“Kau belum k*****s sama sekali…” Harriet kesal. Ah. Liam tersadar melihat tubuh Harriet yang sudah lemas dan wajahnya yang merona merah. Sudah berapa kali? “Rasanya menakjubkan, tapi kau juga harus… maksudku…” Harriet tidak sadar matanya yang berair mulai meneteskan air matanya. Bukan karena ia marah atau sedih, tapi karena apa yang Liam lakukan padanya membuat tubuhnya bereaksi dengan intens pula. “Aku mengerti,” Liam tersenyum lembut. Melihat Harriet yang telah lelah, ia memutuskan untuk memuaskan dirinya sendiri dengan perlahan pula. Setiap gerakan pinggulnya ia mencoba merasakan betapa lembutnya dinding v****a Harriet dan ia mempercepat tempo sedikit demi sedikit. “Mm…” Liam mendengar Harriet melenguh di telinganya, dan segera, ia merasa dapat menggapai puncaknya. “...hh…” “Ng