebun untuk mencangkul dan berbagai hal lainnya, itu sudah menjadi kegiatan rutinitas hariannya di sana, dan Sakugo tidak keberatan pada hal itu, sebab dia sadar karena sebentar lagi dia akan menjadi seorang labeldo dan mendapatkan gaji yang besar setiap bulannya. Tidak ada lagi yang bisa membuang Sakugo semangat selain uang karena uang adalah hal yang sangat penting untuk bisa bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Tanpa uang, orang-orang bisa jadi kelaparan dan mati, dan itu sangat mengerikan, itulah kenapa tidak heran jika banyak sekali orang di dunia ini yang berlomba-lomba mencari dan mendapatkan pekerjaan yang layak, demi mendapatkan penghasilan besar untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia.
Bagi Sakugo, uang sangat-sangat-sangat penting. Apapun akan dilakukannya, selama itu hal yang benar, untuk mendapatkan uang. Hari ini adalah hari yang membuatnya sangat bersemangat karena Karlia telah menjelaskan banyak keuntungan besar dari menjadi seorang Labeldo, dan berkat itu, tentunya siapa yang menolak hal yang menakjubkan begitu? Sakugo tentu saja tidak menolaknya.