Ditinggal Alyo

727 Words
Ayla menatap alroji yang melingkar indah di tangannya, terik matahari semakin meninggi membuat peluh gadis itu membanjiri peilipisnya. "Duh, kak Alyo mana sih? Gatau apa gue udah kayak cacing kepanasan gini!" Ayla yang mempunyai kesabaran tinggi, mencoba untuk berpikir positif, mungkin Alyo sebentar lagi datang. 5 menit kemudian... Belum datang juga, oh mungkin Alyo sedang di toilet. 15 menit kemudian... Ayla mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahnya kesal, mukanya sudah seperti terkena sengatan matahari dari jarak satu meter. "Duh, mana sih Kak Alyo!" kesal Ayla celingak celinguk mencari keberadaan kakaknya. 25 menit kemudian... Akhirnya Ayla menelpon pria itu, namun nihil nomor Alyo tidak aktif, Ayla mengerang kesal. Jangan bilang ia ditinggalkan Alyo? 30 menit kemudian... Ayla menyerah, ia akan pulang sendiri saja daripada ia menunggu Alyo sampai malam di sini. Langkah Ayla terhenti ketika ada motor yang berhenti di depannya, seseorang itu malah membuka helmnya. Satu detik... Dua detik... Tig... "Hai!" lamunan Ayla tergoyah ketika pria itu memanggilnya. "Eh iya?" tanya Ayla cengo, ia mengagumi ketampanan pria di hadapannya. "Kok lo belum pulang?" tanya pria itu heran, pasalnya bel pulang sudah berbunyi sekitar 40 menit yang lalu. "Gue ditinggalin sama kakak gue." lirih Ayla mendramatis. "Yaudah bareng gue aja." ajak pria itu lalu memakai kembali helmnya. "Ntar ngerepotin." percayalah Ayla hanya basa basi saja, ia bahkan ingin rasanya pulang bersama pria itu karena ia tak terbiasa pulang sendiri. "Ayo naik! Atau gak gue tinggal." suruh pria itu tanpa basa basi, Ayla segera menaiki motor dan duduk di belakang. Ayla menyebutkan alamat rumahnya yang langsung diangguki pria itu, ternyata rumah mereka searah. Beberapa menit kemudian akhirnya Ayla tiba di rumah, ia turun dari motor mengajak pria itu masuk namun ditolak karena hari sudah sore. "Nama lo siapa?" tanya Ayla. "Gue Viki, lo Ayla kan?" Ayla terdiam sebentar, kenapa pria itu sudah mengenalnya? "Kok lo tahu nama gue?" heran Ayla. "Gue pulang ya!" pamit Viki tanpa menjawab keheranan Ayla. "Makasih ya, Vik!" ucap Ayla hampir lupa berterima kasih. Viki hanya memberikan jempolnya lalu menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumah Ayla. *** Alyo bergegas pulang, ia khawatir dengan adiknya, kenapa ia harus menemani Angel dulu ke toko buku dan meninggalkan Ayla? Ah Alyo menyesal, sebenarnya ia mengantarkan Ayla pulang terlebih dahulu dengan selamat. Alyo masuk ke dalam rumahnya tergesa-gesa, di sana ada Bik Atun, sedang menyiram tanaman. "Bik, Ayla udah pulang?" tanya Alyo harap harap cemas. "Udah Den, tadi diantar cowok ganteng." jawab Bik Atun. "Emang ada ya Bik cowok ganteng selain saya?" tanya Alyo dengan kepedeannya. Bik Atun tak menjawab, malah kening wanita paru baya itu berkerut heran, Alyo mengabaikan saja, yang terpenting Ayla pulang dengan selamat. Sekarang saatnya membujuk gadis itu agar tak marah padanya, Alyo mengetok pintu kamar Ayla. "Ay, buka dong!" "SANA MONYET! GUE GAK MAU DIGANGGU!" teriak Ayla dari dalam, Alyo menelan ludahnya susah, terbukti Ayla sangat marah padanya, sampai-sampai menyebutnya monyet? "Nasib rang ganteng." lirih Alyo pelan. "Ay buka dulu dong, atau gak gue dobrak nih!" ancam Alyo, detik kemudian pintu kamar Ayla terbuka juga. "Tau gak sih gue udah berjam jam nungguin lo kepanasan? Kalau kulit gue item emang lo mau ganti? Kalau debu-debu itu melengket di wajah gue emang lo mau bersihin? Kenapa lo ngilang gitu aja? Jangan bilang lo ninggalin gue karena jalan sama cewek gak jelas itu!" kesal Ayla melototkan matanya besar-besar memarahi Alyo. "Iya maaf gue mau jelasin, ja--" "Waktu 5 detik, 1... 2..." Ayla mulai menghitung, Alyo kalang kabut. "Eh, eh 5 menit dong!" "Oke 5 menit, 1... 2..." Alyo menghembuskan nafasnya, lalu mulai menjelaskan. "Maaf gue ninggalin lo, tapi tadi gue ke rumah sakit, soalnya badan gue anget anget dingin meriang merindukan kasih sayang, eh nggak meriak beneran kok, trus kata dokter gue udah gak lama la--" Penjelasan Alyo terpotong karena Ayla mendadak langsung memeluknya, tak lama terdengar isakan kecil di dadanya. "Hiks, hikss, maaffin Ayla... Ayla gatau kalau Kak Alyo sakit, jangan tinggalin Ayla, walaupun umur Kak Alyo udah gak lama lagi, Ayla sayang sama Kakak!" ucap Ayla terisak-isak. Ayla menghapus air matanya serta menghembuskan ingusnya di jacket milik Alyo. Suatu kebiasaan jika Ayla sedang menangis, Alyo mengusap rambut adiknya pelan, tak tega melihat Ayla menangis seperti itu. Tunggu! Kenapa Ayla mikir umurnya sudah tak lama lagi? Oh Alyo paham sekarang tadi Alyo ingin mengatakan jika dokter bilang dia gak lama lagi sembuh namun terpotong oleh pelukan adiknya itu, kenapa Ayla berpikiran Alyo gak lama lagi meninggal? Alyo menyesal telah berbohong kepada adiknya, jangan sampai juga umurnya pendek seperti pikiran Ayla. "Udah, jangan nangis lagi, ayo makan bareng!" ajak Alyo yang diangguki oleh Ayla. Gadis itu kembali menghembuskan ingusnya dan melapkannya ke jacket Alyo, pria itu hanya pasrah setiap dia memakai jacket baru pasti diberi ingus oleh Ayla. Setidaknya Alyo bersyukur, Ayla tak marah lagi dengannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD