“A-Aku tidak percaya!” Meski bilang begitu setelah mendengar semua penjelasan yang dikemukakan oleh Jiola, wanita langsing berparas cantik berambut putih perak itu, Sakugo sebenarnya tercengang dengan semua itu tapi dia masih seSakugot mengelaknya, jadi sikapnya masih menunjukkan penolakan. “Aku tidak percaya seSakugot pun pada apa yang kau ucapkan! Semuanya hanya omong kosong!” Sungguh, Jiola hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan perlahan sembari menyunggingkan senyuman tipisnya saat melihat reaksi negatif yang Sakugo tunjukkan padanya setelah menyimak segala yang ia katakan. Jiola tidak kesal apalagi marah, dia malah sebaliknya, merasa menyesal dan sedih melihat anak kecil seperti Sakugo harus hidup sebatang kara di tempat yang menyerupai hutan seperti ini. Seharusnya anak-anak