“I-itu ….” Kata-kata di kepala Erika mendadak menguap. Yang ada hanya kekosongan dan susah payah Erika mencari kata apa yang harus dia keluarkan untuk membalas ucapan Lara. “Kalau kamu nggak bisa nepatin janji kamu, nggak usah datang dan temui aku lagi. Aku nggak suka. Lebih baik lupakan aja kalau kita pernah temenan.” Lara menutup pintu di depan hidung Erika. Di balik pintu, tubuh Lara melorot dan diam-diam dia menangis. Erika termenung menatap pintu yang tiba-tiba menutup di depannya. Tekadnya runtuh untuk berdiri di depan rumah Lara sampai teman baiknya itu mau menerima permintaan maafnya. Permintaan Lara menggema di dalam kepalanya. Putus dengan Ino dan berjanji nggak akan balikan lagi. ‘Kamu egois, Ra! Kamu menginginkan semuanya hanya untukmu sendiri.’ “Ra … kalau kam